BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Saat ini kita seringkali mendengar kata
inflasi. Akan tetapi apa benar kita sudah mengetahui apa inflasi itu.
Kebanyakan dari kita tiadak mengetahuinya. Padahal sangat penting bagi kita
untuk mengetahui inflasi. Hal ini disebabkan inflasi tidak bisa dilepaskan dari
masalah perekonomian.
Dengan
mengetahui secara benar tentang masalah inflasi, tentu saja kita berharap dapat
mengatasi atau bahkan mencegahnya. Kita tidak bisa memungkiri akan besarnya
kemungkinan dinegara kita akan menghadapi masalah inflasi. Sebagai seorang
mahasiswa sudah sepatutnya kita membanntu permasalahan ekonomi yang ada di
negara kita khususnya masalah inflasi. Oleh karena itu kami sengaja membuat
makalah ini karena masalah inflasi saat ini bukanlah masalah yang remeh
terutama di masa-masa krisis global seperti yang kita alami sekarang. Kami
berharap makalah ini bisa membantu walaupun sedikit.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut :
1.
Apa konsep dan dasar inflasi ?
2.
Bagaimana sejarah inflasi ?
3.
Apa saja penyebab inflasi ?
4.
Apa yang menjadi indikator inflasi ?
5.
Bagaimana kebijakan ekonomi konvensional
dalam mengatasi inflasi ?
6.
Bagaimana inflasi dalam perspektif islam
? dan
7.
Bagaimana kebijakan ekonomi islam dalam
mengatasi inflasi ?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasrkan
latar belakang dan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penulisannya
adalah sebagai berikut :
1.
Memahami konsep dan dasar inflasi.
2.
Mengetahui sejarah inflasi.
3.
Memahami penyebab inflasi.
4.
Mengetahui hal Apa yang menjadi
indikator inflasi.
5.
Memahami kebijakan ekonomi konvensional
dalam mengatasi inflasi.
6.
Mengetahui inflasi dalam perspektif
islam. dan
7.
Memahami kebijakan ekonomi islam dalam
mengatasi inflasi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Inflasi
Inflasi
adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Sedangkan
kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu penurunan harga secara terus
menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah besar, sehingga pada tahap
awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada tahap berikutnya jumlah
barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya daya beli masyarakat.
Sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala harga-harga secara
umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus). Akibat dari inflasi
secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat
pendapatannya juga menurun. Jadi, misalkan besarnya inflasi pada tahun yang
bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu berarti
secara riil pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya relatif
akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Tujuan
jangka panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku
berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah
tujuan utama kebijakan pemerintah karena ia adalah sukar untuk dicapai. Yang
paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap
rendah. Adakalanya tingkat inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud
sebagai akibat suatu peristiwa tertentu yang berlaku di luar ekspektasi
pemerintah, misalnya efek dari pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang)
yang sangat besar atau ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang
bertambah cepat ini pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan
agar kestabilan harga-harga dapat diwujudkan kembali.
B.
Konsep Dasar Inflasi
Inflasi
(inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang
berlangsung terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang.
terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara, maka kenaikan harga yang
sementara sifatnya tersebut tidak dapat dikatakan inflasi. Semua negara di
dunia selalu menghadapi permasalahan inflasi ini.
C.
Sejarah Inflasi
Sejarah
inflasi terjadi pertama sekali seiring dengan kerajaan Byzantium yang berusaha
mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak mungkin ke
Negara- Negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak- banyaknya.
Tetapi apa yang kemudian terjadi? Akhirnya orang- orang harus makan, membeli
pakaian, mengerluarkan biaya untuk transportasi, serta juga menikmati sehingga
mereka akan membelanjakan uang (kekayaan) yang dikumpulkan tadi sehingga malah
menaikkan tingkat harga komoditasnya sendiri. Spanyol setelah era ‘Conquistadores’
juga mengalami hal yang sama, begitu juga dengan Inggris setelah perang dengan
Napoleon (Napoleon War). Pada masa kini, terutama setelah era kapitalis
dimulai, masalah yang sama tetap menjadi perdebatan para ekonom dan otoritas
keuangan.
Apakah
itu Dinar di negara-negara Arab ataupun mata uang negara- negara Eropa seperti
Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Swedia, dan Rusia bahkan juga Amerika,
semuanya juga mengalami inflasi. Awal inflasi mata uang Dinar dimulai saat Irak
dipuncak kejayaannya.
Revolusi
Harga di Eropa terjadi sepanjang beberapa abad, pola kenaikan tingkat harga
pertama kali tampak di Italia dan Jerman sekitar tahun 1470. kemudian, seperti
penyakit menular, inflasi menyerang Eropa dimulai dari Inggris dan Perancis
pada tahun 1480-an, meluas ke semenanjung Iberia lalu ke Eropa Timur pada tahun
1500-an. Kenaikan harga sangat cepat pada bahan-bahan mentah terutama makanan.
Di Inggris harga kayu, ternak, dan biji-bijian meningkat 5 sampai 7 kali lipat
dari tahun 1480-1650, sementara manufaktur harganya meningkat 3 kali lipat.
Kenaikan 700% selama 170 tahun itu jika dihitung secara compound hanya sebesar
1,2% pertahunnya,tetapi disisi lain gaji hanya meningkat kurang dari ½-nya,
sehingga masyarakat sangat mengalami goncangan akibat tekanan inflasi. Daya
beli uang dan gaji pekerja menurun dengan tingkat yang dianggap sangat
mencemaskan.
Apa
yang menyebabkan semua hal di atas? Tidak ada satu sebab utama yang dapat
disalahkan. Semuanya adalah akibat gabungan dari penurunan produksi pertanian,
pajak yang berlebihan, depopulasi, manipulasi pasar, high labour cost,
pengangguran, kemewahan yang berlebihandan sebab-sebab lainnya, seperti perang
yang berkepanjangan, embargo dan pemogokan kerja.
Adapun
Negara Eropa yang dapat dianggap bertahan dengan sukses menghadapi inflasi
adalah Inggris. Akan tetapi, hal itu terjadi pada masa-masa perekonomiannya
dianggap terbelakang dibandingkan dengan negara-negara di Eropa yang lainnya.
Paham financial rectitude walupun banyak dikagumi, tidak pernah menjadi jalan
untuk mencapai kemakmuran. Setelah pertumbuhan pesat uang (pendanaan kredit)
dan simpanan bank akibat pembiayaan perang dengan Napoleon dan kemudian untuk
pembiayaan Perang Dunia I, Inggris terpaksa menghentikan Konvertibilitas antara
sterling dengan emas serta juga obsesinya teerhadap penciptaan “superior
–quality money” karena terjadi deflasi yang drastic yang diikuti gangguan
social yang sangat seris. Keputusan untuk kembali ke standar emas pada tahun
1925, yang mendahului beberapa kebijakan yang mencekik perekonomian, akhirnya
diakhiri pada tahun 1931.
Selain
Inggris Prancis juga mengalami permasalahan antara emas –nilai mata uang-
inflasi. Michel chevalier(seorang ekonom Prancis abad 19) dalam karangannya
bahwa pertambahan penawaran emas akibat ditemukannya tambang- tambang emas baru
di California, Australia, dan Afrika selatan akan mengakibatkan turunnya harga
emas relatif dibandingkan perak yang kemudian akan membawa pada turunnya nilai
riil emas (inflasi) atau naiknya tingkat harga seluruh barang kecuali emas.
Diketahui bahwa ada hubungan yang besar antara kenaikan produksi emas dengan
kenaikan tingkat inflasi di Perancis tahun 1870. adam smith juga mengungkapkan
pendapat yang sama tentang hal ini yang memperkuat penelitian Jean Bodin pada
tahun 1568 yang meneliti bahwa meningkatnya harga emas dan perak berhubungan
erat dengan meningkatnya tingkat harga- harga secara umum.
Namun
pada umumnya dari studi diatas menunjukkan bahwa penyebab inflasi di Indonesia
ada dua macam:, yaitu inflasi yang diimpor dan defisit dalam Anggaran
Pemerintah Belanja Negara (APBN). Penyebab inflasi lainnya menurut Sadono
Sukirno adalah kenaikan harga-harga yang diimpor, penambahan penawaran uang
yang berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan produksi dan penawaran barang,
serta terjadinya kekacauan politik dan ekonomi sebagai akibat pemerintahan yang
kurang bertanggung jawab.
D.
Penyebab Inflasi
Terdapat
banyak faktor yang dapat menimbulkan inflasi. Kenaikan harga bahan mentah yang
di impor, kenaikan harga bahan bakar, defisi dalam anggaran belanja pemerintah,
pinjaman sistem bank yang berlebihan, dan kegiatan infestasi yang sangat pesat
perkembanggannya merupakan beberapa contoh dari keadaan-keadaan dalam
perekonomian yang dapat menimbulkan inflasi.
Walaupun masalah inflasi dapat ditimbulkan oleh berbagai faktor, secara
analitis cukuplah apabila faktor-faktor itu dibedakan dan digolongkan kepada
dua faktor berikut:
1.
Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan
dalam permintaan agregat.
Inflasi
karena kenaikan permintaan agregat sering disebut dengan demand-pull inflation
(inflasi karena ditarik permintaan). Dalam inflasi jenis tersebut, kenaikan
kurve permintaan agregat menarik tingkat harga keatas. Agar demand-pull
inflation dapat terus terjadi maka kurve permintaan agregat harus terus bergeser
keatas sepanjang kurve penawaran agregat. Kenaikan Amerika selama akhir
tahun1960-an adalah karena demand-pull inflation, yaitu pada saat terjadi
pertumbuhan belanja federal untuk perang Vietnam dan perluasan sosial yang
menaikkan permintaan agregat.
Inflasi
tariakan permintaan dapat berlaku pada ketika perekonomian menghadapi masalah
penganguran yang tinggi maupun pada ketika kesempatan kerja penuh sudah
tercapai. Dikebanyakan negara-negara berkembang inflasi tarikan permintaan
selalu berlaku, walaupun dalam perekonomian banyak terdapat pengganguran.
Keadaan seperti ini dapat terjadi misalnya sebagai defisit angaran belanja
pemerintah yang terlalu besar. Devisit seperti ini dibiayai oleh pencetakan
uang baru dan akan meningkatakan permintaan agregat permin taan masyarakat.
Sedangkan kapasitas produksi berbagai jenis barang ada kalanya mencapai tingkat
yang maksimal dan tidak memungkinkan pertambahan produksi dalam keadaan seperti
ini inflasi tarikan permintaan akan berlaku.
Apabila
suatu perekonomian telah mencapai tingkat kesempatan kerja penuh. Inflasi
tarikan permintaan akan berlaku apabila permintaan agregat masih tetap
berkembang dengan pesat. Pada kesempatan kerja penuh, perekonomian tidak akan
mampu menaikkan produksi. Maka permintaan agregat yang terus bertambah akan
menyebabkan kenaikan harga-harga. Ada beberapa keadaan yang menyebabkan
permintaan agregat terus berkembang. Defisit dalam anggaran belanja pemerintah
merupakan salah satunya, penyebab yang lain adalah ekspor yang terus pesat
berkembang (yang menimbulkan kenaikan pendapatan kepada masyarakat dan terus
meningkatkan konsumsi rumah tangga dan perbelanjaan agregat), dan sebagai
akibat infestasi perusahaan yang semakin meningkat walaupun kesempatan kerja
penuh telah tercapai.
2.
Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan
dalam penawaran agregat.
Inflasi
dapat muncul karena penurunan penawaran agregat, contohnya kegagalan panen dan
penurunan penawaran minyak menurunkan penawaran agregat selama tahun 1974-1975,
sehingga tinggkat harga naik. Inflasi yang terjadi karena penurunan penawaran
agregat sering disebut dengan cost-pust inflation. Kenaikan biaya produksi
mendorong tingkat harga ke atas. Penurunan penawaran agregat biasanya tidak
hanya menyebabkan kenaikan tingkat harga, tetapi penurunan tingkat output,
yaitu kombinasi yang disebut stagflasi. Agar cost-pust inflation dapat terus
terjadi maka kurva penawaran agregat harus terus bergeser kekiri sepanjang
kurva penawaran agregat.
Inflasi
seperti ini berlaku pada ketika kegiatan ekonomi telah mencapai kesempatan
kerja penuh. Pada tingkat ini industri-industri telah beroprasi pada kapasitas
yang maksimal dan penganguran tenaga kerja sangat rendah. Pada tingkat kegiatan
ekonomi ini tenaga kerja cenderung untuk menuntut kenaikan gaji dan upah yang
menyebabkan peningkatan fdalam biaya produksi. Biaya produksi juga meningkat
sebagai akibat kenaikan harga input seperti biaya pengangkutan, kenaikan sewa
bangunan dan kenaikan harga bahan mentah. Kenaikan biaya produksi sebagai
akibat dari berbagai faktor ini akan mendorong para pengusaha menaikan
harga-harga barang yang diproduksikannya.
E. Indikator
Inflasi
1. Indeks
Harga Konsumen (IHK) merupakan indikator yang umum digunakan untuk
menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
Dilakukan atas dasar survei bulanan di 45 kota, di pasar tradisional dan modern
terhadap 283-397 jenis barang/jasa di setiap kota dan secara keseluruhan
terdiri dari 742 komoditas.
2. Indeks
Harga Perdagangan Besar merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga
dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.
F.
Kebijakan Ekonomi Konvensional
dalam Mengatasi Inflasi
Inflasi dengan
demikian dapat memberikan
dampak yang buruk
bagi kegiatan ekonomi. Selain
itu, inflasi juga memberikan dampak kepada kemakmuran individu dan masyarakat.
1.
Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi
yang tinggi tingkatnya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang
terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk
tujuan spekulasi. Antara
lain yaitu membeli
harta-harta tetap seperti tanah,
rumah dan bangunan oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi
yang bersifat seperti
ini, maka investasi
produktif akan berkurang dan
tingkat kegiatan ekonomi menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran
akan tercipta.
Kenaikan
harga-harga menimbulkan efek yang buruk pula ke atas perdagangan. Kenaikan
harga menyebabkan barang-barang negara itu tidak dapat bersaing di pasaran
internasional. Maka ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga- harga produksi
dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi menyebabkan
barang-barang impor relatif lebih murah. Maka lebih banyak impor akan
dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti pula oleh impor yang bertambah
menyebabkan ketidakseimbangan dalam
aliran mata uang
asing. Kedudukan neraca
pembayaran akan memburuk.
2.
Inflasi dan Kemakmuran Masyarakat
Di samping
menimbulkan efek buruk
ke atas kegiatan
ekonomi negara, inflasi juga akan
menimbulkan efek-efek berikut kepada individu dan masyarakat :
a. Inflasi akan
menurunkan pendapatan riil
orang-orang yang
berpendapatan tetap. Pada
umumnya kenaikan upah
tidaklah secepat kenaikan
harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu- individu yang
berpendapatan tetap.
b. Inflasi
akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan
masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai dan
simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan
keuangan. Nilai riilnya
akan menurun apabila inflasi berlaku.
c. Memperburuk
pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap
akan menjadi kemerosotan dalam
nilai riil kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta
tetap dapat mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian
penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian
inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapatan tetap
dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin
tidak merata.
G.
Inflasi Dalam Perspektif Islam
Inflasi
dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit
penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Campbell R. McConnell dan
Stanley L. Brue mengemukakan inflasi adalah a rise in the general level of
prices , Berarti inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dari barang/
komoditas dan jasa selama periode waktu tertentu. Kenaikan harga tersebut
dimaksudkan bukan terjadi sesaat, misalnya harga barang-barang naik menjelang
lebaran atau hari libur lainnya. Karena ketika lebaran usai harga barang
kembali ke kondisi semula maka harga seperti itu tidak dianggap sebagai
inflasi. Inflasi juga berkaitan dengan kenaikan harga secara umum, artinya
kenaikan harga satu jenis barang maupun jasa juga tidak termasuk termasuk
inflasi , misalnya pada musim lebaran harga tiket pesawat naik. Taqyuddin Ahmad
ibn al-Maqrizi (1364-1441) menyatakan seperti yang dikutip Euis Amalia dalam
bukunya Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga Kontemporer,
bahwa inflasi terjadi ketika harga-harga secara umum mengalami kenaikan yang
berlangsung secara terus menerus. Pada saat itu persediaan barang dan jasa
mengalami kelangkaan, sementara konsumen harus mengeluarkan lebih banyak uang
untuk sejumlah barang dan jasa yang sama.
H.
Kebijakan Ekonomi Islam dalam
Mengatasi Inflasi
Secara
teori, inflasi tidak dapat dihapus dan dihentikan, namun laju inflasi dapat
ditekan sedemikian rupa. Islam sebetulnya pula solusi menekan laju inflasi
seperti yang telah dikemukan oleh tokoh-tokoh ekonomi Islam klasik. Misalnya
al-Ghazali (1058-1111) menyatakan, pemerintah mempunyai kewajiban menciptakan
stabilitas nilai uang. Dalam ini al-Ghazali membolehkan penggunaan uang yang
bukan berasal dari logam mulia seperti dinar dan dirham, tetapi dengan syarat
pemerintah wajib menjaga stabilitas nilai tukarnya dan pemerintah memastikan
tidak ada spekulasi dalam bentuk perdagangan uang.
Ibnu
Taimiyah (1263-1328) juga mempunyai solusi terhadap inflasi ini. Ia sangat
menentang keras terhadap terjadinya penurunan nilai mata uang dan percetakan
uang yang berlebihan. Ia berpendapat pemerintah seharusnya mencetak uang harus
sesui dengan nilai yang adil atas transaksi masyarakat, tidak memunculkan
kezaliman terhadap mereka. Ini berarti Ibnu Taimiyah menekankan bahwa
percetakan uang harus seimbang dengan trasnsaksi pada sector riil. Uang
sebaiknya dicetak hanya pada tingkat minimal yang dibutuhkan untuk bertransaksi
dan dalam pecahan yang mempunyai nilai nominal yang kecil.
Di
samping itu ia juga menyatakan bahwa nilai intrinsic mata uang harus sesuai
dengan daya beli masyarakat. Penciptaan mata uang dengan nilai nominal yang
lebih besar dari pada nilai intrinsiknya akan menyebabkan penurunan nilai mata
uang serta akan memunculkan inflasi. Ini berarti akibat dari rendahnya nilai
intrinsic uang menjadi salah satu terjadinya inflasi. Begitu juga pemalsuan
mata uang dan perdagangan mata uang di nilai ibn Taimiyah sebagai bentuk
kezaliman terhadap masyarakat dan bertentangan dengan kepentingan umum.
Husain Shahathah
menawarkan beberpa solusi untuk mengatasi inflasi adalah;
1. Reformasi
terhadap system moneter yang ada sekarang dan menghubungkan antara kuantitas
uang dengan kuantitas produksi.
2. Mengarahkan
belanja dan melarang sikap berlebihan dan belanja yang tidak bermanfaat.
3. Larangan
menyimpan (menimbun) harta dan mendorong untuk menginvestasikannya.
4. Meningkatkan
produksi dengan memberikan dorongan kepada masyarakat secara materil dan moral.
Menjaga pasokan barang kebutuhan pokok merupakan yang krusial untuk bias
mengendalikan inflasi.
Dalam
perekonomian sekarang Bank sentral mempunyai peranan penting dalam
mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara umumnya berusaha mengendalikan
tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Selain itu bank sentral juga
berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar uang mata uang domestic. Saat
ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh
dunia termasuk Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Æ Inflasi
adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus.
Æ Inflasi
(inflation) adalah gejala yang menunjukkan kenaikan tingkat harga umum yang
berlangsung terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi
barang.
Æ Sejarah
inflasi terjadi pertama sekali seiring dengan kerajaan Byzantium yang berusaha
mengumpulkan emas dengan melakukan ekspor komoditasnya sebanyak mungkin ke
Negara- Negara lain agar dapat mengumpulkan uang emas sebanyak- banyaknya.
Tetapi apa yang kemudian terjadi? Akhirnya orang- orang harus makan, membeli
pakaian, mengerluarkan biaya untuk transportasi, serta juga menikmati sehingga
mereka akan membelanjakan uang (kekayaan) yang dikumpulkan tadi sehingga malah
menaikkan tingkat harga komoditasnya sendiri. Spanyol setelah era
‘Conquistadores’ juga mengalami hal yang sama, begitu juga dengan Inggris
setelah perang dengan Napoleon (Napoleon War). Pada masa kini, terutama setelah
era kapitalis dimulai, masalah yang sama tetap menjadi perdebatan para ekonom
dan otoritas keuangan.
Æ faktor
yang menyebabkan inflasi
o
Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan
dalam permintaan agregat.
o
Inflasi yang diakibatkan oleh perubahan
dalam penawaran agregat.
Æ Indiator
inflasi
o
Indeks Harga Konsumen (IHK)
o
Indeks Harga Perdagangan Besar
Æ Taqyuddin
Ahmad ibn al-Maqrizi (1364-1441) menyatakan seperti yang dikutip Euis Amalia
dalam bukunya Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik Hingga
Kontemporer, bahwa inflasi terjadi ketika harga-harga secara umum mengalami
kenaikan yang berlangsung secara terus menerus.
Æ Ibnu
Taimiyah (1263-1328) juga mempunyai solusi terhadap inflasi ini. Ia sangat
menentang keras terhadap terjadinya penurunan nilai mata uang dan percetakan
uang yang berlebihan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sukirno,
Sadono. 1994. Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga.Jakarta: Rajawali Pers.
https://financialplanners.wordpress.com/tag/indikator-inflasi/
Karim,
Adiwarman Azwar. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2008.
Huda,
Nurul. Ekonomi Makro Islam; pendekatan teoritis. Jakarta: Kencana Prenada,
2008.
Putong, Iskandar, Ekonomics: pengantar
mikro dan mikro , Jakarta: mitra wacana media, 2008
Raharja, pratama dan mandala, manurung.
Teori ekenomi makro suatu pengantar. Jakarta: lembaga penerbit FE UI, 2008.
Sukirno,
Sadono, Pengantar Teori Makroekonomi, Jakarta: PT Raja Garafindo Persada, 2002
Nasution, Mustafa Edwin, dkk.,
Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006
Islahi, Abdul Azim, Economic Consepts Of
Ibn Taimiyah, London, The Islamic Fondation, 1988
Hasan, Ahmad, Al-Auraq al-Naqdiyah fi
al-Iqtidhad al-Islamy Qimatuha wa Ahkamuha, terj. Saifurrahman Barito dan Zulfikar
Ali, Mata uang Islami Tela’ah Komperhensif system Keuangan Islami, Jakarta: T
Raja Grafindo Persada, 2004
http://aprilia-purwaningrum.blogspot.co.id/2012/05/konsep-dasar-inflasi-ekonomimakro.html
http://agri25.blogspot.com/2012/11/makalah-inflasi.html
http://nciez-k.blogspot.com/2013/08/makalah-tentang-inflasi.html
Posting Komentar