BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan
pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk
mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai (Sanjaya
2008: 215). Pencapaian tujuan pembelajran merupakan out put/out come dari
sistem yang berjalan. Dalam sebuah sistem tentu ada input, proses, dan output.
Pemebalajaran berada pada posisi tengah yaitu pada proses. Keberlangsunngan
proses sangat dipengaruhi oleh input yang memberi nilai masukan. Sehingga out
put sesuai dengan apa yang diharapkan. Proses akan berjalan lancar apabila
didukung dengan pengetahuan dan komponen-komponen yang memadai.
Banyak
pengajar yang dalam melaksanakan belajar mengajarnya tidak bisa mencapai
tujuan/kompetensi yang ditentukan. Penyebabnya adalah pemebelajaran tidak
sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa inginnya “begini pengajar melakukan
begitu” tidak ada sinergitas antara pengajar dan siswa. Karakteristik siswa
merupakan salah satu faktor penyebab efektif dan tidaknya pembelajaran.
Dalam
pembelajaran kita mengenal istilah pendekatan pemebelajaran, strategi
pemebelajaran dan metode pemebeljaran. Ketiga istilah itulah yang menjadi fokus
pembahasan dalam makalah ini Karena itu merupakan komponen yang sangat
mendukung untuk memahami karakteristik siswa demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Proses pemebelajaran akan berjalan efektif jika pendidik paham
dan mengetahui pendekatan pembelajaran yang berlanjut terhadap pemahaman
strategi pembelajaran dan memahami metode pembelajaran. Ketiga komponen ini
merupakan satu kesatuan yang akan mendukung terhadap pelaksanaan pembelajaran
sesuai dengan kompetensi dan karakteristik siswa.
Penulisan
dalam makalah ini kami gunakan metode deskriptif kaji pustaka dengan pendekatan
sistem pemebelajaran. Pembelajaran akan berjalan efektif tergantung sitem yang
dijalankannya. Kami menduga bahwa pendekatan pembelajaran strategi dan metode
pemebelajaranlah yang membuat pemebelajaran berjalan efektif. Kami berharap
pembahasan ini akan bermanfaat bagi kelompok kami khususnya dan bagi pembaca
pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
Dari
uraian di atas dapat kami rumuskan permasalahan yang akan menjadi pembahasan
dalam makalah ini diantaranya:
1. Bagaimana
melaksanakan pemebelajaran yang efektifdan efisien?
2. Bagaimana
pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang
tepat?
3. Pendekatan
apa saja yang harus di gunakan dalam pembelajaran ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui pelaksanaan pembelajaran yanng efektif.
2. Untuk
mengetahui pendekatan pemebelajaran, strategi pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran yang tepat.
3. Untuk
memahami pendekatan dalam pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Melaksanakan Pemebelajaran Yang Efektif
1. Pembelajaran yang Efektif dan Efisien
Yang
namanya pemebelajaran, tentu tidak akan terlepas dari belajar dan mengajar.
Belajar dilakukan oleh peserta didik beserta guru dan mengajar dilakukan oleh
guru atau pengajar. Supaya lebih jelas kami kutifp definisi belajar dan
mengajar dari beberapa ahli sebagai berikut:
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan (Syah 2010:87).
Sedangkan menurut skiner belajar adalah a proses of progressive behavior
adaptation yang artinya suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Sedangkan
mengajar yaitu proses membimbing dan membantu peserta didik dalam menjalani
proses perubahanya sendiri, yakni proses belajar untuk meraih kecakapan cipta, rasa,
dan karsa yang menyeluruh dan utuh. (Syah 2010:178). Sedanngkan efektif adalah
pengerjaan sesuatu yang benar (majalah talenta 2010:6). Jadi belajar dan
mengajar yang efektif adalah proses perubahan dan bimbingan perubahan secara
benar.
a. Belajar
Efektif
Belajar
yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan
sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara
belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal berikut :
a) Kondisi
Internal
Yang
dimaksud dengan kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri
siswa itu sendiri misalnya kesehatannya, keamanannya, ketentramannya,
motivasinya dan lain halnya yang terdiri dari aspek fisiologis (kondisi umum
jasmani), aspek psikologis diantaranya ; intelegensi siswa, sikap siswa, bakat
siswa, minat siswa, dan motivasi siswa.
b) Kondisi
Eksternal
Yang
dimaksud dengan kondisi eksternal adalah yang ada diluar diri pribadi manusia.
Lingkungan sosial diantaranya: para guru, para tenaga kependidikan dan
teman-teman sekelasnya ; linngkunngan non sosial daintaranya : gedung sekolah,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa.
c) Strategi
Belajar
Belajar
yang efektif dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang
tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil yang semaksimal
mungkin. Pendekatannya dapat digunakan pendekatan bigs, yaitu :
Æ pendekatan
tinggi: speculative, dan achieving
Æ pendekatan
sedang : analitical, dan deep
Æ pendekatan
rendah : repreduktive dan surface (Syah 2010:136)
Setelah
aspek-aspek yang disebut di atas harus diperhatikan selanjutnya kita pahami
bagaimana belajar yang efektif dan efisien itu. Menurut Prof. Muhibbin Syah
efektivitas dan efisiensi belajar yang dicapai siswa ada dua macam yaitu : efisiensi
usaha belajar, dan efisiensi hasil belajar.
Yang
dimaksud efisiensi usaha belajar yaitu prestasi belajar yang didapat dengan
cara yang benar dan usaha yang hemat dan minim. Prestasinya sama namun caranya
berbeda atau dengan bahasa lain sukses sama-sama dengan cara berbeda-beda.
Sebagai contoh ada seorang siswa “a” yang intelegensinya tinggi belajarnya giat
dan full day sudah pasti dia akan berprestasi, namun tidak mustahil untuk saat
ini seorang siswa “b” dengan tingkat intelegen yang rendah belajarnya hanya
setengah bahkan seperempat dari anak “a”
tetapi bisa mendapatkan prestasi atau hasil yang sama. Apa penyebabnya? Inililah
yang dimaksud dengan belajar efektif.
Hasil dari efektifitas akan menimbulkan efisien. Belajar yang tidak
terlalu lama namun belajar dengan cara dan pendekatan yang benar itulah usaha
belajar efisien. Bagaimana cara dan pendekatan yang benar itu? Pada sub bab lain
akan dijelaskan didepan.
Selanjutnya,
yang dimaksud efisiensi hasil belajar yaitu prestasi belajar didapat berbeda
meskipun dengan cara dan usaha yang sama. Efisiensi hasil belajar ini
berbanding terbalik dengan efisiensi usaha belajar. Dalam hal ini seseorang
yang lagi belajar mendapatkan hasil yang
berbeda lebih baik dari pada yang lainnya meskipun cara dan usahanya sama.
Sebagai contoh disatu kelas terdapat 30 siswa, cara waktu dan tempat belajarnya
sama namun pasti akan ada yang lebih diantara yang 30 siswa tadi. Ini dikarenakan
guru atau siswa tadi memiliki penedekatan yang
benar untuk mendapatkan hasil dari belajarnya.
b. Mengajar
Efektif
Mengajar
merupakan hal yang kompleks karena murid-murid itu bervariasi sehingga tidak
akan ada cara tunggal untuk mengajar yang efektif untuk semua hal. Namun
setidaknya seorang guru harus memahami dan mennguasai beragam perspektif dan
strategi juga mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal
utama yaitu : pengetahuan dan keahlian profesional, dan komitmen dan motivasi.
a) Pengetahuan
dan keahlian profesional
Guru
yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar
yang baik. Memahami strategi pengajaran yang baik dan didukung oleh metode
penetapan tujuan, rancangan pengajaran dan manajemen kelas. Mereka tahu
bagaimana memotivasi, berkomuikasi, dan berhubungan secara efektif dengan
murid-muridnya dengan berbagai karakter dan beragam latar belakang kultural.
Sengaja pemabahasan mengenai belajar yang efektif didahulukan karena untuk mengajar yang efektif terlebih dahulu harus
mengetahui belajar yang efektif.
b) Komitmen
dan Motivasi
Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen
dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid. Komitmen
dan motivasi akan lahir jika seseorang memiliki landasan dalam bekerjanya. Bagi
seorang muslim, komitmen dan motivasi itu lahir jika mengajar dijadikan sebagai
pengabdian bentuk ibadah kepada allah SWT. Ibadah tentu berlandaskan
ketauhidan. Inti dari katauhidan adalah keikhlasan dan keikhlasanlah yang akan
membuat seseorang komitmen. Tidak ada tujuan lain selain mengharap ridla Allah
SWT.
Dengan
keikhlasan sikap guru tidak akan bergantung kepada apapun, entah itu gaji
ataupun jabatan akademik guru. Dengan keikhlasan juga sikap dan keperibadian
seorang guru akan terbentuk. Guru harus memiliki kompetensi kepribadian mantap,
stabil, dewasa, arif, dan dapat menjadi teladan.( Ruswandi dkk 2010 : 35).
B. Pendekatan, Strategi dan Metode Pembelajaran
Efektivitas
dan efisiensi pemebelajaran akan tercapai jika menggunakan pendekatan, strategi
dan metode yang tepat. Pada pembahasa sebelumnya telah dibahas bahwa
pembelajaran efektif dan efisien tidak akan tercapai jika tidak memahami ketiga
komponen ini. Pada sub bab inilah akan dibahas mengenai cara untuk mencapai
efektivitas dan efisiensi yaitu dengan
pendekatan, strategi dan metode pembelajaran. .
1. Pengertian pendekatan pembelajaran
Pendekatan
pemebelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Akhir-akhir
ini pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
banyak dibicarakan orang. CTL (Contextual Teaching and Learning)
merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam proses
pembelajaran. Siswa didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pembelajaran
sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dengan konteks CTL bukan
hanya sekedar mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses
berpengalaman secara langsung. Melalui proses berpengalaman itu diharapkan
perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang berkembang tidak hanya aspek
kognitif saja, tetapi aspek afektif dan psikomotor juga. Belajar CTL diharapkan
siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya.
Ada
tiga hal yang harus kita pahami dalam konteks CTL. Pertama, CTL menekankan
kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materinya, artinya proses
belajar diorientasikan pada proses pengalama secara langsung. Kedua, CTL
mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya
siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
disekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, CTL mendorong siswa dapat menerapkan
dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami
materi yang dipelajarinya, akan tetap bagaimana materi tersebut dapat mewarnai
prilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendekatan
di atas akan memengaruhi keberhasilan pemebelajaran. Apakah guru memeandanng
siswa sebagai orang yang sama sekali tidak tahu (objek learning) atau
menganggap siswa memiliki berbagai potensi sehingga guru hanya sebagai
fasilitator? Yang jelas, Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan
selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
2. Strategi pembelajaran
Secara
harfiah, kata “strategi” dapat daiartikan sebagai seni malaksanakan stratagem
yakni siasat atau rencana (McLeod,1989) dikutif oleh (Syah 2010:210). Dalam
perspektif psikologi, kata strategi yang berasal dari bahasa yunani itu,
berarti rencana tindakan yang terdiri atas seperangkat langkah untuk
memecahakan masalah atau mencapai tujuan (reber, 1988). Selanjutnya menurut
Muhibbin Syah, strategi yaitu sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa
untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu (Syah 2010:211).
Strategi
pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi
merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode
adalah “a way in achieving something” (Sanjaya, 2008).
3. Strategi Pembelajaran Afektif
Dalam
undang-undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yanng Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Rumusan
tujuan pendidikan diatas, sarat dengan pembentukan sikap. Dengan demikian,
tidaklah lengkap manakala dalam strategi pembelajaran tidak membahas strategi
pembelajaran yang berhubungan dengan pembentukan sikap dan nilai.
Proses
pembentukan sikap
a. Pola
pembiasaan
Dalam
proses pembelajaran disekolah, baik secara disadari maupun tidak, guru dapat
menanamkan sikap tertentu kepada siswa melalui proses pembiasaan. Misalnya,
siswa yang setiap kali menerima perlakuyan yang tidak mengenakan dari guru,
misalnya perilaku mengejek atau perilaku yang menyinggung perasaan anak, maka
lama-kelamaan akan timbul rasa benci dari anak tersebut, dan perlahan-lahan
anak akan mengalihkan sikap sikap negatif tersebut bukan hanya kepada gurunya
itu sendiri, akan tetapi juga kepada mata pelajaran yang diajarinya. Kemudian,
anak mengembalikannya ke sikap positif tidaklah mudah baginya.
Belajar
membentuk sikap melalui pembiasaan itu jugadilakukan oleh Skinner melalui
teorinya conditioning. Proses pembentukan sikap melalui pembiasaan yang
dilakukan Watson berbeda dengan proses pembiasaan sikap yang dilakukan Skinner.
Pembentukan sikap yang dilakukan Skinner menekankan pada proses peneguhan
respons anak. Setiap kali anak menunjukan prestasi yang baik diberikan hadiah
atau perilaku yang menyenangkan. Lama-kelamaan, anak berusaha meningkatkan
sikap positifnya.
b. Modeling
Salah
satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang adalah keinginannya untuk
melakukan peniruan (imitasi). Hal ditiru itu adalah perilaku-perilaku yang
diperagakan atau didemonstrasikan oleh orang yang menjadi idolanya.
Pemodelan
biasanya dimulai dari perasaan kagum. Anak kagum terhadap kepintaran orang
lain, misalnya terhadap guru yang dianggapnya bisa melakukan segala sesuatu
yang tidak bisa dilakukannya. Secara perlahan perasaan kagum akan memengaruhi
emosinya dan secara perlahan itu pula anak akan meniru perilaku yang dilakukan
idolanya.
CTL
sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang
melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL,
yaitu :
1) Konstruktivisme
Konstruktivisme
adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman.
2) Inkuiri
Inkuiri
adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui
proses berfikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil
dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses penemuan sendiri. Belajar pada
dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis.
Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik
intelektual, mental, emosional, maupun pribadinya.
Secara
umum inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu :
Æ Merumuskan
masalah
Æ Mengajukan
hipotesis
Æ Mengumpulkan
data
Æ Menguji
hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
Æ Membuat
kesimpulan
3) Bertanya
(Questioning)
Belajar
pada hakikatnya bertanya dan menjawabpertanyaan. Bertanya dapat dipandang
sebagai refleksi dari keingintahuan dari setiap individu, sedangkan menjawab
pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
4) Pemodelan
(Modeling)
Asas
modeling adalah proses pembelajaran yang memperagakan sesuatu sebagai contoh
yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberi contoh bagaimana
cara mengoprasikan suatu alat, cara melafalkan kalimat asing, dan sebagainya.
5) Refleksi(Reflection)
Refleksi
adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan
dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran
yang telah dipelajarinya.
Dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses
pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali
apa yang telah dipelajarinya.
6) Penilaian
Nyata (Authentic Assessment)
Dalam
CTL keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan
kemampuan intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab
itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar
seperti tes, akan tetapi proses belajar melalui penilaian nyata.
Penilaian
nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
4. Pengertian Metode Pembelajaran
Secara
umum metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu. Secara khusus, metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam
memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai teknik dan sumberdaya
terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajaran.
(Gintings, Abdorrakhman. 2008. h: 42)
Metode
pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, sehingga dalam
menjalankan fungsinya, metode merupakan alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran. (Siregar, Evelin dan Hartini Nara. 2010. h: 80)
Jadi,
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
5. Pertimbangan dalam Pengembangan Metode Pembelajaran
Sebelum
menentukan metode pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan.
a. Pertimbangan
yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai
Pertimbangan
ini merupakan pertimbangan pertama yang harus diperhatikan. Semakin kompleks
tujuan yang ingin dicapai maka semakin rumit juga metode pembelajaran yang
harus dibuat, metode dibuat sebagai cara untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Pertimbangan
yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
Materi
atau pengalaman belajar merupakan pertimbangan kedua yang harus diperhatikan.
c. Pertimbangan
dari sudut siswa
Siswa
adalah subjek yang akan kita ajar. Keadaan siswa yang berbeda-beda membuat kita
untuk merancang metode yang yang sesuai dengan siswa tersebut.
6. Berbagai Metode Pembelajaran
Banyak
metode dalam pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan, tetapi ada metode pembelajaran yang mendasar, sedangkan
selebihnya adalah kombinasi atau modifikasi dari metode dasar tersebut. Berikut
ini adalah metode pembelajaran dasar, yaitu:
a. Metode
Ceramah
Dalam
metode ceramah guru menyampaikan materi secara lisan dan peserta didik
mendengarkan. Keunggulan metode ceramah adalah, dapat digunakan untuk mengajar
dalam jumlah peserta didik yang banyak, tujuan pembelajaran dapat disampaikan
dengan mudah, dll. Sedangkan kekurangannya adalah, Komunikasi cenderung hanya
satu arah, sangat tergantung pada kemampuan komunikasi verbal guru, dll.
b. Metode
Tanya Jawab
Materi
pembelajaran disampaikan melalui proses tanya-jawab antara guru dengan peserta
didik, dan sesama peserta didik. Keunggulan metode tanya jawab adalah,
memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran secara aktif, mendorong siswa
untuk berfikir kritis, dll.
c. Metode
Diskusi
Dalam
metode diskusi proses pembelajaran berlangsung melalui kegiatan berbagi
informasi atau pengetahuan diantara sesama peserta didik. Keunggulan metode
diskusi adalah, menumbuhkan sikap ilmiah dan jiwa demokratis, menciptakan
suasana belajar yang interaktif, dll. Adapun kekurangannya adalah, pembicaraan dalam diskusi bisa keluar dari
topik yang sedang dibahas, diskusi tidak mencapai hasil yang ditentukan jika
batas waktu telah tiba.
d. Metode
Peragaan atau Demonstrasi
Metode
peragaan dapat digunakan sebagai bagian dari pembelajaran teori maupun praktek.
Keunggulan metode peragaan adalah, peserta didik akan lebih mudah memahami
materi belajar, akan menciptakan suasana belajar aktif, dll. Sedangkan
kekurangannya adalah, memerlukan waktu persiapan yang lebih lama, membutuhkan
peralatan yang kadangkala tidak tersedia di sekolah, dll.
e. Metode
Bermain Peran
Metode
bermain peran sangat efektif digunakan untuk menstimulasikan keadaan nyata.
Keunggulan metode bermain peran adalah, mampu melatik kompetensi siswa dalam
melakukan kegiatan praktis yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Kekurangan
metode ini adalah, tidak semua guru memiliki kompetensi merancang kegiatan
simulasi, memerlukan persiapan dan penyiapan yang matang serta membutuhkan
banyak waktu dan sumberdaya lainnya, dll.
f.
Metode
Pembelajaran Praktek
Keunggulan
metode pembelajaran praktek adalah, mempermudah dan memperdalam pemahaman
tentang berbagai teori yang terkait dengan praktek yang sedang dikerjakan,
meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa, dll. Sedangkan kelemahannya
adalah, memerlukan persiapan yang matang meliputi kegiatan dan peralatan yang
diperlukan, memerlukan biaya tinggi untuk pengadaan bahan dan peralatan
praktek, dll.
g. Metode
Tutorial
Metode
tutorial adalah metode pembelajaran dengan mana seorang guru memberikan
bimbingan belajar kepada peserta didik secara individual. Keunggulan metode
tutorial adalah, peserta didik memperoleh pelayanan pembelajaran secara
individual sehingga permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat dilayani
secara spesifik pula, seorang peserta didik dapat belajar dengan kecepatan yang
sesuai dengan kemampuannya tanpa harus dipengaruhi oleh kecepatan belajar
peserta didik yang lain. Sedangkan kelemahannya adalah, memerlukan waktu yang
lama karena guru harus melayani peserta didik dalam jumlah banyak, memerlukan
kesabaran dan keluasan pemahaman guru tentang materi yang dipelajari siswa.
- Macam
– Macam Pendekatan dalam Pembelajaran
1. Pendekatan Kontekstual / Contextual Teaching and
Learning (CTL)
Pendekatan
Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam
konteks ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status
apa mereka dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa
yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat
mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang
bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Pendekatan
konstektual merupakan pendekatan yang membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual
sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif
yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan,
refleksi, penilaian sebenarnya
2. Pendekatan Kontruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada
dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam
pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembibimbing dan
pengajar dalam kegiatan pembelajaran. Olek karena itu , guru lebih mengutamakan
keaktifan siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan
ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan unutk meningkatkan
kemampuan siswa secara pribadi.Jadi pendekatan konstruktivisme merupakan
pembelajaran yang lebih mengutamakan pengalaman langsung dan keterlibatan siswa
dalam kegiatan pembelajaran.
Secara
umum yang disebut konstruktivisme menekankan kontribusi seseorang pembelajar
dalam memberikan arti, serta belajar sesuatu melalui aktivitas individu dan
sosial. Tidak ada satupun teori belajar tentang konstruktivisme, namun terdapat
beberapa pendekatan konstruktivis, misalnya pendekatan yang khusus dalam
pendidikan matematik dan sains. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky
menekankan berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan
(konstruktivisme sosial); sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi
individu lah yang utama (konstruktivisme individu).
a. Konstrukstivisme
Individu
Para
psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu, kepercayaan,
konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis
individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan
bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya
b. Konstrukstivisme
Sosial
Berbeda
dengan Piaget, Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara sosial, yaitu
terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara
bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan
berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda. Interaksi sosial, alat-alat
budaya, dan aktivitasnya membentuk perkembangan dan kemampuan belajar
individual
3. Pendekatan Deduktif
Pembelajaran
dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut pembelajaran tradisional
yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Dalam
bidang ilmu sains dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang
menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan
sedikit memperhatikan pengetahuan utama siswa, dan kurang atau tidak
mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif
menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan.
Menurut
Setyosari (2010:7) menyatakan bahwa “Berpikir deduktif merupakan proses
berfikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke
hal-hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu.”
Hal
serupa dijelaskan oleh Sagala (2010:76) yang menyatakan bahwa: Pendekatan
deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaaan umum kekeadaan yang
khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,
prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip
umum itu kedalam keadaan khusus.
Sedangkan
menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa “Pendekatan deduktif merupakan
pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian dijelaskan
dalam bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.”
Dalam
pendekatan deduktif menjelaskan hal yang berbentuk teoritis kebentuk realitas
atau menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus. Disini
guru menjelaskan teori-teori yang telah ditemukan para ahli, kemudian
menjabarkan kenyataan yang terjadi atau mengambil contoh-contoh.
Dari
penjelasan beberapa teori dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan deduktif
adalah cara berfikir dari hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat
khusus.
4. Pendekatan Induktif
Berbeda
dengan pendekatan deduktif yang menyimpulkan permasalahan dari hal-hal yang
bersifat umum, maka pendekatan induktif (inductif approach) menyimpulkan
permasalahan dari hal-hal yang bersifat khusus.. Metode induktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu
yang khusus.
Pendekatan
induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan
pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan
pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum. Pendekatan induktif merupakan
proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.
Sedangkan
menurut Yamin (2008:89) menyatakan bahwa: Pendekatan induktif dimulai dengan
pemberian kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau
prinsip. Kemudian siswa dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan,
menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut.
Mengajar
dengan pendekatan induktif adalah cara mengajar dengan cara penyajian kepada
siswa dari suatu contoh yang spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi
suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.
Dari
beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan induktif adalah
pendekatan pengajaran yang berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus
kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan.
5. Pendekatan Konsep
Pendekatan
konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara
benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi).. Konsep
merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Pendekatan
Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan
konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep
itu diperoleh.
6. Pendekatan Proses
Pendekatan
proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu
keterampilan proses.
Pendekatan
proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil. Pada
pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan kemampuan
berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan proses peserta didik
juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan bahkan melakukan
percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses yang mencakup
kebenaran cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan
sebagainya.
7. Pendekatan Open - Ended
Menurut
Suherman dkk (2003; 123) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang
benar disebut problem tak lengkap atau disebut juga Open-Ended problem atau
soal terbuka. Siswa yang dihadapkan denganOpen-Ended problem, tujuan utamanya
bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada cara bagaimana
sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau
metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak.
Sifat
“keterbukaan” dari suatu masalah dikatakan hilang apabila hanya ada satu cara
dalam menjawab permasalahan yang diberikan atau hanya ada satu jawaban yang
mungkin untuk masalah tersebut. Contoh penerapan masalah Open-Ended dalam
kegiatan pembelajaran adalah ketika siswa diminta mengembangkan metode, cara
atau pendekatan yang berbeda dalam menjawab permasalahan yang diberikan bukan
berorientasi pada jawaban (hasil) akhir.
8. Pendekatan Saintific
Proses
pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajaran harus menyentuh tiga
ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran
berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau
materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘mengapa’.
Ranah
keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta
didik tahu tentang ‘bagaimana’. Ranah pengetahuan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ‘apa’.Hasil akhirnya
adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang
baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk
hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik appoach) dalam
pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui
pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,
kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi
tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan
secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran
harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari
nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
9. Pendekatan Realistik
Realistic
Mathematics Education (RME) dikembangkan olehHans Frudenthal di Belanda.
Realistic Mathematics Education (RME) adalah pendekatan pengajaran yang
bertitik tolak dari hal-hal yang ‘real’ bagi siswa, menekankan ketrampilan
‘proses of doing mathematics’, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi
dengan teman sekelas sehinggga mereka dapat menemukan sendiri (‘student
inventing’ sebagai kebalikan dari ‘teacher telling’) dan pada akhirnya
menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu
maupun secara kelompok. (Zulkardi, 2009).
Pengertian
pendekatan realistik menurut Sofyan, (2007: 28) “sebuah pendekatan pendidikan
yang berusaha menempatkan pendidikan pada hakiki dasar pendidikan itu sendiri”.
Menurut
Sudarman Benu, (2000: 405) “pendekatan realistik adalah pendekatan yang
menggunakan masalah situasi dunia nyata atau suatu konsep sebagai titik tolak
dalam belajar matematika”. Matematika Realistik yang telah diterapkan dan
dikembangkan di Belanda teorinya mengacu pada matematika harus dikaitkan dengan
realitas dan matematika merupakan aktifitas manusia.
Dalam
pembelajaran melalui pendekatan realistik, strategi- strategi informasi siswa
berkembang ketika mereka menyeleseikan masalah pada situasi- situsi biasa yang
telah diakrapiniya, dan keadaan itu yang dijadikannya titik awal pembelajaran
pendekatan realistik atau Realistic Mathematic Education(RME) juga diberi
pengertian “cara mengajar dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyelediki dan memahami konsep matematika melalui suatu masalah dalam situasi
yang nyata”. (Megawati, 2003: 4). Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran
bermakna bagi siswa.
Realistic
Mathematic Education(RME) adalah pendekatan pengajaran yang bertitik tolak pada
hal- hal yang real bagi siswa(Zulkardi). Teori ini menekankan ketrampilan
proses, berdiskusi dan berkolaborasi, berargumentasi dengan teman sekelas
sehingga mereka dapat menemukan sendiri(Student Invonting), sebagai kebalikan
dari guru memberi(Teaching Telling) dan pada akhirnya murid menggunakan
matematika itu untuk menyeleseikan masalah baik secara individual ataupun
kelompok. Pada pendekatan Realistik peran guru tidak lebih dari seorang fasilitator,
moderator atau evaluator. Sementara murid berfikir, mengkomunikasikan
argumennya, mengklasifikasikan jawaban mereka, serta melatih saling menghargai
strategi atau pendapat orang lain.
Menurut
De Lange dan Van Den Heuvel Parhizen, RME ini adalah pembelajaran yang mengacu
pada konstruktifis sosial dan dikhususkan pada pendidikan matematika.(Yuwono:
2001)
Dari
beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa RME atau pendekatan Realistik
adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah sehari- hari sebagai
sumber inspirasi dalam pembentukan konsep dan mengaplikasikan konsep- konsep
tersebut atau bisa dikatakan suatu pembelajaran matematika yang berdasarkan
pada hal- hal nyata atau real bagi siswa dan mengacu pada konstruktivis sosial.
10. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan
Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains, Teknologi dan
Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan
proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan. Istilah Sains
Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains Technology.
Society
(STS), Science Technology Society and Environtment (STSE) atau Sains Teknologi
Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak namun sebenarnya intinya
sama yaitu Environtment, yang dalam berbagai kegiatan perlu ditonjolkan. Sains
Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu antara sains,
teknologi, dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari pendekatan STM
ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal pengetahuan,
sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang masalah-masalah dalam
masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah
diambilnya.
Filosofi
yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta
didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan
apa yang telah mereka ketahui.
BAB
III
PENUTUP
A. kesimpulan
Berdasarkan
uraian di atas dapat kami simpulkan, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional yakni melaksanakan pemebelajaran sesusai dengan kompetensi
dan karakteristik siswa seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan pendekatan, strategi dan metode sehingga
menghasilkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan
menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Ada
beberapa pendekatan dasar yang bisa dilakukan dalam pembelajaran, yaitu :
Æ Pendekatan
Kontekstual / Contextual Teaching and Learning (CTL)
Æ Pendekatan
Kontruktivisme
Æ Pendekatan
Deduktif
Æ Pendekatan
Induktif
Æ Pendekatan
Konsep
Æ Pendekatan
Proses
Æ Pendekatan
Open - Ended
Æ Pendekatan
Saintific
Æ Pendekatan
Realistik
Æ Pendekatan
Sains, Teknologi, dan Masyarakat
DAFTAR
PUSTAKA
Gintings,
abdurarakhman. Belajar dan Pemebelajaran.2008. Bandung: Humaniora.
John.
W. Santrock. Psikologi Pendidikan edisi kedua.2008.jakarta:kencana.
Siregar,
eveline dan hartin. Teori Belajarda dan Pemebeljaran.2010. Bogor: ghalia
indonesia.
Slameto.
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.1997. Bandung: Rineka Cipta.
Uus, Ruswandi dan Badrudin.
Pengembangangn Kepribadian Guru. 2010. Bandung: Insan Mandiri.
Wina, sanjaya. Kurikulum dan
Pemebelajaran.20010. Jakarta: Kencana prenada Media Group.
http://sakinahninaarz009..co.id/2014/06/macam-macam-pendekatan
pembelajaran.html
Www.Google.com
Posting Komentar