BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Statistika deskriptif adalah bagian dari ilmu  statistika yang hanya mengolah, menyajikan data tanpa mengambil keputusan untuk  populasi. Dengan kata lain hanya melihat gambaran secara umum dari data yang didapatkan.Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana merencanakan, mengumpulkan,menganalisis, menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan data.
Dalam kehidupan, suatu data sangat diperlukan oleh banyak dunia kerja seperti pemerintahan, perusahaan, dan pendidikan untuk mengetahui berapa banyak data yang di peroleh, bagaimana menginterprestasikannya, serta menganalisis masalah yang berkenaan, menyajikan dan menginformasikannya, nah statistika deskriptif ini dapat mempermudah proses tersebut. Jadi jelaslah sangat besar manfaatnya.
Banyak analisis data bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua atau lebih peubah. Bila hubungan demikian ini dapat dinyatakan dalam bentuk rumus matematik, maka kita akan dapat menggunakannya untuk keperluan identifikasi selanjutnya. Masalah identifikasi dapat dilakukan dengan menerapkan persamaan regresi dan menentukan korelasi (hubungan) data.
B.     Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut;
1.      Bagaimana pengertian dan penjabaran analisis deskriptif ?
2.      Bagaimana pengertian dan penjabaran analisis korelatif ?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
1.      Memahami pengertian dan penjabaran analisis deskriptif.
2.      Mengetahui pengertian dan penjabaran penulisan korelatid.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Analisis Deskriptif
Statistika deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari alat, teknik, atau prosedur yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data atau hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan – kegiatan tersebut antara lain adalah kegiatan pengumpulan data, pengelompokkan data, penentuan nilai dan fungsi statistik, serta pembuatan grafik, diagram dan gambar.
Statistika deskriptif ini merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan, peringkasan, dan penyajian suatu data sehingga memberikan informasi yang berguna dan juga menatanya ke dalam bentuk yang siap untuk dianalisis. Dengan kata lain, statistika deskriptif ini merupakan fase yang membicarakan mengenai penjabaran dan penggambaran termasuk penyajian data. Dalam fase ini dibahas mengenai ukuran-ukuran statistik seperti ukuran pusat, ukuran sebaran, dan ukuran lokasi dari persebaran / distribusi data.
Adapun analisis statistika deskriptif ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data agar data yang tersaji menjadi mudah dipahami dan informatif bagiorang yang membacanya. Statistika deskriptif menjelaskan berbagai karakteristik data seperti rata-rata (mean), jumlah (sum) simpangan baku (standard deviation), varians (variance), rentang (range), nilai minimum dan maximum dan sebagainya.
Analisis deskriptif ini terdiri dari Frequencies, Descriptive, Explore, Crosstabs dan Ratio. Analisis – analisis tersebut sudah ada pada opsion menu – menu dalam software pengolahan data statistik yang sering digunakan. Salah satu program olah data yang sering digunakan adalah SPSS (Statistical Package for the Social Sciences). SPSS merupakan program aplikasi computer untuk menganalisis data yang digunakan pada berbagai disiplin ilmu, terutama untuk analisis statistika. SPSS untuk menganalisis serta menampilkan angka-angka hasil perhitungan statistik, grafik, tabel dengan berbagai model, baik variabel tunggal atau hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.
Perlu juga diketahui, bahwa menurut skala data, dapat dibagi menjadi empat yaitu :
a.       Data Nominal
Adalah data yang hanya bentuk pengkodean, maksudnya adalah angka yang ada hanyalah sebagai symbol saja. Tidak memiliki tingkatan atau hierarki. Jadi nilai 1, 2 dan seterusnya memiliki nilai yang sama dan setara. Data nominal tidak bisa dioperasikan secara matematik.
b.      Data Ordinal
Adalah data yang hampir sama dengan data nominal, namun bedanya adalah angka – angka pada data memiliki hierarki atau tingkatan – tingkatan.
c.       Data Interval
Adalah data yang memiliki range atau jarak dalam kelompok nilai dalam interval tertentu. Nol tidak memiliki nilai yang mutlak, atau nol yang tertera bukan merupakan nol yang sesungguhnya.
d.      Data Ratio
Adalah data yang memiliki nilai yang sesungguhnya. Dapat dioperasikan secara matematik dan memiliki nilai nol yang sesungguhnya.
Dari empat data tersebut, dikelompokkan lagi menjadi dua, yaitu data kualitatif yang meiputi data interval dan ratio. Serta data kuantitatif yang meliputi data nominal dan data ordinal.[1]
1.      Analisis Data Nominal
Data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. Data nominal merupakan data diskrit dan tidak memiliki urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3). Jelas kelihatan bahwa angka yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat olah raga basket lebih tinggi dari tenis ataupun tingkat renang lebih tinggi dari tenis. Angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. Angka yang diberikan hanya berfungsi sebagai label saja. Begitu juga tentang suku, yakni Dayak, Bugis dan Badui. Tentang partai, misalnya Partai Bulan, Partai Bintang dan Partai Matahari. Masing-masing kategori tidak dinyatakan lebih tinggi dari atribut (nama) yang lain. Seseorang yang pergi ke Jakarta, tidak akan pernah mengatakan dua setengah kali, atau tiga seperempat kali. Tetapi akan mengatakan dua kali, lima kali, atau tujuh kali. Begitu juga tentang ukuran jumlah anak dalam suatu keluarga. Numerik yang dihasilkan akan selalu berbentuk bilangan bulat, demikian seterusnya. Tidak akan pernah ada bilangan pecahan. Data nominal ini diperoleh dari hasil pengukuran dengan skala nominal. Menuruti Sugiono, alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang digunakan untuk data nominal adalah Coefisien Contingensi. Akan tetapi karena pengujian hipotesis Coefisien Contingensi memerlukan rumus Chi Square (χ2), perhitungannya dilakukan setelah kita menghitung Chi Square. Penggunaan model statistik nonparametrik selain Coefisien Contingensi tidak lazim dilakukan.[2]
2.      Analisis Data Ordinal
Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Atau paling baik sampai ke yang paling buruk. Misalnya dalam skala Likert, mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju sampai sangat tidak setuju. Atau jawaban pertanyaan tentang kecenderungan masyarakat untuk menghadiri rapat umum pemilihan kepala daerah, mulai dari tidak pernah absen menghadiri, dengan kode 5, kadang-kadang saja menghadiri, dengan kode 4, kurang menghadiri, dengan kode 3, tidak pernah menghadiri, dengan kode 2 sampai tidak ingin menghadiri sama sekali, dengan kode 1. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala ordinal ini akan diperoleh data ordinal. Alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik nonparametrik yang lazim digunakan untuk data ordinal adalah Spearman Rank Correlation dan Kendall Tau.[3]
3.      Analisis Data Interval
Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. Misalnya tentang nilai ujian 4 orang mahasiswa, yakni A, B, C, dan D diukur dengan ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, dan 4, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 – 1 = 2. Beda prestasi antara mahasiswa D dan B adalah 4 – 2 = 2. Akan tetapi tidak bisa dikatakan bahwa prestasi mahasiswa D adalah 2 kali prestasi mahasiswa B ataupun prestasi mahasiswa D adalah 4 kali lebih baik dari prestasi mahasiswa A. Selain itu ukuran interval juga tidak memiliki nilai nol mutlak, seperti halnya suhu dalam skala termometer. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan skala interval ini akan diperoleh data interval. Alat analisis (uji hipotesis asosiatif) statistik parametrik yang lazim digunakan untuk data interval ini adalah Pearson Korelasi Product Moment, Partial Correlation, Multiple Correlation, Partial Regression, dan Multiple Regression.
B.     Hubungan Antar Variabel (Analisis Korelatif)
Kata “korelasi” berasal dari bahasa Inggris correlation.  Dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan ‘hubungan’, ‘saling hubungan’, atau ‘hubungan timbal balik’. Dalam ilmu statistik istilah ‘korelasi’ diberi pengertian sebagai ‘hubungan antar dua variabel atau lebih’.
Korelasi merupakan suatu hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Hubungan antara variabel tersebut bisa bisa secara korelasional dan bisa juga secara kausal. Jika hubungan tersebut tidak menunjukkan sifat sebab akibat, maka korelasi tersebut dikatakan korelasional, artinya sifat hubungan variabel satu dengan variabel lainnya tidak jelas mana variabel sebab dan mana variabel akibat. Sebaliknya, jika hubungan tersebut menunjukkan sifat sebab akibat, maka korelasinya dikatakan kausal artinya jika variabel yang satu merupakan sebab, maka variabel lainnya merupakan akibat.[4]
Hubungan antara variabel dikenal dengan istilah bivariate correlation, sedangkan hubungan antar lebih dari dua variabel disebut multivariate correlation.
Hubungan antar variabel misalnya hubungan atau korelasi antara prestasi studi (variabel X) dan kerajinan kuliah (variabel Y), maksudnya: prestasi studi ada hubungan nya dengan kerajinan kuliah. Hubungan antar lebih dari dua variabel misalnya hubungan antara prestasi studi (variabel X1) dan kerajinan kuliah (variabel X2), keaktifan mengunjungi perpustakaan (variabel X3), keaktifan berdiskusi (variabel X4).[5]
Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang nilai-nilainya bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan X. variabel itu digunakan untuk meramalkan atau menerangkan nilai variabel yang lain. Variabel Terikat (dependent variable) adalah variabel yang  nilai-nilainya bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y. Variabel itu merupakan variabel yang diramalkan atau diterangkan nilainya.[6]
Dalam contoh diatas variabel diatas dependent variable, yaitu variabel yang dipengaruhi; sedangkan variabel kerajinan kuliah, keaktifan mengunjungi perpustakaan, keaktifan berdiskusi disebut independent variable yaitu variabel bebas, dalam arti : bermacam–macam variabel yang dapat memberikan pengaruh terhadap prestasi studi.[7]
1.      Produck Moment
Korelasi Product moment (Product of the moment correlation) adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antardua variable yang kerap kali dgunakan. Korelasi Product Moment (KPM) atau sering juga disebut Korelasi Pearson merupakan alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif (uji hubungan) dua variabel bila datanya berskala interval atau rasio. Teknik korelasi produk momen ini dikembangkan oleh Karl Pearson.
Korelasi Product moment merupakan salah satu bentuk statistik parametris karena menguji data pada skala interval atau rasio. Disebut Korelasi Product moment karena koefisien korelasinya diperoleh dengan cara mencari hasil perkalian dari momen-momen ariabel yang dikorelasikan (Product of the moment).
a.       Penggunaan Korelasi Product Moment
Teknik Korelasi ini dapat digunakan apabila data yang akan dikorelasikan atau dianalisis memenuhi syarat sebagai berikut:
Ø  Variabel yang akan dikorelasikan berbentuk gejala yang bersifat kontinu atau data ratio dan data interval.
Ø  Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen atau mendekati homogeny
Ø  Regresinya merupakan regresi linear.
Ø  Korelasi yang sering digunakan oleh peneliti (terutama peneliti yang mempunyai data-data interval  dan rasio) adalah korelasi Pearson atau Product Moment Correlation.
Adapun beberapa persyaratan  yang harus dipenuhi apabila kita menggunakan rumus ini adalah:
Ø  Pengambilan sampel dari populasi harus random(acak).
Ø  Data yang dicari korelasinya harus berskala interval atau rasio.
Ø  Variasi skor  kedua variabel yang akan dicari korelasinya harus sama.
Ø  Distribusi skor variabel yang dicari korelasinya hendaknya merupakan distribusi unimodal.
Ø  Hubungan antara variabel X dan Y hendaknya linier.

b.      Lambang Korelasi Product Moment
Kuat lemah atau tinggi rendahnya korelasi antara dua variabel yang sedang kita teliti, dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka index korelasi, yang pada teknik korelasi product moment deberi lambang “r” (sering disebur “r” product moment).  Angka indeks korelasi product moment ini diberi indeks dengan huruf kecil dari huruf-huruf yang dipergunakan untuk dua buah variabel yang sedang dicari korelasinya. Jadi apabila variabel pertama diberi lambang “X” dan variabel kedua dberi lambang “y”, maka angka indeks korelasinya dinyatakan dengan lambang r xy.


Rumus Pearson Product Moment
Adapun rumus Pearson Product Moment (r) terbagi 2 macam adalah sebagai berikut di bawah ini:
            Korelasi Product Moment dengan simpangan:
    r_xy=(∑xy)/√((∑x^2 )(∑y^2 ) ) 
    Keterangan:
    r_xy   =Koefisiensi korelasi anatara variabel X dan variabel Y:dua variabel yang dikorelasikan
                       ( x=X-M ) dan(  y= Y-M).
   ∑xy   =Jumlah perkalian x dengan y
    x^2   =Kuadrat dari x (deviasi x)
    y^2  =Kuadrat dari y (deviasi y)

            Korelasi Product Moment dengan Angka Kasar:
     r_xy=(NΣxy_(-(∑x) ) (∑y))/√((NΣx^2-(∑x)^2 (NΣy^2-(Σy)^(2)) ) 
    Keterangan:
     r_xy=Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
      Σxy  =Jumlah perkalian antara variabel x dan Y
       ∑x^2  =Jumlah dari kuadrat nilai X
       ∑y^2   =Jumlah dari kuadrat nilai Y
       (∑x)^2=Jumlah nilai X kemudian dikuadratkan
      (∑y)^2=Jumlah nilai Y kemudian dikuadratkan
2.      Kontingensi[8]
Teknik korelasi koefisien kontingensi adalah salah satu teknik analisis korelasional bivariat, yang dua buah variabel yang dikorelasikan adalah berbentuk kategori atau merupakan gejala ordinal. Misalnya : tingkat pendidikan, tinggi, menengah, rendah : pemahaman terhadap ajaran Agama Islam: baik, cukup, kurang, dan sebagainya.
Lambangnya
Kuat lemah, tinggi – rendah, atau besar – kecilnya korelasi antar dua variabel yang sedang kita selidiki korelasinya, dapat diketahui dari besar – kecilnya angka indeks korelasi yang disebut coefficient contingency, yang umumnya diberi lambang dengan huruf C atau KK ( singkatan dari koefisien kontingensi).
            Rumusnya
=  χ^2/(χ^2+ N)
χ^2 dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :      χ^2= ∑((f_0- f_t )^2)/f_t
Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi kontingensi
Pemberian interpretasi terhadap angka indeks korelasi kontingensi C atau KK itu adalah dengan jalan terlebih dahulu menubah harga C menjadi phi, dengan mempergunakan rumus :       φ=  C/√(1-C^2 )
Setelah harga φ diperoleh, selanjutnya kita konsultasikan dengan tabel nilai  “r” Product Moment dengan df sebesar N – nr. Jika angka indeks korelasi yang kita peroleh dalam perhitungan (dalam hal ini adalah C yang telah diubah menjadi phi dan dianggap “ r_(xy )“) itu sama dengan atau lebih besar daripada r_tabel, maka hipotesis nihil ditolak dan apabila lebih kecil daripada r_tabel, maka hipotesis nihil diterima atau disetujui.


3.      Korelasi PHI[9]
Teknik korelasi phi adalah salah satu teknik analisis korelasional yang dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang benar – benar dikotomik ( terpisah atau dipisahkan secara tajam ) dengan istilah lain ; variabel yang dikorelasikan itu adalah variabel diskrit murni ; misalnya : laki – laki – perempuan, hidup – mati, lulus – tidak lulus, menjadi pengurus organisasi – tidak menjadi pengurus organisasi mengikuti bimbingan tes – tidak mengikuti bimbingan tes, dan seterusnya. Apabila variabelnya bukan merupakan variabel diskrit, maka variabel tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi variabel diskrit.
Lambangya
Besar kecil, kuat lemahnya, atau tingi rendahnya, korelasi antar dua variabel yang kita selidiki korelasinya, pada teknik korelasi phi ini, ditunjukkan oleh besar kecilnya angka indeks korelasi yang dilambangkan dengan huruf φ ( phi ) yang besarnya berkisar antara 0,00 samapai dengan + 1,00.
Rumusnya
ü Rumus pertama :             
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung atau mencari  kita mendasarkan diri pada frekuensi dari masing – masing sel yang terdapat dalam tabel kerja (tabel perhitungan).
ü  Rumus kedua :                
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam menghitung  kita mendasarkan diri pada nilai proporsinya.
ü  Rumus ketiga :                
Rumus ini kita pergunakan apabila dalam mencari  kita terlebih dahulu menghitung kai kuadrat (; kai kuadrat itu diperoleh dengan rumus :
           dengan : = frekuensi yang diperoleh dalam penelitian
                                                 = frekuensi secara teoritik
a.       Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi phi ( )
Pada dasarnya, phi merupakan product momen correlation. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan dengan cara yang sama dengan “r” Product Moment dari Pearson.               
                   
b.      Contoh cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi Phi
Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan diri pada frekuensi dari masing – masing sel yang terdapat dalam tabel kerja (tabel perhitungan).
Cara mencari angka indeks korelasi phi dengan mendasarkan diri pada nilai proporsinya.            
Cara mencari (menghitung) angka indeks korelasi phi dengan memperhitungkan kai kuadradat.
Cara mencari ( menghitung ) angka indeks korelasi phi dalam keadaan khusus
4.      Point Biserial
Teknik korelasi point biserial (point biserial correlation) adalah salah satu teknik analisis korelasional bivariat yang biasa dipergunakan untuk mencari korelasi antara dua variabel :
Variabel 1 berbentuk variabel kontinum (misalnya : skor hasil tes) sedangkan Variabel 2 berbentuk variabel diskrit murni (misalnya betul atau salahnyacalon dalam menjawab butir – butir soal tes).
Teknik analisis koresional poin biseral ini juga dapat dipergunakan untuk menguji validity item (validitas soal) yang telah diajukan dalam tes, dimana skor hasil tes untuk tiap butir soal dikorelasikan dengan skor hasil tes secara totalitas.
Lambangnya
Angka indeks korelasi yang menunjukan keeratan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain, pada teknik korelasi ini dilambangkan dengan : 
Rumusnya
Dimana :  = angka indeks korelasi poin biseral
 = mean skor yang dicapai oleh peserta tes yang menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
 = mean skor total, yang berhasil dicapai oleh seluruh peserta tes.
 = deviasi standar total (dari skor total)
P   = proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan.
Cara memberikan interpretasi terhadap angka indeks poin beserial
Untuk memberikan interpretasi terhadap kita pergunakan tabel nilai “r”  product moment, dengan terlebih dahulu mencari df-nya ( df = N – nr ). Jika yang kita peroleh dalam perhitungan ternyata sama dengan atau lebih besar daripada maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kedua variabel yang sedang kita cari korelasinya, ternyata secara signifikan memang berkorelasi. Jika  lebih kecil daripada berarti tidak ada korelasi yang signifikan
Contoh cara mencari ( menhitung ) angka indeks korelasi poin biserial
Sebagai salah satu contoh, misalnya dalam suatu penelitian yang antara lain bertujuan untuk menuji validitas soal yang telah dikeluarkan dalam tes ( bila soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut berbentuk tes obkjektif ) sejumlah 10 orang calon (testee) dihadapakan kepada 10 butir soal ; skor yang berhasil dicapai testee adalah sebagai berikut : (catatan : pada contoh ini testee yang menjawab butir soal dengan betul diberi  skor 1, sedangkan tastee yang menjawab salah diberi skor nol.[10]
5.      Peta Korelasi dan Regresi Linear
Arah hubungan variable yang kita cari korelasinya, dapat kita amati melalui sebuah peta atau diagram, yang dikenal dengan nama peta korelasi. Dalam peta korelasi itu dapat kita lihat pencaran titik atau momen dari variable yang sedang kita cari korelasinya, karena itu peta korelasi juga disebut scatter diagram.
Ciri yang terkandung dalam peta korelasi itu adalah :
a.       Jika korelasi antara variable X dan variable Y merupakan korelasi positif maksimal atau tertinggi atau sempurna, maka pencaran titik yang terdapat pada peta korelasi apabila dihubungkan antara satu dengan yang lain, akan membentuk satu buah garis lurus yang condong ke arah kanan.
b.      Jika korelasi antara variable X dan variable Y merupakan korelasi negatif maksimal, maka pencaran titiknya akan membentuk satu buah garis lurus yang condong ke kiri.
c.       Jika korelasi antara variable X dan variable Y merupakan korelasi positif yang tinggi atau kuat, maka pada peta korelasi pencaran titiknya sedikit mulai menjauhi garis linear, dengan kecondongan ke arah kanan.
d.      Jika korelasi antara variable X dan variable Y merupakan korelasi negatif yang tinggi atau kuat, maka pada peta korelasi pencaran titiknya sedikit mulai menjauhi garis linear, dengan kecondongan ke arah kiri.
e.       Baik korelasi positif maupun negative dikatakan sebagai korelasi yang cukup sedang dan korelasi rendah atau lemah, apabila pencaran titik pada peta korelasi itu semakin jauh tersebar/menjauhi garis linear.[11]














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Statistika deskriptif adalah bagian dari statistika yang mempelajari alat, teknik, atau prosedur yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data atau hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan – kegiatan tersebut antara lain adalah kegiatan pengumpulan data, pengelompokkan data, penentuan nilai dan fungsi statistik, serta pembuatan grafik, diagram dan gambar.
Æ  Data Nominal Adalah data yang hanya bentuk pengkodean, maksudnya adalah angka yang ada hanyalah sebagai symbol saja. Tidak memiliki tingkatan atau hierarki. Jadi nilai 1, 2 dan seterusnya memiliki nilai yang sama dan setara. Data nominal tidak bisa dioperasikan secara matematik.
Æ  Data Ordinal Adalah data yang hampir sama dengan data nominal, namun bedanya adalah angka – angka pada data memiliki hierarki atau tingkatan – tingkatan.
Æ  Data Interval Adalah data yang memiliki range atau jarak dalam kelompok nilai dalam interval tertentu. Nol tidak memiliki nilai yang mutlak, atau nol yang tertera bukan merupakan nol yang sesungguhnya.
Æ  Data Ratio Adalah data yang memiliki nilai yang sesungguhnya. Dapat dioperasikan secara matematik dan memiliki nilai nol yang sesungguhnya.
Kata “korelasi” berasal dari bahasa Inggris correlation.  Dalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan ‘hubungan’, ‘saling hubungan’, atau ‘hubungan timbal balik’. Dalam ilmu statistik istilah ‘korelasi’ diberi pengertian sebagai ‘hubungan antar dua variabel atau lebih’.
Korelasi merupakan suatu hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Hubungan antara variabel tersebut bisa bisa secara korelasional dan bisa juga secara kausal. Jika hubungan tersebut tidak menunjukkan sifat sebab akibat, maka korelasi tersebut dikatakan korelasional, artinya sifat hubungan variabel satu dengan variabel lainnya tidak jelas mana variabel sebab dan mana variabel akibat. Sebaliknya, jika hubungan tersebut menunjukkan sifat sebab akibat, maka korelasinya dikatakan kausal artinya jika variabel yang satu merupakan sebab, maka variabel lainnya merupakan akibat.
Æ  Produck Moment, Korelasi Product moment (Product of the moment correlation) adalah salah satu teknik untuk mencari korelasi antardua variable yang kerap kali dgunakan. Korelasi Product Moment (KPM) atau sering juga disebut Korelasi Pearson merupakan alat uji statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif (uji hubungan) dua variabel bila datanya berskala interval atau rasio. Teknik korelasi produk momen ini dikembangkan oleh Karl Pearson.
Æ  Kontingensi, Teknik korelasi koefisien kontingensi adalah salah satu teknik analisis korelasional bivariat, yang dua buah variabel yang dikorelasikan adalah berbentuk kategori atau merupakan gejala ordinal. Misalnya : tingkat pendidikan, tinggi, menengah, rendah : pemahaman terhadap ajaran Agama Islam: baik, cukup, kurang, dan sebagainya.
Æ  Korelasi PHI, Teknik korelasi phi adalah salah satu teknik analisis korelasional yang dipergunakan apabila data yang dikorelasikan adalah data yang benar – benar dikotomik ( terpisah atau dipisahkan secara tajam ) dengan istilah lain ; variabel yang dikorelasikan itu adalah variabel diskrit murni ; misalnya : laki – laki – perempuan, hidup – mati, lulus – tidak lulus, menjadi pengurus organisasi – tidak menjadi pengurus organisasi mengikuti bimbingan tes – tidak mengikuti bimbingan tes, dan seterusnya. Apabila variabelnya bukan merupakan variabel diskrit, maka variabel tersebut terlebih dahulu harus diubah menjadi variabel diskrit.
Æ  Point Biserial, Teknik korelasi point biserial (point biserial correlation) adalah salah satu teknik analisis korelasional bivariat yang biasa dipergunakan untuk mencari korelasi antara dua variabel : Variabel 1 berbentuk variabel kontinum (misalnya : skor hasil tes) sedangkan Variabel 2 berbentuk variabel diskrit murni (misalnya betul atau salahnyacalon dalam menjawab butir – butir soal tes). Teknik analisis koresional poin biseral ini juga dapat dipergunakan untuk menguji validity item (validitas soal) yang telah diajukan dalam tes, dimana skor hasil tes untuk tiap butir soal dikorelasikan dengan skor hasil tes secara totalitas.
Æ  Peta Korelasi dan Regresi Linear, Arah hubungan variable yang kita cari korelasinya, dapat kita amati melalui sebuah peta atau diagram, yang dikenal dengan nama peta korelasi. Dalam peta korelasi itu dapat kita lihat pencaran titik atau momen dari variable yang sedang kita cari korelasinya, karena itu peta korelasi juga disebut scatter diagram.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul syani, “pengantar metode statistik nonparametrik”, Pustaka Jaya, Lampung : 1995
Agus Irianto, Statisrik Konsep Dasar dan Aplikasinya. 2004 Jakarta:  Prenada Media Group. 77.
Anas Sudijono, “ Pengantar Statistik Pendidikan” Raja Grafindo Persada, Jakrta: 1987
Anas Sudijono. . . . Hal 180
Anas Sudijono. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada. 179.
http://inungpunyamimpi.blogspot.co.id/2012/04/analisis-deskriptif.html
http://suhartoumm.blogspot.co.id/2008/12/transformasi-variabel-ordinal.html
https://www.scribd.com/doc/210114690/MAKALAH-KORELASI (diakses pada 20 april 2015)
M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik 1 (statistic deskriptif), Jakarta: PT. Bumi Aksara 2005, Hal. 227.
Moh. Nazir, Ph.D. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
Muhidin Sambas Ali dan Abdurahman Maman.2007. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur Dalam Penelitian. Bandung. Pustaka Setia.




[1] http://inungpunyamimpi.blogspot.co.id/2012/04/analisis-deskriptif.html
[2] Moh. Nazir, Ph.D. Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003.
[3] http://suhartoumm.blogspot.co.id/2008/12/transformasi-variabel-ordinal.html
[4] Agus Irianto, Statisrik Konsep Dasar dan Aplikasinya. 2004 Jakarta:  Prenada Media Group. 77.
[5] Anas Sudijono. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada. 179.
[6] M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistik 1 (statistic deskriptif), Jakarta: PT. Bumi Aksara 2005, Hal. 227.
[7] Anas Sudijono. . . . Hal 180
[8] https://www.scribd.com/doc/210114690/MAKALAH-KORELASI (diakses pada 20 april 2015)
[9] https://www.scribd.com/doc/210114690/MAKALAH-KORELASI (diakses pada 20 april 2015)
[10] https://www.scribd.com/doc/210114690/MAKALAH-KORELASI (diakses pada 20 april 2015)
[11] http://momentumsudutdanrotasibendategar.blogspot.co.id/2013/10/analisis-korelasional.html

Posting Komentar

 
Top