BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hepatitis
merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat disebabkan oleh
infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati.
Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus,
identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B, C,
D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester
Monica, 2002 : 93)
Penyakit
hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati diseluruh dunia.
Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit hepatits ataupun
gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. (Aru,
w sudoyo, 2006 : 429). Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis
atau pengerasan hati bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi
hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat
infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa
panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa
hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan
akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru
sembuh dalam waktu satu bulan.
Menurut
guru besar hepatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga ketua
kelompok kerja Hepatitis Departemen Kesehatan, Alli Sulaiman, virus hepatitis
menginfeksi sekitar 2 miliar orang didunia. Setiap tahun lebih dari 1.300.000
orang meninggal dunia akibat hepatitis beserta komplikasinya. Prevalensi di
Indonesia sekitar 10-15 persen jumlah penduduk atau sekitar 18 juta jiwa. Dari
jumlah yang terinfeksi, kurang dari 10 persen yang terdiagnosis dan diobati.
Sebanyak 90 persen lain tidak menimbulkan gejala sehingga tidak terdiagnosis.
Karena itu, pemeriksaan menjadi penting, penyebabnya karena mudah ditularkan,
memiliki morbiditas yang tinggi dan menyebabkan penderitanya absen dari sekolah
atau pekerjaan untuk waktu yang lama. 60-90% dari kasus-kasus hepatitis virus
diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keberadaan kasus-kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus-kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang dari
keadaan sebenarnya. (Brunner & Sudarth, 2001 : 1169)
Pada
umumnya klien yang menderita penyakit hepatitis ini mengalami Anoreksia atau
penurunan nafsu makan dimana gejala ini diperkirakan terjadi akibat pelepasan
toksin oleh hati yang rusak untuk melakukan detoksifikasi produk yang abnormal
sehingga klien ini haruslah mendapatkan nutrisi yang cukup agar dapat
memproduksi enegi metabolik sehingga klien tidak mudah lelah. Secara khusus
terapi nutrisi yang didesain dapat diberikan melalui rute parenteral atau
enteral bila penggunaan standar diet melalui rute oral tidak adekuat atau tidak
mungkin untuk mencegah/memperbaiki malnutrisi protein-kalori. Nutrisi enteral
lebih ditujukan pada pasien yang mempunyai fungsi GI tetapi tidak mampu
mengkonsumsi masukan nasogastrik. Nutrisi parenteral dapat dipilih karena
status perubahan metabolik atau bila abnormalitas mekanik atau fungsi dari
saluran gastrointestinal mencegah pemberian makan enteral. Asam
amino,karbohidrat, elemen renik, vitamin dan elektrolit dapat diinfuskan
melalui vena sentral atau perifer. (Marilyn E. Doengoes, 1999: 758)
Dalam
memberikan pelayanan kesehatan memerlukan asuhan keperawatan yang tepat,
disamping itu juga memerlukan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan, sehingga akibat dan komplikasi dapat dihindari
seperti memberi penjelasan tentang Hepatitis antara lain: penyebab, tanda dan
gejala, pengobatan, perawatan, penularan dan akibat yang didapat kalau
pengobatan tidak dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1.
Apakah Pengertian Hepatitis ?
2.
Berapa Macamkah Hepatitis ?
3.
Apa Penyebab dan bagaimana penularan
Hepatitis ?
4.
Apa Saja Tanda dan Gejala Hepatitis ?
5.
Bagaimana Cara Pencegahan Hepatitis ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalahnya, maka yang menjadi tujuan penulisan
adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui Pengertian Hepatitis.
2.
Memahami Macam-Macam Hepatitis.
3.
Mengetahui Penyebab dan Penularan
Hepatitis.
4.
Mengetahui Tanda dan Gejala Hepatitis.
5.
Memahami Cara Pencegahan Hepatitis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hepatitis
Hepatitis
adalah inflamasi/radang dan cedera pada hepar karena reaksi hepar terhadap
berbagai kondisi terutama virus, obat-obatan dan alkohol. (Ester monika, 2002 :
93)
Hepatitis
adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus adalah
istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dn
inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia
serta seluler yang khas. (Brunner & Suddarth, 2002 : 1169)
Hepatitis
adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa
awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi
lever itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ
hati,bukan penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat
mengartikan lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning
sebenarnya dapat menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning
disebabkan oleh radang hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung
empedu. (M. Sholikul Huda)
Hepatitits
adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat di sebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat – obatan serta bahan – bahan
kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis
virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
Dari
beberapa pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hepatitis adalah suatu
penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh infeksi virus yang
menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
B.
Jenis-jenis
Hepatitis
1. Hepatitis
A
Dikenal
dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui kontaminasi
oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang terkontaminasi. Potensi
penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret saluran cerna. Umumnya terjadi
didaerah kumuh berupa endemik. Masa inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan
gejala klinis. Populasi paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa
muda.
2. Hepatitis
B
Penularan
virus ini melalui rute trnfusi darah/produk darah, jarum suntik, atau hubungan
seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka yang sering tranfusi darah,
pengguna obat injeksi; pekerja parawatan kesehatan dan keamanan masyrakat yang
terpajan terhadap darah; klien dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan,
pria homoseksual, pria dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil
yang terinfeksi ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasien hemodialisa.
Masa inkubasi mulai 6 minggu sampai
dengan 6 bulan sampai timbul gejala klinis.
3. Hepatitis
C
Dahulu
disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab tersering infeksi
hepatitis yang ditularkan melalui suplai
darah komersial. HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi
terutama melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah
pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial risiko
terhadap pekerja perawatan kesehatan dan
keamanan masyarakat yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama
18-180 hari.
4. Hepatitis
D
Virus
ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV bertambah parah.
Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada individu yang mengedap
infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan
darah infeksius melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah
pengguna obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi
hanya individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui
secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan,
kegagalan hati, dan kematian
5. Hepatitis
E
Virus
ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingeti air yan
tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang yang hidup pada
atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko dimana sanitasi buruk,
dan paling sering pada dewasa muda hingga pertengahan.
6. Kemungkinan
hepatitis F dan G
Baru
ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini para pakar
belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah. Sedangkan
hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan
hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis
kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum suntik.
C.
Penyebab
dan Cara Penularan Hepatitis
1. Virus
Hepatitis yang Ditularkan secara Parenteral dan Seksual
a. Hepatitis
B
Hepatitis
B adalah virus yang sering dipelajari karena dapat diuji, prevalensi dari
penyakit. Morbiditas dan mortalitas berhubungan dengan penyakit.
Infeksi
hepatitis B terdapat di seluruh dunia, menyebabkan 250.000 kematian per tahun.
Sejak 1982, vaksin efektif dari hepatitis B tersedia dan adanya kampanye
penurunan penyakit akan memungkinkan penurunan dampak penyakit ini di masa
depan.
Ø Penularan
Daerah
di mana penyakit ini endemik (Kutub, Afrika, Cina, Asia Selatan dan Amazon),
bentuk penularan yang sering adalah secara perinatal dari ibu terinfeksi pada
bayinya. Di Negara berkembang dengan prevalensi penyakit lebih rendah, rute
utama penularan adalah seksual dan parenteral. Di Amerika Serikat, populasi
risiko tinggi meliputi laki – laki homoseksual, pengguna obat intravena,
petugas perawatan kesehatan dan mereka yang mendapat transfusi darah.
Ø Patofisiologi
Virus
harus dapat masuk ke aliran darah dengan inokulasi langsung, melalui mebran
mukosa atau merusak kulit untuk mencapai hati. Di hati, replikasi perlu
inkubasi 6 minggu sampai 6 bulan sebelum penjamu mengalami gejala. Beberapa
infeksi tidak terlihat untukmereka yang mengalami gejala, tingkat kerusakan
hati, dan hubungannya dengan demam yang diikuti ruam, kekuningan, arthritis,
nyari perut, dan mual. Pada kasus yang ekstrem, dapat terjadi kegagalan hati
yang diikuti dengan ensefalopati. Mortalitas dikaitkan dengan keparahan
mendekati 50%.
Infeksi
primer atau tidak primer tampak secara klinis, sembuh sendiri dalam 1 sampai 2
minggu untuk kebanyakan pasien. Kurang dari 10% kasus, infeksi dapat menetap
selama beberapa dekade. Hepatitis B dipertimbangkan sebagai infeksi kronik pada
saat pasien mengalami infeksi sisa pada akhir 6 bulan. Komplikasi berhubungan
dengan hepatitis kronik dapat menjadi parah, dengan kanker hati, sirosis dan
asites terjadi dalam beberapa tahun sampai dengan puluhan tahun setelah infeksi
awal.
Ø Diagnosis
Tes
serologik untuk hepatitis akan member informasi diagnostik dan informasi
tentang tingkat penularandan kemungkinan tahap penyakit. Tes dilakukan langsung
berhubungan dengan virus dan antibodi yang dihasilkan penjamu dalam merespons
protein tersebut. Virus mempunyai inti dan bagian luar sebagai pelindung.
Protein behubungan dengan bagian antigen inti dan antigen permukaan. Tes laboratorium
untuk antigen inti tidak tersedia, tetapi antigen permukaan sering menunjukan
HBsag, yang dapat didetekasi, dalam beberapa minggu awal infeksi. Peningkatan
titer selama beberapa minggu dan juga terjadi penurunan pada tingkat yang tidak
dapat dideteksi. Adanya HBsag menadakan infeksi saat itu dan tingkat penularan
relative tinggi. Antigen lain yang merupakan bagian dari virus disebut e
antigen ( HBeag ). HBeag adalah penanda ketajaman yang sangat sensitive karena
dapat dideteksi dalam perkiraan terdekat pada waktu penyakit klinis dan pada
saat di mana tampak risiko menjadi lebih besar untuk menular.
Ø Vaksin
Vaksin
hepatiis B dihasilkan dengan menggunakan antigen hepatitis B untuk menstimulasi
produksi antibodi dan untuk memberikan perlindungan terhadap infeksi, keamanan,
dan keefektifannya mendekati 90% dari vaksinasi. Karena virus hepatitis B mudah
ditularkan dengan jarum suntik di area perawatan kesehatan. Penurunan infeksi
perinatal dan risiko penularan terjadi setelah kelahiran, vaksin hepatitis B diberikan
secara rutin pada bayi setelah lahir. Vaksinasi individual ( yang sebelumnya
tidak terinfeksi ) akan memiliki serologi hepetitis B yang positif hanya pada
HBsab. Ini menjamin kekebalan yang dihasilkan olah vaksin yang dapat dibedakan
dari produksi alami, saat inti antbodi juga ada.
b. Hepatitis
C
Sampai
saat ini, hepatitis Non- A, Non- B menunjukan gambaran virus hepatitis yang
bukan hepatitis A, B atau agens penyebab lain. Banyak dari hepatitis Non- A,
Non- B ditularkan melalui parenteral. Hal ini sebelumnya tidak diketahui dan
virus ini juga tidak diketahui dan sekarang teridentifikasidan disebut
hepatitis C. Kemudian, tes antibodi untuk memeriksa pasien terhadap agens ini
telah tersedia.
Ø Patofisiologi
Hepatitis
C sekarang diperkirakan dapat menginfeksi sekitar 150.000 orang per tahun di
Amerika Serikat. Hal ini dianggap menjadi penyakit yang ditularkan hampir
selalu melalui transfusi darah. Namun, ada bukti bahwa virus ditularkan melalui
cara perenteral lain ( menggunakan bersama jarun yang terkontaminasi oleh
pengguna obat intravena dan tusukan jarum yang tidak disengaja dan cedera lain
pada petugas kesehatan ). Terdapat bukti lanjut dimana virus ditularkan melalui
kontak seksual.
Ø Diagnosis
Tes
serologik saat bisa dilakukan untuk mendeteksi virus hepatitis C dengan
antibodi yang diinterpretasi secara terbatas. Banyak pasien yang memiliki
gejala klinik dari virus hepatitis perlu dilakukan tes.
Tes
fungsi hati digunakan untuk mendapat status hepatitis. Penyakit ini tidak
terlalu dipahami pada saat ini, tapi peningakatan dan biasanya ditemukan
penurunan berulang enzim hati. Dengan informasi ini dan tanda klinis lain,
dipercaya bahwa sebanyak separuh dari semua pasien mengalami infeksi hepatitis
C yang berkembang menjadi infeksi kronik. Hal ini telah menunjukan penyebab
utama penyakit hati kronik dan sirosis di Amerika Serikat.
Ø Penatalaksanaan
Saat
ini, tidak diketahui terapi, vaksin atau agens profilaktik pasca pemajananyang
diakui untuk hepatitis C. Petugas perawatan kesehatan harus mengikuti prinsip
kewaspadaan umum untuk meminimalkan risiko penularan karena pekerjaan. Prinsip
ini didasarkan pada pemahaman bahwa populasi yang terinfeksi adalah carrier
penyakit ini. Perhatian terhadap jarum dan kewaspadaan yang tepat harus
digunakan pada semua pasien.
c. Hepatitis
D
Hepatitis
D adalah virus yang bergantung pada virus hepatitis B yang lebih kompleks untuk
bertahan. Hepatitis D hanya merupakan risiko untuk mereka yang mempunyai
antigen permukaan hepatitis B positif.
Hepatitis
D dicurigai ketika pasien sakit akut dengan gejala baru atau berulang dan
sebelumnya telah mengalami hepatitis B atau sebagai carrier hepatitis B.
Tidak
ada tindakan spesifik untuk hepatitis. Pencegahan untuk virus ini dicapai
sebagai keuntungan sekunder dari vaksin hepatitis B. Perilaku preventif
terhadap virus darah ini (tidak menggunakan jarum bergantian dan menggunakan
kondom pada saat berhubungan seksual) harus ditekankan pada orang yang
terinfeksi hepatitis B yang tidak terinfeksi hepatitis D.
2. Virus
hepatitis yang Ditularkan melalui Rute Fekal – Oral
a. Hepatitis
A
Hepatitis
A adalah virus yang hampir selalu ditularkan melalui rute fekal – oral. Virus
ini menimbulkan hepatitis akut tanpa keadaan kronik atau menetap seperti yang
ditunjukan oleh virus hepatitis darah.
Pada
anak, penyakit ini sering tidak dikenali atau tampak dengan keluhan tidak
parah. Gejala lebih terlihat pada orang dewasa dan dapat berupa kelemahan
sampai dengan demam, ikterik, mual dan muntah. Penyakit ini biasanya berlangsung
1 sampai 3 minggu. Pasien jarang membutuhkan perawatan di rumah sakit dan pada
saat gejala timbul, sangat kecil kemungkinan menular pada orang lain.
Karena
dapat ditularkan dengan makanan dan air yang terkontaminasi, hepatitis A dapat
menjadi potensi epidemic di Negara dengan penanganan yang buruk. Petugas
penyiapan makanan yang terinfeksi mempunyai potensi penularan penyakit pada
orang lain jika kebersihan diri tidak dilakukan dengan baik.
Tes
antibodi hepatitis A yang tersedia mendeteksi IgM yang menunjukan infeksi akut
atau yang baru terjadi atau IgG yang menunjukkan infeksi yang sudah sembuh.
b. Hepatitis
E
Hepatitis
E adalah infeksi virus yang menyebar melalui kontaminasi makanan dan air
melalui jalur fekal – oral. Sampai dengan saat ini, infeksi disebut dengan
hepatitis enteric Non- A Non- B. Diagnosa dibuat dengan menyingkirkan hepatitis
A, B, dan C dan menentukan yang paling mungkin dari sumber makanan atau air
yang terkontaminasi. Sekarang tes untuk antibodi untuk hepatitis E telah
tersedia, studi epidemologi akan sangat terfasilitasi.
Hepatitis
E telah jarang ditemukan di Amerika Serikat, tetapi berhubungan dengan epidemic
dari air yang terkontaminasi di Asia, Afrika, dan Republik Soviet. Di Amerika
Serikat, hepatitis E harus dipertimbangkan pada beberapa orang yang telah
melakukan perjalanan keluar negeri dan mempunyai gejala virus hepatitis tetapi
serologic negative untuk virus hepatitis lain.
D.
Tanda
dan Gejala
Semua
hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara klinis
hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain. Dokter hanya dapat memperkirakan
saja jenis hepatitis apa yang di derita pasiennya dan untuk membedakannya
secara pasyi masih diperlukan bantuan melalui pemeriksaan darah
penderita.gejala penderita hepatitis virus mula mula badanya terasa panas, mual
dan kadang-kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti
teh tua, kemudian matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh kulit tubuh
menjadi kuning. Pasien hepatitis virus biasnya dapat sembuh setelah satu bulan.
Hampir semua penderita hepatitis A dapat sembuh dengan sempurna, sedangkan
penderita hepatitis C dapat menjadi kronis. Mengenai hepatitis delta dan E
belum dapat di ketahui sevara pasti
bagaimana perjalanan penyakitnya.
Sebagian
besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi sebagian kecil
(kira-kira 10%) akan mengalami kronis (menahun) atau meninggal.penderita
hepatitis B yang menahun setelah 20-40 tahun kemudian ada kemungkinan hatinya
mengeras(sirosis), dan ada pula yang berubah menjadi kanker hati.
Gambaran klinis
hepatitis virus dapat berkisar dari
asimtomatik sampai penyakit yang mencolok, kegagalan hati, dan kematian.
Terdapat tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu :
a. Stadium
prodromal, disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus
selesai dan pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini
disebut praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya
belum dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh :
ü Malese
umum
ü Anoreksia
ü Sakit
kepala
ü Rasa
malas
ü Rasa
lelah
ü Gejala-gejala
infeksi saluran nafas atas
ü Mialgia
(nyeri otot)
b. Stadium
ikterus. Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada sebagia besar orang
stadium ini ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah:
ü Memburuknya
semua gejala yang ada pada stadium prodromal
ü Pembesaran
dan nyeri hati
ü Splenomegali
ü Mungkin
gatal ( pruritus ) dikulit
c. Stadium
pemulihan. Biasanya timbul dalam 2-4 bulan, selama periode ini:
ü Gejala-gejala
mereda termasuk ikterus
ü Nafsu
makan pulih
ü Apabila
tedapat splenomegali, akan segera
mengecil
E.
Pencegahan
Pencegahan
terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga
satu-satunya jalan untuk mencegah
hepatitis virus adalah dengan vaksinasi, tetapi pada saat ini baru ada vaksin
hepatitis B saja, karena memang Hepatitis B sajalah yang paling banyak
diselidiki baik mengenai perjalanan
penyakitnya maupun komplikasinya.
Saat
ini di seluruh dunia terdapat 200 juta orang pengidap hepatitis B yang tidak menampakkan
gejala, tetapi merupakan sumber penularan bagi manusia sehat. Agarc tubuh
menjadi kebal diperlukan vaksinassi dasar mengenai dasar sebanyak tiga kali
vaksinassi hepatitis B. Mengenai jarak waktu pemberian vaksinasi dasar
tergantung dari jenis vaksinasi yang dipakai.
Ada
dua vaksin hepatitis B yaitu vaksin yang dibuat dari darah manusia yang telah
kebal Hepatitis B dan vaksin hepatitis yang dibuat dari perekayasaan sel ragi.
Vaksin hepatitis yang di buat dari darah manusia kebal hepatitis di suntikkan
kepada orang sehat sekali sebulan sebanyak tiga kali, sedangan vaksin hepatitis
b yang di rekayasa dari sel ragi diberi kepada penderita sebulan sekali
sebanyak dua kali, lalu suntikan ke tiga
baru di beri 5 bulan kemudian.
Untuk
memperkuat kekbalan yang telah ada, perllu diberi vaksinasi penguat. Caranya
bermacam-macam ada vaksin yang perlu di ulang setahun kemudian satu kali, lalu
4 tahun kemudian diberi sekali lagi, selanjutnya setiap 5 tahun sekali. Ada
pula jenis vaksin yang perlu diberikan hanya setiap 5 tahun sekali saja.
Vaksinasi hepatitis B sebaiknya dilakukan sedini
mungkin. Bayi yang lahir dari ibu yang mengidap penyakit hepatitis B, harus di
vaksinasi hepatitis B segera setelah lahir, sedangkan bayi lainnya boleh diberi
setelah berumur sebulan.
Secara
keseluruhan tindakan pencegahan terhadap hepatitis adalah dengan memakai sarung
tangan bila berkontak dengan darah /cairan tubuh lainnya, dan harus hati-hati
memasang kembali tutup jarum suntik. Perhatikan cara pembuangan bahan-bahan
terkontaminasi dan pembersihan alat-alat
dan permukaan yang terkontaminasi. Bahan pemeriksaan untuk laboratorium
harus diberi label jelas bahwa bahan berasal dari pasien hepatitis. Perlu juga
menjelaskan pentingnya mencuci tangan kepada pasien, keluarga, dan lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
ü hepatitis
adalah suatu penyakit peradangan pada jaringan hati yang disebabkan oleh
infeksi virus yang menyebabkan sel sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
ü Hepatitis
terdiri dari beberap jenis, yaitu :
Ø hepatitis
A
Ø hepatitis
B
Ø hepatitis
C
Ø hepatitis
D
Ø hepatitis
E
Ø kemungkinan
hepatitis F dan G
ü Virus-virus
yang menyebabkan hepatitis dapat menyebabkan cedera dan kematian hepatosit
dengan secara langsung membunuh sel dan dengan merangsang reaksi peradangan dan
imun yang mencederai atau menghancurkan hepatosit. Reaksi peradangan melibatkan
degranulasi sel mast dan pelepasan histamin, pengaktivan komplemen, lisis
sel-sel yang terinfeksi dan sel-sel di sekitarnya, serta edema dan pembengkakan
interstisium. Respon imun yang timbul kemidian mendukung respon peradangan.
Perangsangan komplemen dan lisis sel serta serangan antibodi langsung terhadap
antigen-antigen virus menyebabkan destruksi sel-sel yang terinfeksi. Hati
menjadi edematosa sehingga kapiler-kapiler kolaps dan aliran darah berkurang
yang menyebabkan hipoksia jaringan, akhirnya terbentuk jaringan ikat dan
fibrosis dihati.
ü Semua
hepatitis Virus mempunyai gejala yang hampir sama, sehingga secara klinis
hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain.
ü Terdapat
tiga stadium pada semua jenis hepatitis yaitu :
Ø Stadium
prodromal
Ø Stadium
ikterus
Ø Stadium
pemulihan
ü Pencegahan
terhadap hepatitis virus ini adalah sangat penting karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membunuh virus, sehingga
satu-satunya jalan untuk mencegah
hepatitis virus adalah dengan vaksinasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahmat,
Asep S. 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Gorontalo: UNG
Anderson, Clifford R. 2007. Petunjuk
Modern kepada Kesehatan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Azis,
Sriana. 2002. Kembali Sehat dengan Obat. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Ester, Monica. 2002 . Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC
Hincliff,
Sue. 2000. Kamus Keperawatan Jakarta: EGC.
http://pbh-batusangkar.blogspot.co.id/2011/06/makalah-tentang-hepatitis.html
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika
James
& Tim Horn. 2005.hepatitits virus dan HIV. Jakarta: Sprita
Mansjoer,
Arief, Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC
Mansjoer,
Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. akarta: Media Aesculapius.
Oswari,
2006. Penyakit Dan Cara Penanggulangannya. Jakarta: Gaya Baru
Price
& Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar
Medikal Bedah Brunner &Suddarth, Edisi 8, Vol 2. Jakarta : EGC
Speer,
Kathleen M. 2005. Rencana Asuhan keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.