BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.[1] Pencapaian tujuan pembelajran merupakan out put/out come dari sistem yang berjalan. Dalam sebuah sistem tentu ada input, proses, dan output. Pemebalajaran berada pada posisi tengah yaitu pada proses. Keberlangsunngan proses sangat dipengaruhi oleh input yang memberi nilai masukan. Sehingga out put sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses akan berjalan lancar apabila didukung dengan pengetahuan dan komponen-komponen yang memadai.
Banyak pengajar yang dalam melaksanakan belajar mengajarnya tidak bisa mencapai tujuan/kompetensi yang ditentukan. Penyebabnya adalah pemebelajaran tidak sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa inginnya “begini pengajar melakukan begitu” tidak ada sinergitas antara pengajar dan siswa. Karakteristik siswa merupakan salah satu faktor penyebab efektif dan tidaknya pembelajaran.
Dalam pembelajaran kita mengenal istilah pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pemebeljaran. Ketiga istilah itulah yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini Karena itu merupakan komponen yang sangat mendukung untuk memahami karakteristik siswa demi tercapainya tujuan pembelajaran. Proses pemebelajaran akan berjalan efektif jika pendidik paham dan mengetahui pendekatan pembelajaran yang berlanjut terhadap pemahaman strategi pembelajaran dan memahami metode pembelajaran. Ketiga komponen ini merupakan satu kesatuan yang akan mendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dan karakteristik siswa.
B.     Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah : “Pendekatan apa saja yang dilakukan dalam metode pembelajaran” ?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalahnya, maka yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah : “Memahami pendekatan apa saja yang dapat dilakukan dalam metode pembelajaran”.




BAB I
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendekatan
Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang salah satu artinya adalah “Pendekatan”. Dalam pengajaran, approach diartikan sebagai a way of beginning something ‘cara memulai sesuatu’. Karena itu, pengertian pendekatan dapat diartikan cara memulai pembelajaran. Dan lebih luas lagi, pendekatan berarti seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik awal dalam memandang sesuatu, suatu filsafat, atau keyakinan yang kadang kala sulit membuktikannya. Pendekatan ini bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1.      Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan
2.      Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.

B.     Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1.      Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
2.      Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
3.      Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
4.      Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
5.      Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.

C.    Macam-Macam Pendekatan dalam Pembelajaran
1.      Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.[2] Dalam konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
a.       Mengaitkan. adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
b.      Mengalami. merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
c.       Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
d.      Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
e.       Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengalaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hafalan.

v  Karakteristik Pembelajaran CTL
a.       Kerjasama.
b.      Saling menunjang.
c.       Menyenangkan, tidak membosankan.
d.      Belajar dengan bergairah.
e.       Pembelajaran terintegrasi.
f.       Menggunakan berbagai sumber.
g.      Siswa aktif.
h.      Sharing dengan teman.
i.        Siswa kritis guru kreatif.
j.        Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
k.      Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

v  Tahapan-tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual
Tahapan pelaksanaan pembelajaran kontekstual antara lain :
a.       Mengkaji materi pelajaran yang akan diajarkan.
b.      Mengkaji konteks kehidupan siswa sehari-hari.
c.       Memilih materi pelajaran yang dapat dikaitkan dengan kehidupan siswa.
d.      Menyusun persiapan proses KBM yang telah memasukkan konteks dengan materi pelajaran.
e.       Melaksanakan proses belajar mengajar kontekstual.
f.       Melakukan penilaian otentik terhadap apa yang telah dipelajari siswa.

v  Kelebihan pendekatan Kontekstual
a.       Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan.
b.      Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.

v  Kelemahan Pendekatan Kontekstual
a.       Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ”penguasa” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.
b.      Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.

2.      Pendekatan Kontruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Secara umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
v  Konstrukstivisme Individu
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
v  Konstrukstivisme Sosial
Berbeda dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar individual.
v  Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme
a.       Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
b.      Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
c.       Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.
v  Prinsip Pendekatan konstruktivisme
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Konstruktivime akan mengaktifkan siswa secara aktif sehingga pembelajaran yang didapat oleh siswa lebih didasarkan pada proses pencapaian pengetahuan itu bukan pada hasilnya.
Prinsip konstruktivisme telah banyak digunakan dalam pembelajaran. Ada beberapa prinsip dari konstruktivisme antara lain :[3]
a.       Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif .
b.      Tekanan dalam pembelajaran terletak pada siswa.
c.       Mengajar adalah membantu siswa belajar.
d.      Tekanan dalam pembelajaran lebih pada proses bukan pada akhir .
e.       Kurikulum menekankan pada partisipasi siswa.
f.       Guru adalah fasilitator.
Sedangkan menurut Brooks dalam Subana, prinsip konstruktivisme yaitu:[4]
a.       Ajukan masalah yang relevan dengan siswa,
b.      Struktur pembelajaran pada konsep-konsep eensial,
c.       Usahakan menemukan dan menilai pandangan siswa,
d.      Adaptasikan kurikulum, dan
e.       Ukur belajar siswa dalam konteks belajar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme antara lain siswa aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuan baru sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dalam mengkonstruksikan pengetahuan tersebut sebagaimana tuntunan kurikulum.
v  Karakteristik Pembelajaran Konstruktivisme
Adapun karakteristik pendekatan konstruktivisme menurut Driver dalam Paul, bahwa karakteristik pembelajaran konstruktivisme adalah:[5]
a.       Orientasi ialah siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topik
b.      Elicitasi ialah membantu siswa untuk mengungkapkan idenya secara jelas
c.       Retrukturisasi ide terdiri dari klarifikasi ide, membangun ide yang baru, mengevaluasi ide baru dengan eksperimen
d.      Penggunaan ide dalam banyak situasi
e.       Review adalah bagaimana ide itu berubah.
Sedangkan menurut Smorgansbord menyatakan beberapa karakteristik tentang konstruktivisme yaitu :[6]
a.       Pengetahuan dibangun berdasarkan pengalaman atau pengetahuan yang telah ada sebelumnya
b.      Belajar merupakan penasiran personal tentang dunia
c.       Belajar merupakan proses yang aktif dimana makna diembangkan berdasarkan pengalaman
d.      Pengetahuan tumbuh karena adanya perundingan makna melalui berbagai informasi atau menyepakati suatu pandangan dalam berinteraksi
e.       Belajar harus disituasikan dalam kehidupan yang nyata.

v  Langkah Pelaksanaan Pendekatan Konstruktivisme
Langkah pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme, menurut Nurhadi bahwa penerapan konstruktivisme muncul dengan lima langkah pembelajaran yaitu sebagai berikut:[7]
a.       Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada, Pengetahuan awal yang sudah dimiliki peserta didik akan menjadi dasar awal untuk mempelajari informasi baru. Langkah ini dapat dilakukan dengan cara pemberian pertanyaan terhadap materi yang akan dibahas.
b.      Pemerolehan pengetahuan baru, Pemerolehan pengetahuan perlu dilakukan secara keseluruhan tidak dalam paket yang terpisah-pisah.
c.       Pemahaman pengetahuan, Siswa perlu menyelidiki dan menguji semua hal yang memungkinkan dari pengetahuan baru siswa.
d.      Menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh, Siswa memerlukan waktu untuk memperluas dan memperhalus stuktur pengetahuannya dengan cara memecahkan masalah yang di temui.
e.       Melakukan refleksi., Pengetahuan harus sepenuhnya dipahami dan diterapkan secara luas, maka pengetahuan itu harus dikontekstualkan dan hal ini memerlukan refleksi.
Sedangkan menurut langkah-langkah pembelajaran konstruktivisme antara lain :[8]
a.       Carilah dan gunakanlah pertanyaan dan gagasan siswa untuk menuntun pelajaran dan keseluruhan unit pembelajaran
b.      Biarkan siswa mengemukakan gagasan-gagasan mereka dulu
c.       Kembangkan kepemimpinan, kerja sama, pencarian informasi, dan aktivitas siswa sebagai hasil dalam proses belajar
d.      Gunakan pemikiran, pengalaman, dan minat siswa untuk mengarahkan proses pembelajaran
e.       Kembangkan penggunakan alternatif sumber informasi baik dalam bentuk bahan tertulis maupun bahan-bahan para pakar.
f.       Usahakan agar siswa mengemukakan sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa
g.      Carilah gagasan-gagasan siswa sebelum guru menyajikan pendapatnya.
h.      Buatlah agar siswa tertantang dengan konsepi dan gagasan-gagasan mereka sendiri
i.        Sediakan waktu cukup untuk berefleksi dan menganalisis menghormati gagasan siswa
j.        Doronglah siswa untuk melakukan analisis sendiri, mengumpulkan bukti nyata untuk mendukung gagasannya sesuai dengan pengetahuan baru yang dipelajarinya
k.      Gunakanlah masalah yang diidentifikasikan oleh siswa sesuai dengan minantya dan dampak yang akan ditimbulkannya
l.        Gunakan sumber-sumber lokal sebagai sumber informasi asli yang digunakan dalam pemecahan masalah.
m.    Libatkan siswa dalam mencari pemecahan masalah yang ada dalan kenyataan.
n.      Perluas belajar seputar jam pelajaran, ruangan kelas, dan lingkungan sekolah.
o.      Pusatkan perhatian pada dampak sains pada setiap individu siswa
p.      Tekankan kesadaran karir terutama yang berhubungan dengan sains dan teknologi”.

v  Kelebihan Pendekatan Konstruktivisme
Dalam penerapannya, pendekatan konstruktivisme memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Ella menjelaskan bahwa pendekatan konstruktivisme membantu siswa menguasai tiga hal , yaitu:[9]
a.       Siswa diajak memahami dan menafsirkan kenyataan dan pengalamannya yang berbeda.
b.      Siswa lebih mampu mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.
c.       Pemahaman konstruktivisme, yaitu membangun dan mengetahui bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.
Dengan adanya kelebihan pada pendekatan konstruktivisme ini maka siswa di harapkan dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai cara, jadi peserta didik akan terlatih untuk dapat menerapkannya dengan situasi yang berbeda atau baru.
v  Kekurangan Pendekatan Konstruktivisme
Selain memiliki kelebihan pendekatan konstruktivisme juga memiliki kekurangan. Namun kekurangan ini dapat kita atasi seperti:
a.       Siswa masih kesulitan dalam menemukan sendiri jawabannya
b.      Membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang lemah
c.       Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar dalam menanti temannya yang belum selesai.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan kelemahan pendekatan konstruktivisme dapat ditolerir, maka guru hendaknya dapat membimbing siswa agar dapat menemukan jawabannya, kemudian guru menambah waktu belajar bagi siswa yang lemah dalam proses pembelajaran, serta memberikan nasehat agar menghargai teman dalam belajar Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3.      Pendekatan Deduktif
Menurut Setyosari menyatakan bahwa “Berpikir deduktif merupakan proses berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu.”[10]
Hal serupa dijelaskan oleh Sagala, yang menyatakan bahwa: Pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaaan umum kekeadaan yang khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.[11]
Sedangkan menurut Yamin, menyatakan bahwa “Pendekatan deduktif merupakan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.”[12]
Dalam pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis kebentuk realitas atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Disini guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli, kemudian menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.
Dari penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan deduktif adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.
v  Penggunaan Pendekatan Deduktif
Menurut Yamin pendekatan deduktif dapat dipergunakan bila:[13]
a.       Siswa belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari,
b.      Isi pelajaran meliputi terminologi, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berfikir kritis,
c.       Pengajaran mengenai pelajaran tersebut mempunyai persiapan yang baik dan pembicaraan yang baik,
d.      Waktu yang tersedia sedikit.

v  Langkah-langkah Pendekatan Deduktif
Menurut Sagala langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan deduktif dalam pembelajaran adalah :[14]
a.       Guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif,
b.      Guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya,
c.       Guru menyajikan contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus dengan aturan prinsip umum,
d.      Guru menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan gambaran dari keadaan umum.

v  Kelebihan Pendekatan Deduktif
Adapun kelebihan dari pendekatan deduktif dibandingkan dengan pendekatan lain adalah :
a.       Tidak memerlukan banyak waktu.
b.      Sifat dan rumus yang diperoleh dapat langsung diaplikasikan kedalam soal-soal atau masalah yang konkrit.

v  Kelemahan Pendekatan Deduktif
Kelemahan pendekatan deduktif antara lain:
a.       Siswa sering mengalami kesulitan memahami makna matematika dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa baru bisa memahami konsep setelah disajikan berbagai contoh.
b.      Siswa sulit memahami pembelajaran matematika yang diberikan karna siswa menerima konsep matematika yang secara langsung diberikan oleh guru.
c.       Siswa cenderung bosan dengan pembelajaran dengan pendekatan deduktif, karna disini siswa langsung menerima konsep matematika dari guru tanpa ada kesempatan menemukan sendiri konsep tersebut.
d.      Konsep tidak bisa diingat dengan baik oleh siswa.

4.      Pendekatan Induktif
Menurut Yamin,[15] menyatakan bahwa: Pendekatan induktif dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Mengajar dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara penyajian kepada siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.
v  Penggunaan Pendekatan Induktif
Menurut Yamin, pendekatan induktif tepat digunakan manakala:[16]
a.       Siswa telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut,
b.      Yang diajarkan berupa keterampilan komunikasi antara pribadi, sikap, pemecahan, dan pengambilan keputusan,
c.       Pengajar mempunyai keterampilan fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan terampil mengulang pertanyaan, dan sabar,
d.      Waktu yang tersedia cukup panjang.

v  Kelebihan Pendekatan Induktif
Adapun kelebihan dari pendekatan induktif dibandingkan dengan pendekatan antara lain adalah :
a.       Memberikan kesempatan pada siswa untuk berusaha sendiri atau menemukan sendiri suatu konsep sehingga akan diingat dengan lebih baik.
b.      Murid memahami sifat atau rumus melalui serangkaian contoh. Kalau terjadi keraguan mengenai pengertian dapat segera diatasi sejak masih awal.
c.       Dapat meningkatkan semangat belajar siswa.

v  Kelemahan Pendekatan Induktif
Kelemahan dari pendekatan induktif antara lain :
a.       Memerlukan banyak waktu.
b.      Kadang-kadang hanya sebagian siswa yang terlibat secara aktif.
c.       Sifat dan rumus yang diperoleh masih memerlukan latihan atau aplikasi untuk memahaminya.
d.      Secara matematik (formal) sifat atau rumus yang diperoleh dengan pendekatan induktif masih belum menjamin berlaku umum.

5.      Pendekatan Konsep
Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh.
v  Ciri-ciri suatu konsep adalah:
a.       Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
b.      Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
c.       Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
d.      Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
e.       Konsep yang benar membentuk pengertian
f.       Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah:
a.       Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
b.      Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
c.       Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang kompleks.
d.      Penjelasan perlahan-lahan dari yang konkret sampai ke yang abstrak.

6.      Pendekatan Proses
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
v  Kelebihan Pendekatan Proses
Keunggulan/Kelebihan pendekatan proses adalah :
a.       Memberi bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
b.      Pendahuluan proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan cara memperoleh pengetahuan.

vKelemahan Pendekatan Proses
Kelemahan pendekatan proses adalah :
a.       Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan pengajaran yang ditetapkan dalam kurikulum.
b.      Memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya.
c.       Merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak semua siswa mampu melaksanakannya.

7.      Pendekatan Open-Ended
Menurut Suherman dkk,[17] problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau soal terbuka. Siswa yang dihadapkan dengan Open-Ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.
v  Kelebihan pendekatan Open–Ended.
Dalam pendekatan open-ended guru memberikan permasalah kepada siswa yang solusinya tidak perlu ditentukan hanya melalui satu jalan. Guru harus memanfaatkan keragaman cara atau prosedur yang ditempuh siswa dalam menyelesaikan masalah. Hal tersebut akan memberikan pengalaman pada siswa dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dan cara berfikir matematik yang telah diperoleh sebelumnya. Ada beberapa kelebihan dari pendekatan ini, antara lain:
a.       Siswa memiliki kesempatan untuk berpartisipasi secara lebih aktif serta memungkinkan untuk mengekspresikan idenya.
b.      Siswa memiliki kesempatan lebih banyak menerapkan pengetahuan serta keterampilan matematika secara komprehensif.
c.       Siswa dari kelompok lemah sekalipun tetap memiliki kesempatan untuk mengekspresikan penyelesaian masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri.
d.      Siswa terdorong untuk membiasakan diri memberikan bukti atas jawaban yang mereka berikan.
e.       Siswa memiliki banyak pengalaman, baik melalui temuan mereka sendiri maupun dari temannya dalam menjawab permasalahan.

v  Kelemahan Pendekatan Open–Ended.
Disamping kelebihan yang dapat diperoleh dari pendekatan open-ended, terdapat juga beberapa kelemahan, diantaranya:
a.       Sulit membuat atau menyajikan situasi masalah matematika yang bermakna bagi siswa.
b.      Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahamai siswa sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
c.       Karena jawaban bersifat bebas, siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
d.      Mungkin ada sebagian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka hadapi.

8.      Pendekatan Saintific
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik appoach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
v  Tujuan Pembelajaran Pendekatan Saintific
Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:
a.       untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
b.      untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
c.       terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
d.      diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
e.       untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah
f.       Untuk mengembangkan karakter siswa.

v  Prinsip Pendekatan Saintific
Prinsip-prinsip dalam pembelajaran dengan pendekatan saintific antara lain :
a.       pembelajaran berpusat pada siswa
b.      pembelajaran membentuk students’ self concept
c.       pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari, mnganalisis, menyimpulkan konsep, pengetahuan, dan prinsip.
d.      pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
e.       Pembelajaran meningkatkan motivasi

9.      Pendekatan Realistik
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan olehHans Frudenthal di Belanda. Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan ketrampilan ‘proses of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas sehinggga mereka dapat menemukan sendiri (‘student inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun secara kelompok.[18]
Pengertian pendekatan realistik menurut Sofyan, “sebuah pendekatan pendidikan yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri”.[19]
v  Tujuan Pendekatan Realistik (RME)[20]
Tujuan Pembelajaran Matematika Realistik sebagai berikut:
a.       Menjadikan matematika lebih menarik,relevan dan bermakna,tidak terlalu formal dan tidak terlalu abstrak
b.      Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
c.       Menekankan belajar matematika “learning by doing”.
d.      Memfasilitasi penyelesaian masalah matematika tanpa menggunakan penyelesaian yang baku.
e.       Menggunakan konteks sebagai titik awal pembelajaran matematika.
Gravemeijer dalam fitri, menyebutkan tiga prinsip kunci dalam pendekatan realistik, ketiga kunci tersebut adalah:[21]
a.       Penemuan kembali secara terbimbing/ matematika secara progresif(Gunded Reinvention/ Progressive matematizing). Dalam menyeleseikan topik- topik matematika, siswa harus diberi kesempatan untuk mengalami proses yang sama, sebagai koknsep- konsep matematika dikemukakan. Siswa diberikan masalah nyata yang memungkinkan adanya penyeleseian yang berbeda.
b.      Didaktif yang bersifat fenomena(didaktial phenomology) topik matematika yang akan diajarkan diupayakan berasal dari fenomenan sehari-hari.
c.       Model yang dikembangkan sendiri(self developed models) dalam memecahkan ‘contextual problem”, mahasiswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka sendiri. Pengembangan model ini dapat berperan dalam menjembatani pengetahuan informal dan pengetahuan formal serta konkret dan abstrak.

v  Kelebihan Pembelajaran Matematika Realistik
Beberapa keunggulan/kelebihan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
a.       Pelajaran menjadi cukup menyenangkan bagi siswa dan suasana tegang tidak tampak.
b.      Materi dapat dipahami oleh sebagian besar siswa.
c.       Alat peraga adalah benda yang berada di sekitar, sehingga mudah didapatkan.
d.      Guru ditantang untuk mempelajari bahan.
e.       Guru menjadi lebih kreatif membuat alat peraga.
f.       Siswa mempunyai kecerdasan cukup tinggi tampak semakin pandai.

v  Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik
Beberapa kelemahan dari pembelajaran metematika realistik antara lain:
a.       Sulit diterapkan dalam suatu kelas yang besar(40- 45 orang).
b.      Dibutuhkan waktu yang lama untuk memahami materi pelajaran.
c.       Siswa yang mempunyai kecerdasan sedang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mampu memahami materi pelajaran.

10.  Pendekatan Science, Technology and Sosiery dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology
Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains, teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan, sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Æ  Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teorItis tertentu.
Æ  Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
o   Sebagai pedoman umum dalam menyusun langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
o   Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan pembelajaran.
o   Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah dicapai.
o   Mendiaknosis masalah-masalah belajar yang timbul, dan
o   Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilaksanakan.
Æ  Ada beberapa pendekatan dasar yang bisa dilakukan dalam pembelajaran, yaitu :
o   Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL)
o   Pendekatan Kontruktivisme
o   Pendekatan Deduktif
o   Pendekatan Induktif
o   Pendekatan Konsep
o   Pendekatan Proses
o   Pendekatan Open – Ended
o   Pendekatan Saintific
o   Pendekatan Realistik
o   Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat





DAFTAR PUSTAKA
Gintings, abdurarakhman. Belajar dan Pemebelajaran.2008. Bandung: Humaniora.
http://sakinahninaarz009..co.id/2014/06/macam-macam-pendekatan pembelajaran.html
John. W. Santrock. Psikologi Pendidikan edisi kedua.2008.jakarta:kencana.
Sanjaya Kurikulum dan Pemebelajaran (Jakarta, Kencana prenada Media Group)
Siregar, eveline dan hartin. Teori Belajarda dan Pemebeljaran.2010. Bogor: ghalia indonesia.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.1997.  Bandung: Rineka Cipta.
Subana, metode dan teknik pembelajaran partispatif, 2001, bandung : falah production
Syaiful Sagala. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung; Alfabeta
Uus, Ruswandi dan Badrudin. Pengembangangn Kepribadian Guru. 2010. Bandung: Insan Mandiri.
Wina, sanjaya. Kurikulum dan Pemebelajaran.20010. Jakarta: Kencana prenada Media Group.
Www.Google.com




[1] Sanjaya Kurikulum dan Pemebelajaran (Jakarta, Kencana prenada Media Group) h. 215
[2] (US Departement of Education, 2001).
[3] Suparno, 1999. h.73
[4] Subana, 2001. h.47
[5] Driver, 1996. H.69
[6] Smogransbord, 1997. h.54
[7] Nurhadi, 2003. H.39
[8] Kunandar, 2007. H.307
[9] Ella, 2005. H.55
[10] Setyosari, 2010. h.7
[11] Segala, 2010. h.76
[12] Yasmin, 2008.h.89
[13] Yasmin, 2008.h.89
[14] Segala, 2010.h.76
[15] Yasmin, 2008.h.89
[16] Yasmin, 2008.h.90
[17] Suherman, 2003.h.123
[18] Zulkardi, 2009
[19] Sofyan, 2007.h.28
[20] Kuiper & Kouver, 1993
[21] Gravemeijen, 2007.h.10

Posting Komentar

 
Top