BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
dunia pendidikan, mutu menjadi satu-satunya yang sangat penting yang berkaitan
dengan proses pelaksanaan pendidikan, hal ini juga menjadi sebuah perhati agar
disuatu lembaga pendidika dapat memperhatikan dari mutu pendidikan tersebut.
Bila mutu pendidikan hendak diperbaiki, maka perlu ada sebuah tindakan-tidakan
yang konkrit atau aplikasi nyata yang dapat mendukung adanya mutu pendidikan.
Manajemen mutu merupakan sarana yang memungkinkan para profesional pendidikan dapat
beadaptasi dengan “kekuatan perubahan” yang memukul sistem pendidikan bangsa
kita.
Oleh
karena itu dengan adanya manajemen mutu terpadu, maka kita akan mudah untuk
mengatasi hal-hal yang menyulitkan terhadap pelaksanaan pendidikan. Begitu juga
sebagai tenaga kependidikan dituntut untuk mengetahui manajemen mutu terpadu
karena pengelolaan suatu lembaga pendidikan ini membutuhkan mutu yang
berkualitas.
B.
Rumusan Masalah
Sebagaimana latar
belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui pengertian manajemen mutu
terpadu pendidikan
2.
Apa saja komponen-komponen dalam
manajemen mutu terpadu pendidikan
3.
Apa saja tantangan dalam TQM (Total
Quality Management)
4.
Organisasi manajemen mutu terpadu
pendidikan
C.
Tujuan Penulisan
Sebagaimana latar
belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan adalah
sebagai berikut :
1.
Memahami pengertian manajemen mutu
terpadu pendidikan
2.
Mengetahui komponen-komponen dalam mutu
terpadu pendidikan.
3.
Memahami tantangan dalam TMQ.
4.
Memahami organisasi manajemen mutu
terpadu pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen
mutu terpadu (MMT) menurut Fandy Tjiptono & Anastasia Diana (1995) ialah
suatu pendekatan dalam usaha memaksimalkan daya saing melalui perbaikan
terus-menerus atas jasa, manusia, produk, dan lingkungan. MMTP ialah suatu sistem manajemen yang
menyangkut mutu sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepusan pelanggan
dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
MMTP
menurut Sallis (2003:17) ialah menciptakan budaya mutu dimana tujuan setiap
anggota ingin menyenangkan pelanggannya, dan dimana struktur organisasinya
mengizinkan untuk berbuat seperti itu.
Mulyadi
mengemukakan bahwa TQM (Total Quality Management) merupakan pendekatan sistem secara
menyeluruh (bukan suatu bidang atau program terpisah) dan merupakan bagian
terpadu strategi tingkat tingkat tinggi. Sitem ini bekerja secara horizontal
menembus fungsi dan departemen, melibatkan semua karyawan dari atas sampai
bawah, meluas ke hulu ke hilir, mencakup mata rantai pemasok dan customer.
Manajemen
Mutu Terpadu (MMT) merupakan metodologi yang dapat membatu para profesional
pendidikan menjawab tantanggan lingkungan masa kini. MMT dapat dipergunakan
untuk mengurangi rasa takut dan meningkatkan kepercayaan di lingkungan sekolah.
MMt dapat dipergunakan sebagai perangkat untuk membangun aliansi antara
pendidikan, bisnis, dan pemerintahan.
Jadi
Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (MMTP) merupakan suatu hal yang penting untuk
di terapkan dalam rangka menunjang mutu pendidikan yang hal ini yang berkaitan
langsung dengan pengelolaan suatu lembaga pendidikan.
B.
Komponen-Komponen Dalam Manajemen
Mutu Terpadu Pendidikan
Menurut
Goestsch & Davis mengungkapkan komponen-komponen manajemen mutu terpadu
pendidikan mempunyai 10 unsur utama yaitu sebagai berikut:
1. Fokus
pada Kepuasan pelanggan
Dalam,
MMTP, baik pelanggan internal maupun eksternal merupakan driven, pelanggan
eksternal menentukan mutu lulusan, sedangkan pelanggan internal menentukan
mutu, proses, dan lingkungannya yang berhubungan dengan lulusan.
2. Obsesi
terhadap Mutu
Dalam
organisasi yang menerapkan MMTP, pelanggan menentukan mutu. Dengan mutu
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan
yang berarti bahwa semua karyawan berusaha melaksanakan setiap aspek
pekerjaannya. Apabila suatu organisasi terobsesi dengan mutu maka berlaku
prinsip good enough is good enough.
3. Pendekatan
ilmiah
Pendekatan
ini sangat diperlukan terutama untuk mendesain pekerjaan, dalam proses pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain
tersebut.
4. Kometmen
jangka panjang
MMTP
merupakan paradigma baru, untuk itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula.
Kometmen jangka panjang sangat diperlukan guna mengadakan perubahan budaya agar
penerapan MMTP dapat berjalan dengan baik.
5. Kerjasama
Tim (Teamwork)
Dalam
organisasi yang dikelola secara tradisional sering tercipta persaingan
antarguru. Akan tetapi, persaingan internal ini cenderung hanya menghabiskan
energi saja, yang pada gilirannya tidak meningkatkan daya saing eksternal.
Sebaliknya, organisasi MMTP menerapkan kerja sama tim. Kemitraan dijalin dan
dibina, baik antarwarga sekolah maupun luar sekolah.
6. Perbaikan
Sistem secara Terus-menerus
Setiap
produk memanfaatkan proses tertentu dalam suatu sistem sehingga sistem yang ada
perlu diperbaiki secara terus-menerus agar mutu dapat meningkat.
7. Pendidikan
dan Pelatihan
Dewasa
ini banyak sekolah yang menutup mata akan arti pentingnya pendidikan dan
pelatihan. Mereka beranggapan bahwa sekolah bukanlah perusahaan sehingga
sekolah yang demikian ini hanya memberikan pelatihan sekedarnya untuk memenuhi
persyaratan formal atau perintah atsannya. Sedangkan dalam sekolah yang
menerapkan MMTP, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar,
dengan pendidikan dan pelatihan setiap guru dan staf tata usaha akan meningkat
keterampilan teknisnya. Esensi dari diklat bagi guru adalah untuk meningkatkan
keterampilan bdan profesionalismenya.
8. Kebebasan
yang Terkendali
Keterlibatan
dan pemberdayaan guru dan staf tata usaha dalam pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah sangat penting karena dapat meningkatkan rasa kepemilikan dan
tanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat serta dapat memperkaya wawasan
dan pandangan dalam suatu keputusan. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul
karena keterlibatan dan pemberdayaan tersebut merupakan hasil pengendalian yang
terencana. Pengendalian dilakukan terhadap metode pelaksanaan setiap proses,
dalam hal ini karyawan yang melakukan standarisasi proses dan mereka pula yang
berusaha mencari cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti
prosedur tersebut.
9. Kesatuan
Tujuan
Agar
MMTP dapat diterapkan dengan baik maka sekolah harus memiliki kesatuan tujuan
yang jelas. Dengan demikian, setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang
sama. Akan tetapi, kesatuan tujuan ini tidak berarti harus selalu ada
persetujuan antara pihak kepala sekolah dengan guru dan staf tata usaha
mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Guru
dan Staf Tata Usaha
Keterlibatan
guru dan staf tata usaha merupakan hal yang penting dalam penerapan MMTP. Usaha
dalam melibatkan mereka mempunyai manfaat antara lain : (1) dapat menghasilkan
keputusan yang baik dan perbaikan yang lebih efektif karena mencakup pandangan
dan pemikiran dari pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja; (2)
meningkatkan “rasa memiliki” dan tanggung jawab atas keputusan dengan
melibatkan orang yang harus melaksanakan.
Adapun
komponen-komponen dasar MMT menurut Sashkin & Kiser (1993: 24) antara lain
(1) Perhitungan (counting), (2) pelanggan dan (3) kultur.
Sedangkan
Creech (1996:4) Mengugkapkan empat kriteria agar program TQM (Total Quality
Management) yang diterapkan oleh suatu perusahaan berhasil di antaranya sebagai
berikut:
a. TQM
harus di dasarkan pada kesadaran akan mutu dan berorientasi pada mutu dalam
semua gegiatannya sepanjang program, termasuk dalam setiap proses dan produk.
b. TQM
harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat untuk membawa mutu pada cara karyawan
di perlakukan, di ikut sertakan dan di beri inspirasi
c. TQM
harus didasrkan pada pendekatan desentralisasi yang memberikan wewenang di
semua tingkat, terutama di garis depang, sehingga antusias keterlibatan dan
tujuan bersama menjadi kenyataan, bukan hanya slogan kosong
d. TQM
harus di terapkan secara menyeluruh sehingga semua prinsip, kebujaksanaan dan
kebiasaan mencapai setiap sudut dan celah organisasi.
C.
Tantangan Dalam TQM (Total Quality
Management)
Terdapat
enam tantangan yang perlu dikaji dan dikelola secara strategik dalam rangka
menerapkan TQM di sekolah diantaranya ialah:
1. Berkenaan
dengan dimensi kualitas
2. Fokus
pada pelanggan
3. Kepemimpinan
4. Perbaikan
berkesinambungan
5. Manajemen
SDM, dan
6. Manajemen
berdasarkan fakta
D.
Organisasi Manajemen Mutu Terpadu
Pendidikan
Organisasi
MMTP adalah organisasi terbalik (upside-down organization). Dalam organisasi
ini, peran manajer senior (kepala sekolah) dan manajer menegah (wakil kepala
sekolah) adalah mendukung dan mengupayakan pendidikan bagi siswa dan staf pendukungnya.
Kontrol bukanlah yang utama dalam organisasi MMTP. Pembalikan peta organisasi
tradisional menjadi organisasi terbalik diadopsi dari pemikiran Albretcht
(1988) yang mencoba memberikan sebuah pergeseran paradigma MMTP. Di bidang
pendidikan, Albretch mengubah perangkat kemitraan yang biasa, menjadi satu
dengan sebuah fokus yang jelas pada pelanggan.
Fokus
organisasi terbalik tidak mempengaruhi otoritas sekolah dan tidak mengurangi
esensi peran kepemimpinan kepala sekolah karena kepemimpinan kepala sekolah
sangat menentukan sukses dan gagalnya MMTP. Hierarki terbalik memberikan
penekanan pada pentingnya memberikan pelayanan prima kepada pelanggan sekolah.
Dibawah ini adalah gambar yang merupakan bentuk organisasi terbalik yang
dikemukakan oleh Sallis (2003).
Ada
empat macam daur kehidupan suatu kehidupan organisasi, yaitu :
1. Pengenalan,
2. Pertumbuhan
(perluasan),
3. Pendewasaan,
dan
4. Penurunan
(revitalisasi)
Pada
tahap pengenalan, sekolah yang baru sebaiknya memperkenalkan sekolahnya kepada
masyarakat luas untuk memperoleh pengakuan dan dukungan. Sekolah juga harus
menetapkan tempat untuk meraih pelanggan. Selanjutnya sekolah menjamin bahwa
apa yang dihasilkan merupakan kebutuhan yang dinantikan dan diharapkan
pelanggan.
Pada
tahap pertumbuhan (perluasan), sekolah akan menjadi wajah baru dengan tantangan
ide baru. Sekolah harus menjamin untuk menghasilkan optimisme dan kebanggaan,
yang merupakan suatu keistimewaan yang menyangkut langkah pembentukan
(informasi). Pada tahap ini yang menjadi maslah utama biasanya adalah
“Bagaimana cara mengatasi tekanan dengan ditandai mulai banyaknya permintaan?”
Dengan demikian, sekolah harus mampu meningkatkan layanan kepada pelanggan.
Kegagalan lain adalah pada sistem manajemennya terutama kurang adanya penetapan
terhadap aturan atau prosedur secara jelas, termasuk di dalamnya pembagian
tugas.
Pada
tahap pendewasaan, sekolah mencapai prestasi puncaknya dan sangat potensial
untuk mendapatkan siswa yang banyak karena permintaan yang sangat besar dari
pelanggan. Namun, di sinilah sekolah banyak mendapatkan ancaman ataupun bahaya
sehingga sekolah harus mampu berinovasi, berkreasi, dan meningkatkan pelayanan
yang optimal sesuai kebutuhan pelanggan. Di samping itu, sekolah juga
diharapkan mampu menciptakan kebutuhan
dan minat konsumen sehingga tidak akan terjadi penurunan.
Pada
tahap penurunan, kebanyakan sekolah di tutup karena ketidak mampuannya
berinivasi dan bersaing serta menyesuaikan diri dengan tututan zamann. Pada
tahap penurunan ini, dapat juga menjadi suatu pembaruan jika mau mengedepankan
mutu, mengembangkan strategi dan cara menjaga kepuasan pelanggan, serta dapat
juga menjadi tahapan dinamis sebagai lembaga yang berpengalaman dan dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan secara optimal .
Jadi
dalam sebuah organisasi perlu sebuah tahapan-tahapan yang akan menjadi acuan
dalam melaksanakan sesuatu baik mulai dari proses sampai dengan implewmentai
nyata yang dilakukan begitu juga dengan orang yang terlibat dalam sebuah
organisasi ini sangat sangat dibutuhkan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø Manajemen
Mutu Terpadu Pendidikan (MMTP) merupakan suatu hal yang dapat diterapkan dalam
rangka menunjang mutu pendidikan yang hal ini yang berkaitan langsung dengan
pengelolaan suatu lembaga pendidikan.
Ø Ada
10 unsur komponen dalam Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan (MMTP) dianataranya
ialah sebagai berikut:
1. Fokus
pada Kepuasan pelanggan
2. Obsesi
terhadap Mutu
3. Pendekatan
ilmiah
4. Kometmen
jangka panjang
5. Kerjasama
Tim (Teamwork)
6. Perbaikan
Sistem secara Terus-menerus
7. Pendidikan
dan Pelatihan
8. Kebebasan
yang Terkendali
9. Kesatuan
Tujuan
10. Adanya
Keterlibatan dan Pemberdayaan Guru dan Staf Tata Usaha
Ø Terdapat
enam tantangan yang perlu dikaji dan dikelola secara strategik dalam rangka
menerapkan TQM di sekolah diantaranya yaitu: Berkenaan dengan dimensi kualitas,
Fokus pada pelanggan, Kepemimpinan, Perbaikan berkesinambungan, Manajemen SDM,
dan Manajemen berdasarkan fakta
Ø Organisasi
MMTP adalah organisasi terbalik (upside-down organization). Dalam organisasi
ini, peran manajer senior (kepala sekolah) dan manajer menegah (wakil kepala
sekolah) adalah mendukung dan mengupayakan pendidikan bagi siswa dan staf
pendukungnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Arcaro
Jerome, S. 2007. Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-prinsip Perumusan dan
Tata Langkah Penerapan, Yohyakarta: Pustaka Pelajar
Mulyasa,
E. 2009. Menjadi Kepala Sekolah Yang Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Sagala,
Syaiful. 2009. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan,
Bandung: Alfabeta
Usman,
Husaini. 2008. Manajemen: Teori Praktik & Riset Pendidikan,Jakarta:
Bumi Aksara
http://mibusumberanyar.co.id/manajemen-mutu.html
Posting Komentar