BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
komparatif adalah disiplin ilmu yang mempelajari aspek sistem pendidikan yang
dipengaruhi oleh berbagai latar belakang, baik yang ada dalam satu bangsa
maupun antar bangsa yang berbeda. Oleh karena itu,, pendidikan komparatif juga
ikut mendorong kepada banyak pihak untuk melakukan kajian-kajian tidak hanya
pada tataran penyelenggaraaan sistem-sistem pendidikan, tetapi juga kajian pada
aspek kehidupan di luar sistem pendidikan suatu bangasa.
Banyak
ahli pendidikan komparatif menyakini bahwa salah satu faktor penyebab
terjadinya kemunduran peradaban suatu bangsa adalah kemandegan praktek
penyelenggaraan pendidikannya. Sedangkan penyebab terjadinya kemandegan
penyelenggaraan pendidikan antara lain adalah rendahnya tingkat inovasi
pendidikan. Lalu rendahnya tingkat inovasi pendidikan antara lain adalah
kurangnya membandingkan praktek pendidikannya dengan praktek pendidikan bangsa
lain.
Pernyataan
diatas senada dengan apa yang dikatakan Harold J. Noah (Postletwaite dalam
Roman. 2010) bahwa dengan melakukan perbandingan pendidkan antar bangsa kita
dapat memeperoleh pengetahuan tentang keadaan pendidikan dibeberapa negara dan
kawasan. Dengan mengetahuai keadaan pendidikan di banyak negara atau kawasan,
kita dapat mengambil manfaat positif dari pengetahuan tersebut unutk diterapkan
dalam mengembangkan pendidikan di negeri sendiri. .
Oleh
karena itu, kami mencoba untuk melakukan komparasi terhadap sistem pendidikan
di Negara lain, khususunya di Negara Perancis. Hal ini kami lakukan atas dasar
aspek historis yang dimiliki oleh Negara tersebut bahwa Perancis merupakan satu
unit politik yang dipersatukan oleh penjajahan Romawi Kuno, dimana Bangsa
Romawi memiliki peran yang sangat signifikan akan perkembangan ilmunya,
terutama dalam hal pendidkan.
Selain
itu, memandang adanya kesamaan dalam politik dan pemerintahan dimana Perancis
dan Indonesia sama-sama merupakan Negara jajahan bangsa lain yang memiliki
keinginan kuat untuk melepaskan diri dari belenggu penjajah. Usaha ini dilakukan
dengan jalan yang sama yakni dicetuskan melalui sebuah tulisan dari tokoh yang
sangat peduli akan pentingnya suatu pendidikan, yakni Rebelains (dari Perancis)
dan Ki Hajar Dewanotoro (dari Indonesia). Juga didukung dengan adanya kesamaan
pemikiran akan pentingnya pendidikan dalam membangun bangsa menjadi lebih maju.
Pendidikan
adalah kunci keberhasilan sebuah negara, bahkan kemajuan sebuah negara salah
satunya tergantung dengan bagaimana pemerintahan sebuah negara memuliakan
pendidikan dan pemerataannya, karena pendidikan merupakan hak asasi setiap
warga negara. Setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang
bermutu sesuai dengan minat dan bakat tanpa memandang gender, status sosial,
status ekonomi, suku, etnis dan agama. Untuk memenuhi tujuan-tujuan pendidikan
diatas, dan sebagai tolak ukur mutu dan keberhasilan di negara kita, kita dapat
melakukan perbandingan sistem pendidikan negara lain, dalam hal ini salah satu
negara yang dapat kita perbandingkan sistem pendidikannya dengan negara Indonesia
adalah negara Perancis dan Jerman.
Kita
dapat megetahui informasi tentang sistem pendidikan negara Perancis dan Jerman
dengan berbagai cara, dan salah satunya melalui makalah yang sangat sederhana
ini, dalam makalah ini dipaparkan sedikit tentang sistem pendidikan Perancis
dan Jerman, semoga dapat kita pahami sebagai bahan untuk sedikit memperbaiki
sistem pendidikan di Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka
yang menjadi rumusan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
Sistem Pendidikan di Jerman ?
2. Bagaimana
Sistem Pendidikan di Perancis ?
3. Bagaimana
Perbandingan Sistem Pendidikan di Jerman, Perancis dengan Indonesia ?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan
masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
sistem pendidikan di Jerman.
2. Memahami
sistem pendidikan di Perancis.
3. Memahami
Perbandingan sistem pendidikan di Jerman, Perancis dengan Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Sistem Pendidikan di Jerman
a. Sejarah
dan sistem pemerintahan
Jerman
merupakan salah satu negara federasi di Eropa. Dahulu Jerman adalah negara yang
berbentuk kekaisaran namun setelah perang Perancis-Prusia, Sistem Pemerintahan
Jerman berubah menjadi dengan kepala
pemerintahan Kanselir.
Saat
Pemerintahan Jerman dipegang oleh NAZI dengan pemimpinnya Adolf Hitler serta
rezim otoriternya. Jerman sempat terpecah menjadi dua bagian: Jerman
Barat(federal) dan Jerman Timur(Demokratik). Kekalahan dalam Perang Dunia II
membuat Jerman sempat kehilangan wilayah timur sehingga pemerintahan berpindah
ke Jerman Barat.
Pada
tahun 1990 Jerman kembali bersatu antara Jerman Barat dan Jerman Timur ditandai
dengan Runtuhnya Tembok Berlin. Sejak Jerman bersatu, sistem pemerintahan
mereka adalah demokrasi yang berbasis ideologi berlandaskan prioritas hak-hak
asasi manusia.
Dalam
parlemen Jerman, Partai dengan koalisi yang dominanlah yang memimpin parlemen.
Dalam pemerintahan Jerman, parlemen dikenal dengan nama Bundestag (anggotanya
dipilih) dan Bundesrat( anggotanya adalah perwakilan dari negara-negara
bagian). Bundesrat hampir mirip dengan senat walau terdapat beberapa perbedaan
wewenang.
Pemerintahan
Jerman dipimpin oleh Kanselir namun Jerman tetap memiliki Presiden yang dipilih
dalam periode lima tahun.
Jerman
juga memiliki makhamah konstitusi liberal, dimana setiap warga mempunyai
hak mengajukan keberatan berdasarkan
konstitusi jika ia merasa hak asasinya dilanggar oleh pemerintah.
b. Kondisi
Demografi dan Income Negara
Secara
geografis, Jerman terletak ditengah- tengah benua Eropa dengan luas daerah
356,957 kilometer persegi. Jerman terletak di Eropa bagian tengah dan
berbatasan langsung dengan sembilan negara. Di sebelah barat berbatasan dengan
Belanda, Belgia, Luksemburg, dan Perancis; di sebelah selatan berbatasan dengan
Swiss dan Austria; di sebelah timur berbatasan dengan Ceko danPolandia; dan di
sebelah utara berbatasan dengan Denmark. Apabila tetangga di seberang laut
(Laut Baltik) juga dihitung, maka Jerman juga bertetangga dengan Swedia. Negara
ini mempunyai luas total 357,021 km2 (137,847 sq mi), terdiri dari luas daratan
349,223 km2(134,836 sq mi) dan luas lautan 7,798 km2 (3,011 sq mi).[2] Jerman
merupakan negara terluas ketujuh di Eropa dan ke-62 di dunia Jerman berpenduduk
82 juta lebih dan kira-kira 8% diantaranya bukan berkebangsaan Jerman. Warga
Negara asing ini mulai berdatangan ke Jerman pada akhir tahun 1950an ketika Negara-negara Eropa selatan
mulai merekrut buruh-buruh pekerja tangan. Jumlah yang paling banyak ialah
orang Turki. Baik yang lahir di Jerman atau keturunan Turki. Jerman bukan
Negara yang kaya dengan sumber alam, dan juga bukan Negara yang mampu memenuhi
kebutuhan produksi pertanian. Oleh sebab itu, Jerman tergantung pada
barang-barang impor dan pada barang ekspornya.
c. Filsafat
pendidikan dan orientasi pendidikan
Berdasarkan
sejarah, pendidikan di Jerman berasal dari dua sumber gereja dan Negara. Sudah
menjadi tradisi semenjak awal abad pertengahan bahwa gereja selalu terlibat
dalam pendidikan, sedangkan the Lander (asal mula kekuasaan daerah) selalulah
mengatakan bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas pendidikan. Pengumuman
resmi mengenai wajib belajar pada beberapa daerah semenjak akhir abad
ke-17 dapat dianggap sebagai penanda
resmi bahwa masalah pendidikan adalah tanggung jawab Negara. Semenjak itu,
pengaruh gereja secara umum mulai berkurang. Maka masalah pendidikan mulai saat
itu terletak terutama pada kekuatan politik para guru, orang tua,
siswa,/mahasiswa sebagai kelompok yang langsung terlibat untuk menentukan
keadaan pendidikan serta perubahan-perubahan dalam system pendidikan.
d. Kebijakan
dibidang manajemen pendidikan formal
Sistem
pendidikan di Jerman adalah desentralisasi, mulai dari level SD sampai
dengansekolah menengah. Beberapa Lander (penguasa daerah) membuat berbagaiketentuan
konstitusi mereka masing-masing mengenai pengaturan masalah-masalahpendidikan,
dan seluruhnya melalui proses legislative. Pengaturan ini meliputipenetapan
tujuan pendidikan, struktur, isi pengajaran, dan prosedur dalam systemdaerah
mereka masing-masing. Adapun yang bertanggung jawab terhadappelaksanaan
pendidikan di dalam Negara bagian adalah kementrian kabinet atauKementrian
Kebudayaan (Kultusministerium). Pada Negara-negara bagian yang luasdaerahnya,
sekolah tidak dikontrol secara langsung oleh kementrian Negara bagian,tetapi
melalui badan administrasi regional yang merupakan bagian dari badan
ekskutif.Masyarakat setempat biasanya juga punya tanggung jawab menyediakan
infrastrukturyang diperlukan dan adakalanya juga terlibat dalam pengangkatan
staf.
1.
Biaya
Pendidikan.
Alokasi
biaya pendidikan sepenuhnya bersumber dari Lander (Daerah) danmasyarakat
setempat, kecuali untuk pendidikan tinggi. Menjadi tanggung jawabpemerintah
federal. Hampir semua program pendidikan di jerman bersifat gratis(termasuk
pembebasan uang kuliah di pendidikan tinggi). Pemerintah federal jugamemberikan
bantuan uang kepada sebagian siswa sekolah menengah dan mahasiswaperguruan
tinggi. Kebanyakan sekolah-sekolah swasta yang kecil, kira-kira 90% daribiaya
operasional sekolah dibantu oleh pemerintah federal Pengeluaran
pemerintahfederal pada tahun 1990 untuk anggaran pendidikan mencapai total 9,3%
dari GNP.2)
2.
Personalia.
Hanya
guru-guru Gymnasium dan sebagian guru-guru specialis untuk bidang keuangan yang
dididik di tingkat Universitas (S1), dengan tekanan utama bidangkeahlian
daripada bidang keguruan. Namun demikian. sejak tahun 1960, telah
mulaidicanangkan persyaratan kualifikasi yang sama untuk semua guru, minimal
telah dididik di Universitas. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan
metodemengajar ditempuh melalui in-service training.
3.
Kurikulum.
Kurikulum
dirumuskan oleh Kementrian Pendidikan sesuai Negara bagian masing-masing
dibawah kendali Lander (pemerintah daerah). Sebagian besar Lander mewajibkan
mata pelajaran di primary education sebagai berikut: German;mathematics; social
studies (usually taught as Sachunterricht); history (usually taughtas
Sachunterricht ) geography (usually taught as Sachunterricht); biology (aspects
ofbiology are taught within science, which is usually taught as Sachunterricht
); physics(aspects of physics are taught within science, which is usually
taught asSachunterricht); chemistry (aspects of chemistry are taught within
science, which isusually taught as Sachunterricht); art; music; sport; and modern
foreign languages.Sedangkan untuk sekolah menengah, kurikulum berbeda-beda
penekannannya,sesuai jenis sekolah. Namun paling tidak pada setiap jenis
sekolah menengah tersebutmemuat materi pelajaran sebagai berikut: German;
mathematics; on foreign language(usually English); natural and social sciences;
music; art; and sport.
4.
Sistem Ujian dan
Sertifikasi.
Penilaian
akhir tahun siswa di dasarkan pada hasil analisis terhadap kinerja siswa. Dari Grade
2 (primer, umur tujuh) dan seterusnya, hanya terdapat laporan setengah-tahunan
meliputi komentar terhadap kemajuan dan nilai yang diperoleh
denganmembandingkan kinerja mereka dengan apa ada pada selain dalam sebuah
kelompokpengajaran. Terdapat satu kecenderungan ke arah pelaporan proses
belajar dankinerja, dan terhadap keikutsertaan kelas serta perilaku sosial di
sekolah. Anak anakyang nilainya dan hal lainnya tidak cukup harus (dapat
memilih) untuk mengulangkembali di awal tahun baru. Tidak ada nilai ujian atau
ijasah di sekolah dasar, yangada hanya sebuah laporan kinerja siswa pada akhir
tahun[3]
e. Struktur
dan Jenis Pendidikan
1. Pendidikan
Dasar, Menengah, dan Pendidikan TinggiPendidikan Dasar, Menengah dan Perguruan
Tinggi
Jerman
hanya memiliki dua jenjang pendidikan, Pra Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan
dasar (Grundschule) dan pendidikan lanjutan (Gymnasium, Realschule atau
Berufschule).
Jenjang
pendidikan pra perguruan tinggi di Jerman memerlukan waktu tempuh normal selama
13 tahun (berbeda dengan di Indonexia, dimana pendidikan SD-SLTP-SLTA bisa
diselesaikan hanya dalam waktu 12 tahun). Pendidikan sekolah dasar
(Grundschule) diberikan dari kelas 1-6, dan setelah itu siswa diberikan
kesempatan untuk memilih melanjutkan ke Gymnasium, Realschule atau Berufscule.
Gymnasium
diperuntukkan bagi siswa-siswa pandai yang dianggap mampu melanjutkan
pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Jenjang ini ditempuh mulai dari
kelas 7-13, dan setelah mereka lulus diberi ijazah yang dikenal sebagai
“Abitur”. Jadi sebelum masuk ke perguruan tinggi, seorang siswa menyelesaikan
pendidikan dasar dan menengah selama 13 tahun. Berufscule diperuntukkan bagi
siwa-siswa yang langsung dipersiapkan memasuki dunia kerja dan tidak bisa
melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan Realschule ada di tengah-tengah
keduanya. Kalau dianggap bagus, siswa dari Realschule bisa meneruskan ke
Gymnasium untuk mendapatkan Abitur, atau bisa juga langsung memasuki dunia
kerja.
Setelah
mendapatkan Abitur, siswa lagsung busa mendaftarkan diri ke Perguruan Tinggi.
Berbeda dengan calon mahasiswa di Indonesia yang harus mengikuti ujian tertulis
(UMPTN), disini calon siswa sama sekali tidak perlu mengikuti ujian seleksi.
Calon mahasiswa tinggal mengirimkan berkas lamarannya, dan universitas akan
langsung memutuskan bedasarkan nilai Abitur. Hal tersebut bisa dilakukan karena
pendidikan di seluruh jerman, baik pendidikan dasar maupun pendidikan tinggi
memiliki kualitas yang bisa dikatakan sama.
Untuk
menjamin kualitas yang merat di semua sekolah, setiap anak wajib masuk ke
sekolah terdekat yang telah ditunjuk oleh pemerintah (bila memilih untuk belajr
di sekolah selain yang telah ditunjuk, maka orang tuanya harus mengajukan
permintaan khusus disertai dengan alasan-alasannya). Sebaliknya, pemerintah pun
menyediakan guru-guru dan fasilitas pendidikan yang merata di semua sekolah,
baik di kota besar maupun di pelosok yang jauh dari kota.
2. Pendidikan
Prasekolah
3. Pendidikan
Khusus
4. Pendidikan
Vokasional, Teknik, dan Bisnis
B.
Sistem
Pendidikan di Perancis
Prancis
adalah tergolong Negara yang telah maju industrinya dari antara Negara maju di
barat lainnya. Problema-problema yang di rasa belum dapat di selesaikan secara
tuntas ialah yang menyangkut masalah kependidikan dari abad ke abad.
Dibawah
pemerintahan Repoblik ketiga, lycee dan fakultas unuversitas negeri di ambil
alih untuk membentuk inti system sekolah menengah yang bertujuan menemukan dan
menghasilkan calon-calon pemimpin. Kendati teori warisan status kelas telah di
tolak, system pendidikan masih sangat selektif. System tersebut sudah
memisahkan anak-anak menjadi dua kelas sejak hari pertama mereka masuk sekolah.
Akhirnya, hak pilih dijadikan universal bahkan wanita berhak memilih setelah
perang dunia II, tetapi biaya pendidikan di sekolah menengah tetap
melanggengkan diskriminasi kelas.
Penerapan
sistem pendidikan di Indonesia dengan di Perancis pada umumnya memiliki
kesamaan dengan sistem pendidikan di indonesia yang pada dasarnya sistem
pendidikan di Indonesia merupakan adaptasi dari sistem pendidikan luar negeri.
Perbedaan sistem pendidikan tentu saja terletak pada penerapan metode
pembelajaran di negara itu sendiri. Di negara Perancis seorang peserta didik
mengenyam pendidikan dimulai pada saat anak berusia 2 atau 3 tahun setara
dengan play group hingga 17 tahun disana peserta didik langsung diarahkan pada
bakat dan minat dan pada pemahaman konseptual, para siswa terbiasa belajar
dengan pola keras, disiplin dan dipenuhi dengan tugas. Setelah siswa menempuh
pendidikan wajib, bagi mereka yang ingin menempuh ke jenjang perkuliahan mereka
akan dihadapkan lagi dengan persaingan yang sangat ketat, untuk lulus dari SMA
saja itu merupakan hal yang sangat rumit. Siswa yang terpilihlah yang dapat
melanjutkan ke jenjang perkuliahan dengan dihadapkan soal soal oral (essay)
yang menuntut pemahaman konseptual sehingga sedikit pula yang dapat masuk ke
jenjang universitas. Pendidikan di Perancis tentunya tidak lepas dari peranan
pemerintah. Pemerintah Perancis telah menganggarkan 23% pendapatan negaranya
untuk pendidikan yaitu adanya pendidikan gratis dari TK hingga SMA dan gaji
guru yang besar, disana gaji guru mencapai hingga 50 – 60 juta perbulan. Untuk
menjadi guru disanapun tidak mudah mereka yang ingin menjadi guru harus
diseleksi sesuai potensi yang dimilikinya. Karena ia akan menjadi tulang
punggung dalam menjamin kualitas pendidikan bangsanya. Jika ia diterima menjadi
seorang guru, gajinya per bulan yang paling rendah adalah sekitar 25.000 euro
atau sekitar Rp 30 juta, ditambah dengan berbagai fasilitas penunjang lainnya,
semua sudah tersedia, rumah, kendaraan, kebutuhan hidup, jaminan kesehatan,
tunjangan hari tua, semua sudah ditanggung oleh pemerintah. Sehingga seorang
guru benar-benar berkonsentrasi penuh dalam mengajar dan mencerdaskan para anak
didik, dan mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk itu. Oleh karena
itu, untuk pengangkatan seorang guru, termasuk dosen, diadakan seleksi
penerimaan yang sangat ketat dan teruji.
Ada
salah seorang mahasiswa Indonesia di Perancis yang sudah berkeluarga dan
memiliki dua anak umur dua dan empat tahun memasukkan kedua anaknya di TK mulai
pukul 09.00 (pagi) sampai pukul 17.00 (sore). Sistem ini dianut karena umumnya
para pegawai di Perancis bekerja dari pukul 09.00-17.00, dengan catatan. Hari
Sabtu dan Minggu libur. Selama anak berada di ruang sekolah (09.00-17.00)
mereka sepenuhnya ada di bawah asuhan dan bimbingan guru. Di antara jam belajar
itu mereka (anak-anak) diberi makan siang, dan juga kadang-kadang ada acara
tidur siang. Jadi, para orangtua menyerahkan anaknya ketika berangkat kerja dan
menjemputnya kembali saat pulang kerja. Pada hakikatnya seluruh proses belajar
ini diberikan secara gratis oleh pemerintah. Pemerintah Perancis menjamin bahwa
masuk sekolah mulai TK hingga perguruan tinggi adalah gratis. Tentu saja untuk
memasuki setiap jenjang pendidikan diadakan seleksi ujian masuk, mulai tingkat
pendidikan dasar (ecole primaire) pendidikan menengah (lysee) sampai perguruan
tinggi (universitarire).
Guru
dituntut agar lebih memperhatikan perkembangan kepribadian individual anak
didik, dan tidak hanya mementingkan pengembangan intelektual semata. Dalam
kongres ahli pendidikan di Le Havre tahun 1939 antara lain diputuskan agar guru
memperhatikan perkembangan anak didik pada aspek fisik, sosial dan etis dalam
pendidikan di samping aspek intelektual dan cultural.
Untuk
meningkatkan kualitas guru, maka didirikanlah “Ecole Normale” (Sekolah Guru)
yang lama belajarnya 7 tahun (masa 4 tahun untuk pendidikan umum dan 3 tahun
untuk keguruan). Namun demikian problema tentang mutu kependidikan tidak dapat
di atasi hanya denga melalui sekolah guru, tanpa diimbangi denga peningkatan
bidang kehidupan lainnya, seperti ekonomi, dan political will dari pemimpin
negaranya. Problem lainnya ialah bagaimana agar pendidikan tidak terlalu
intelektualistis.
a. Sistem
Perjenjangan Pendidikan di Perancis
Gambaran
umum Sistem Pendidikan di Perancis
Pada dasarnya ada 4
degree :
1. Maternelle
(setara playgroup dan TK) mulai dari umur 2 th
Sejak
tahun 1967, semua anak di Perancis dikenakan wajib belajar sampai dengan umur
16 tahun. Seperti di negara-negara lain, sekolah di Perancis dimulai dari
tingkat Taman Kanak-kanak (TK)/Ecole Maternelle sebagai tingkat pra-sekolah.
Seorang anak yang sudah berumur 2 tahun dengan ditambah syarat-syarat tertentu
sudah boleh masuk TK, walaupun pada umumnya anakanak masuk TK berumur antara 3
sampai 4 tahun.
Pendidikan
pra sekolah dibagi menjadi 3 tingkat: kecil, sedang dan besar. Pada tahap ini
anak-anak diperkenalkan cara hidup berkelompok, keterampilan sederhana dan
pengenalan huruf-huruf serta angka.
Sekolah
TK ini terdiri dari bermacam-macam, di antaranya:
Ø Toute
Petite Section ( mulai umur 2)
Ø Petit
Section (3 th)
Ø Moyen
Section (4 th) ~~ TKA
Ø Grand
Section (5 th) ~~ TKB
2.
Pendidikan Dasar
Pendidikan
dasar dimulai pada usia 6 tahun dan selama 5 tahun: Jenjang Persiapan (CPI),
Dasar 1 (CE1), Dasar 2 (CE2), Menengah (CM1) dan Menengah 2 (CM2). Tujuan utama
pendidikan dasar ini adalah untuk mengajarkan pada anak-anak kehidupan
bermasyarakat memberikan kemampuan membaca dan berhitung dengan persiapan untuk
melanjutkan ke pendidikan menengah (Iycees dan Colleges). Pendidikan ini berkewajiban menggabungkan
kepentingan dasar pendidikan dan kesenangan , atau bermain suatu pendekatan
yang terbukti berhasil pada anak-anak. Dewasa ini hampir 100% anak yang berumur
6 tahun sudah memasuki bangku sekolah dasar. Anak-anak sekolah di TK dan SD
negeri dibebaskan dari pembayaran, dan memperoleh buku-buku pelajaran secara
gratis.
1ere degree :
Ø Cours
Preparatoire (CP) - 6th ~~~SD 1
Ø Cours
Elementaire (CE1) - 7 th ~~ SD 2
Ø Cours
Elementaire (CE2) - 8 th ~~ SD 3
Ø Cours
Moyen 1 (CM1) - 9 th ~~ SD 4
Ø Cours
Moyen 2 (CM2) - 10 th ~~ SD 5
3.
Pendidikan
Menengah Pertama
Pendidikan
menengah tersedia secara tradisional disekolah negeri yang disebut lycee dan
sekolah kotapraja yang disebut college. Menurut sejarahnya, lyce lebih selektif
sehingga memilki reputasi sebagai yang lebih sempurna. College cenderung
mengakomodasi cita rasa pendidikan modern dah lebih cepat berafaptasi dengan
permintaan umum warga kotapraja yang mendukungnya. Meskipun demikian, kedua
jenis sekolah tersebut mempersiapkan siswa untuk ujian baccalaureat sehingga
mempersiapkan pula penerimaan ke universitas.
Sekolah menengah bisa
di masuki dari sekolah dasar, tetapi ada jalur lain yang lebih disukai, yaitu
lewat classes preparatoire. Classes preparatoire adalah sekolah swasta yang
seringkali memilki perkanjian kerja dengan satu lycee atau lebih untuk
meyakinkan para orang tua yang menjadi penyantunnya bahwa putra-putra mereka
akan diterima disekolah menengah. . 2eme degree :
Ø 1ere
cycle 6eme - 11 th ~~ SD 6
Ø 1ere
cycle 5eme - 12 th ~~ SMP 1
Ø 1ere
cycle 4eme - 13 th ~~ SMP 2
Ø 1ere
cycle 3eme - 14 th ~~ SMP 3, yg lulus menyandang status Colleges dan
Memilih
ke jurusan Baccalaureat ( jalur umum) ataukah jurusan CAP / BEP (jalur
profesionel) 1-2 th habis gitu bisa langsung kerja.
4.
Pendidikan
Menengah Atas
Berikut adalah jalur
Baccalaureat :
Ø 2eme
cycle 2 eme - 15 th ~~ SMA 1
Ø 2eme
cycle 1 ere - 16 th ~~ SMA 2
Ø Terminal
- 17 th ~~ SMA 3, yg lulus bisa menyandang gelar BAC-S
(Scientific),
BAC-ES (Economi) atau BAC-L (Litteraire) tergantung jurusan yang diambil di
kelas.
5.
Pendidikan
Tinggi
Pendidikan
tinggi diselenggarakan dalam beberapa bentuk. Hampir semua akasemi memilki
fakultas universitas jenis konvensional,tetapi tidak semuanya mempunyai
perangkat fakultas yang lengkap. Seirinng dengan berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, sumbangsih universitas dalam bidang-bidang ini diperluas dengan
meningkatkan daya tampung kelas pada fakultas-fakultas yang sudah ada taupun
menambahkan fakultas-fakultas baru.
Superieur, ada 3 cabang :
Ø IUT
: Instituts Universitaire de Technologie - 2 th, diplome : DUT / BTS
Ø Universités
- 3 th, diplome : Licence
Ø 4
th, diplome : Maitrise
Ø 5
th, diplome : DESS / DEA /DRT
Ø 8
th, diplome : doctorat
Ø Grande
Ecole :
Ø ENA
: sekolah politik
Ø Polytechnic,
diplome : Ingenieur & Scientific
Ø HEC
- Untuk sekolah Finance commerce
Ø ENS
- sekolah calon guru.
Sistem
pendidikan di Perancis dari awal sudah dapat mendeteksi bakat dan kemampuan
anak, dan sudah bisa menentukan jurusan sesuai minat anak sejak dini. Jadi
tidak semua anak berlomba-lomba ingin menjadi insinyur atau jurusan teknik,.
Siswa juga tidak dituntut harus menguasai seluruh mata pelajaran, akan tetapi
cukup hanya basicnya saja, baru bidang yang sesuai dengan bakat dan kemampuan
siswa dipelajari secara lebih mendalam, sehingga lebih fokus. Apalagi yang
berminat melanjutkan ke Grande Ecole, harus melewati test yg benar-benar ketat
untuk bisa masuk. Baru yang nggak masuk, larinya ke universitas biasa.
C. Perbandingan sistem pendidikan di Jerman, Perancis
dengan Indonesia
a. Pendidikan
di jerman
Sesekali
perbedaan antara pendidikan di Jerman dengan Indonesia. Dari sisi sistem saja,
pendidikan itu sudah berbeda. Di Jerman, jenjang pendidikan Pra Perguruan
Tinggi itu hanya ada 2 macam, yaitu pendidikan dasar (Grundschule) dan
pendidikan lanjutan (Gymnasium, Realschule, atau Berufschule). Kalau di
Indonesia, pendidikan Pra Perguruan Tinggi ada 3 macam, yaitu SD-SMP-SMA. Dari
sisi waktu juga berbeda, di Indonesia memerlukan waktu 12 tahun (normal)
sebelum ke jenjang Perguruan Tinggi, sedangkan di Jerman butuh waktu 13 tahun.
Tulisan tentang Sistem Pendidikan Jerman dapat anda baca disini.
Jika
karier anda sebagai orang lembaga pendidikan ingin maju di Jerman, anda harus
pindah ke kampus-kampus kecil (di kota kecil). Beliau menjelaskan bahwa prinsip
ini membuat pemerataan kualitas pendidikan terjadi secara alami. Dan lagi-lagi,
ini berbeda dengan Indonesia. Orang Indonesia cenderung memiliki kebiasaan
“pintar kumpul dengan pintar” dan “kaya kumpul dengan kaya”.
Melihat
kondisi di atas, membuat saya tersenyum. Saya yakin kualitas pendidikan
Indonesia bisa meningkat drastis. Syarat utama hanya 2 macam,pemeratan
pendidikan dan penghargaan terhadap prestasi pendidikan. Itu saja. Bila kedua
syarat terpenuhi, saya yakin semakin banyak anak-anak Indonesia yang
berprestasi pada ajang internasional dan semuaanak-anak Indonesia bisa masuk ke
bangku sekolah.
Bagi
Anda yang mempunyai kebiasaan mencontek dan ingin belajar ke Jerman, diingatkan
untuk menghentikan kebiasaan buruk itu. Alasannya, mencontek bukan saja menipu
diri sendiri, tetapi juga merusak kejujuran yang merupakan roh utama
pendidikan.
Tradisi
untuk mempertahankan kejujuran dalam dunia pendidikan sudah ditanamkan sejak
adanya pendidikan itu sendiri. Maka, dalam pendidikan di Jerman, amat sulit
ditemukan tesis, disertasi, atau skripsi yang merupakan plagiasi atau
manipulasi, atau tindakan sejenisnya, atau hal lain yang tercakup dalam
perilaku ketidakjujuran akademis. Itu semua disebabkan oleh upaya menjunjung
tinggi kejujuran yang terkait erat dengan nilai kebenaran.
Adanya
ketentuan dan dilaksanakan secara ketat membuktikan bahwa Jerman masih
menghargai kejujuran, bahkan menempatkannya sebagai yang utama atau roh utama
pendidikan. Bahkan, untuk membuat skripsi, mahasiswa tidak bisa begitu saja
melakukan copy and paste. Mahasiswa yang melakukan itu jangan harap bisa lolos
begitu saja.
Secara
umum, pendidikan di Perancis dewasa ini berlangsung secara sentralistik.
Pengelolaan yang bersifat sentralistik tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh
sistem politik dan sejarah pemerintahannya yang berulang kali lebih bersifat
sentralistik pula. Maksud dari sentarlistik di sini yakni pendidikan yang
dipusatkan sepenuhnya kepada pemerintah. Jadi, kementrian pendidikan (iasa
disebut Ministry of National Education) memeiliki peran urgent dalam kemajuan
pendidikan secara keseluruhan. Selain itu, pemerintah juga menekankan akan
adanya wajib belajar 16 tahun dengan penerapan
sistem sekolah gratis untuk setiap jenjang pendidikan.
b. Sistem
pendidikan di perancis
Menggunakan
sistem sentralistik yakni pendidikan yang dipusatkan sepenuhnya kepada
pemerintah. Jadi, kementrian pendidikan (biasa disebut Ministry of National
Education) memiliki peran urgent dalam kemajuan pendidikan secara keseluruhan.
Selain itu, pemerintah juga menekankan akan adanya wajib belajar 16 tahun
dengan penerapan sistem sekolah gratis
untuk setiap jenjang pendidikan.
1. Pendidikan
dasar (enseignement primaire)
Pada
jenjang pendidikan dasar, dimulai dari tingkat TK (Ecole Maternelle) sebagai
tingkat prasekolah. Anak yang sudah berumur 2 tahun sudah boleh masuk TK.
Pendidkan pra-sekolah sendiri dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu: kecil, sedang,
dan besar. Pada tahap ini anak-anak diperkenalkan praktek cara hidup secara
berkelompok, penekanan keterampilan sederhana, dan pengenalan huruf dan angka.
Sistem pengajaran di TK sendiri dimulai pukul 09.00 (pagi) sampai pukul 17.00
(sore). Sistem ini dianut karena umumnya para pegawai di Perancis bekerja dari
pukul 09.00-17.00, dengan catatan hari Sabtu dan Minggu libur. Selama anak
berada di ruang sekolah (09.00-17.00) mereka sepenuhnya ada di bawah asuhan dan
bimbingan guru. Di antara jam belajar itu mereka (anak-anak) diberi makan
siang, dan juga kadang-kadang ada acara tidur siang.
Jadi,
para orangtua menyerahkan anaknya ketika berangkat kerja dan menjemputnya
kembali saat pulang kerja (Matrisoni. 2005).
Sedangkan
untuk pendidikan dasar, dimulai pada usia 6 dan berlangsung selama 5 tahun,
yaitu: kelas persiapan (CPI), kelas dasar-1 (CE-1), kelas dasar-2 (CE-2),
menengah (CM-1), dan menengah (Cm-2). Tujuan utama dari pendidkan dasar adalah
untuk mengajarkan kepada anak-anaka tentang kehidupan bermasyarakat, memberikan
kemampaun membaca dan berhitung dengan persiapan unutk melanjutkan ke jenjang
pendidikan menengah (Lycees dan Colleges). Pendidikan ini berkewajiban
menggabungkan kepentingan dasar pendidikan dan kesenangan, atau bermain sebagai
suatu pendekatan yang terbukti berhasil pada anak-anak (Rohman,2010). Anak-anak
sekolah di TK dan SD negeri dibebaskan dari pembayaran, dan memperoleh
buku-bulu pelajaran secara gratis.
2. Pendidikan
menengah (enseignement secondaire)
Pendidikan
menengah di Perancis dibedakan menjadi dua, yaitu College (setingkat SMP) dan
Lycee (setingkat SMA).
Pada
pendidikan menengah tingkat pertama, anak belajar selama 4 tahun dan pada
tingkat akhir anak diberi kesempatan untik memilih jurusan ke Sekolah Lanjutan
Atas (SLA= Lycee). Pada tingkat ini pun peserta didik tidak dipungut biaya dan
buku-buku pelajar diberikan secara gratis. Pendidikan kejuruan dalam bentuk
yang terbatas sudah ada sejak awal. Direktorat Pendidikan Kejuruan menyediakan
tenaga ahli di bidang perindustrian dan perdagangan, oleh karena itu, sekolah
seni dan ketermapilan, perdagangan, industri, dan spesialis lainnya kini
dianggap sebagai pendidkan kejuaruan dan dapat dimasuki setelah tahun ketujuh
pendidikan dasar. Selain itu, dewasa ini berkembang pendidikan kejuruan yang
membuka program paruh waktu untuk memberikan peluang kepada siswa yang sudah
bekerja agar tetap belajar atau pelajar yang ingin sambil bekerja (Thut and
Adams, 2005).
Sedangkan
untuk pendidikan menengah atas (Lycee) ditempuh selama 3 tahun, yaitu: kelas 2,
kelas 1, dan kelas terminal dengan tetep mempertahankan pendidikan fundamental
yang relative homogeny pada semua jurusan. Sejak tahun pertama terdapat 3
jurusan, yaitu: Sastra, Ilmu Pengertahuan alam (IPA) serta Sains dan Teknik Industri/ Sains Teknik, dan
Teknik Ekonomi. Pada akhir SLTA, murid yang lulus mendapat ijazah Baccoloreat
yang dapat digunakan untuk memasuki universitas atau masuk kelas persiapan pada
sekolah tinggi. Untuk sekolah profesoional, sama halnya dengan sekolah kejuruan
di Indonesia, yakni memberikan
pendidikan profesi setelah tamat kelas 3. Pelajaran yang diberikan
adalah pendidikan praktek dan teori selama 2-3 tahun. Setelah lulus, diberikan
sertifikat keterampilan profesional (SKP) dan Diploma Teknik Tinggi (DTT).
Biasanya pada tahun kedua diberikan pelajaran teori dan praktik di sekolah dan
perusahaan.
Namun
demikian, baik College mauapun Lycee keduanya sama-sama bertujuan untuk
mempersiapkan siswa dalm mengikuti ujian Baccalaureat ( Thut and Adams, 2005).
c. Pendidikan
di Indonesia
Kelompok
Negara terbanyak yang ada di dunia adalah Negara berkembang, dan Indonesia termasuk
salah satu diantaranya. Setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945, terjadi perubahan pada pemerintahan, demikian juga pada bidang
pendidikan. Perubahan yang dilakukan cukup mendasar, yaitu menyangkut
penyesuaian dasar dan tujuan pendidikan, sistem persekolahan, dan isi
pendidikan seusia dengan aspirasi bangsa dan negara merdeka untuk memberikan
kesempatan belajar seluas-luasnya kepada rakyat Indonesia.
Sedangkan
untuk jenjang pendidikan, Indonesia memebagi pendidikan menjadi 5 jenjang,
diantaranya:
1.
Pendidikan Taman
Kanak-kanak (TK) atau prasekolah
Waktu
belajar satu atau dua tahun yang menampung anak usia lima sampai enam tahun. Di
Tingkat prasekolah ini, pendidikan lebih di fokuskan pada permainan. Karena
pada masa ini adalah masa bermain. Proses belajar di sekolah negeri dimulai
pukul 07.30 sampai 10.00.
2.
Sekolah Dasar
(SD)
Waktu
belajar enam tahun bagi anak usia tujuh sampai duabelas tahun. Sekolah Dasar
dibagi menjadi 2, yaitu sekolah dasar rendah (kelas 1-3) dan sekolah dasar
tinggi (kelas 4-6).
3. Sekolah
Manangah Pertama (SMP) waktu belajar 3 tahun
4.
Sekolah Menangah
Atas (SMA),
Pada
sekolah Menengah atas terdapat penjurusan IPA, IPS dan Bahasa setelah belajar
selama 1 tahun. Lama belajar di tingkat
ini juga 3 tahun
5.
Perguruan
Tinggi,
tiga
tahun sarjana muda, lima sampai tujuh tahun sarjana, dapat berbentuk
Universitas, Institut, Akademi, atau Sekolah Tinggi.
Untuk
biaya pendidikan di Indonesia, pemerintah sudah mengalokasikan anggaran
pendidikan sebesar 20% dari APBN dan APBD belumlah dipenuhi hingga saat ini.
APBN Tahun Anggaran 2008 telah disahkan pada Rapat Paripurna DPR, 9 Oktober
2007 lalu dan menetapkan alokasi anggaran pendidikan hanya 12 persen.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Æ Indonesia
memebagi pendidikan menjadi 5 jenjang, diantaranya:
Ø Pendidikan
Taman Kanak-kanak (TK) atau prasekolah
Ø Sekolah
Dasar (SD)
Ø Sekolah
Manangah Pertama (SMP) waktu belajar 3 tahun
Ø Sekolah
Menangah Atas (SMA),
Ø Perguruan
Tinggi,
Æ Perancis
membagi pendidikan menjadi 3 jenjang, diantaranya:
Ø Pendidikan
Dasar
Ø pendidikan
Manengah
Ø Perguruan
tinggi
Æ Jerman
hanya memiliki dua jenjang pendidikan,
Ø Pra
Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan dasar (Grundschule) dan
Ø pendidikan
lanjutan (Gymnasium, Realschule atau Berufschule).
DAFTAR
PUSTAKA
Fattah, Nanang. 2000. Ekonomi dan
pembiayaan pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Hamalik, Oemar. 2006. Manajemen
Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.
I. N. Thut dan Don Adams, Pola-Pola
Pendidikan Dalam Masyarakat Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005)
M.
Arifin, Ilmu Perbandingan Pendidikan, (Jakarta: Golden Terayon Press, 2003).
Mulyasa
Mpd, Dr E. 2007, Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyasa,
E. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Rosyda Karya.
Nasution,
S. 2006. Asas-asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sanjaya,
Wina, Dr., M.Pd. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana.
Sarumpeat,
J. P., Perbandingan Pendidikan, (Jakarta: Djambatan, 1974).
Suhardan,
Dadang dkk. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Syah Nur, Agustiar. 2001. Perbandingan
Sistem Pendidikan 15 Negaara. Bandung : Lubuk Agung
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.