BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Zakat
merupakan ibadah yang terpenting dan
merupakan kewajiban seorang muslim. Seperti yang dijelaskan dalamsurat
AL-BAQARAH : 277 “ Sesunguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal
shaleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih
hati”.
Bahkan
pada masa khalifah Abu Bakar As- Shiddiq orang- orang yang enggan berzakat
diperangi sampai mereka mau berzakat. Itu karena kewajiban berzakat sama dengan
kewajiban mendirikan shalat. Hal ini menunjukkan bahwa zakat dan shalat
mempunyai hubungan yang sangat erat
dalam hal keutamaannya ibadah. Zakat juga salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat islam, dan untuk kesejahteraan umat sesuai dengan syariat yang
berlaku.
Oleh
sebab itu hukum zakat adalah wajib atas setiap muslim yang telah memenuhi
syarat-syarat tertentu.Selain itu juga kita harus mengetahui definisi zakat dan
hal-hal yang harus diperhatikan dalam berzakat.
A.
Rumusan
Masalah
Yang
menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
pengertian zakat ?
2. Zakat
Biji-bijian menurut pandangan Syafiiyah ?
3. Bagaimana
Nisab Zakat Biji-Bijian Menurut Pandangan Syafiiyah ?
B.
Tujuan
penulisan
Berdasarkan
rumusan masalahnya, maka yang menjadi tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
pengertian zakat.
2. Memahami
Zakat Biji-bijian menurut pandangan Syafiiyah.
3. Memahami
Nisab Zakat Biji-Bijian Menurut Pandangan Syafiiyah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat
Zakat
berasal dari bentukan kata zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan
berkembang.[1] Menurut
terminologi syariat (istilah), zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu
yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan
dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.[2]
Kaitan antara makna secara bahasa dan istilah ini berkaitan erat sekali, yaitu
bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih,
baik, berkah, tumbuh, dan berkembang.[3]
Dalam
Al-Quran, Allah SWT telah menyebutkan tentang zakat dan shalat sebanyak 82 ayat.[4]
Dari sini dapat disimpulkan secara deduktif bahwa zakat merupakan rukun Islam
yang terpenting setelah ibadah shalat.Zakat dan shalat dijadikan sebagai
lambang keseluruhan ajaran Islam.Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan
seseorang dengan Tuhan, sedangkan pelaksanaan zakat melambangkan hubungan antar
sesama manusia.[5] Seperti
yang dijelaskan dalam surat Al-Bayyinah ayat :
وَﻤَﺎ ﺃُ ﻤِﺮُوﺍﺇﻻّ
ﻟِﯾَﻌْﺑُﺪوﺍﺍﷲَ ﻤُﺨْﻟِﺼِﯾْﻦَ ﻟَﻪُ ﺍ ﻟﺪّ ﯾْﻦَ ﺤُﻨَﻓَﺎﺀَ وَﯾُﻘﯾﻤوﺍﺍ ﻟﺼّﻟوﺓَ وَﯾُﺅْﺘٌوﺍﺍﻟﺯَﻛوﺓۚ
وَﺬ ﻟﻙ ﺪِ ﯾْﻥُ ﺍ ﻟْﻘَﯾِّﻣَﺔْ
Artinya
:“Tidaklah mereka itu diperintahkan, melainkan supaya beribadah kepada Allah
dengan ikhlas dan condong melakukan agama karenanya, begitu pula supaya
mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat dan itulah agama yang lurus”.
وَاَقِيْمُواالصَّلوةَ
وَاتُوالزَّكوةَ
Artinya
:“Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat.”
Berdasarkan
pengertian serta penjelasan tersebutlah bahwasanya perintah zakat termasuk
salah satu kewajiban yang utama dalam Islam.Dikeluarkan oleh seorang muslim
yang telah berkewajiban untuk mengeluarkan zakat dari harta yang dimilikinya,
serta dianggap telah mencapai dari segi jumlah dan waktu untuk dikeluarkan
kewajibanya.
B. Kewajiban Zakat Tanaman (Buah-Buahan dan
Biji-Bijian)
Hasil
tanaman dari jenis buah-buahan dan biji-bijian wajib dikenakan zakat Zakat
tanaman dan buah-buahan wajib dengan dalil al-Qur’an, firman Allah SWT :
وَآتُوا حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ
“…dan berikanlah haknya (zakatnya)
pada waktu memetik hasilnya”
(al-An’am:141)[6]
Bagaimanapun,
terdapat perselisihan pendapat dalam menentukan jenis dan jenis tanaman serta
tumbuhan yang bisa dikenakan zakat. Terjadinya ikhtilaf adanya bersumber baik
hasil tanaman itu bisa mengenyangkan, bisa ditukar, ditimbang atau tahan lama
disimpan.
Dalil
as-Sunnah. Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ
عَبْدِاللهِ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فِيَمَا سَقَتِ
السَّمَاءُ وَالْعُيُوْنُ اَوْكَانَ عَثْرِ يًّا اْلعُشُرُ وَمَا سُقِىَ بِالنَّضْعِ
نِصْفُ الْعُشُرِ (رواه البخارى)
“Dari
Abdullah r.a Nabi SAW bersabda: Tanaman-tanaman yang diairi dengan air hujan,
mata air atau yang tumbuh di rawa-rawa, zakatnya sepersepuluh, dan yang diairi
dengan tenaga pengangkutan, zakatnya seperdua puluh”. (H.R. Bukhari).[7]
Adapun
sebab kewajiban zakat ini adalah tanaman yang dihasilkan dari tanah. Zakat
tanaman tidak wajib kecuali setelah biji terbentuk dan mengeras meskipun
sebagian. Begitu juga pada buah-buahan hingga tanpak matang.
C. Syarat-Syarat Zakat Tanaman
Syarat-syarat wajib
mengeluarkan zakat tanaman bagi pezakat;
1. Pemiliknya
orang islam sekalipun ia belum termasuk kedalam mukallaf, jadi bagi walinya
wajib mengeluarkan zakat bagi orang yang tidak mukallaf tersebut. Juga tidak
wajib menunaikan zakat bagi orang yang telah keluar dari agama Islam (murtad)
2. Merdeka,
maka tidak diwajibkan bagi budak sekalipun budak itu adalah budak mukattab
(yang dijanjikan kemerdekaannya), karena tidak ada hak milik, dan kewajiban
zakatnyapun ditanggung oleh tuannya.
3. Milik
sendiri, barang tersebut miliknya bukan barang curian ataupun pinjaman.
4. Sampai
senisab. Jika belum sampai nisab dari barang yang akan ditunaikan zakatnya maka
tidak wajib untuk diberi zakatnya.
Tidak
disyaratkan setahun memiliki, tetapi wajib dikeluarkan zakatnya pada setiap
panen.[8]
D.
Tanaman
yang Wajib Dizakati
Menurut
syafi’i dan maliki, Hendaklah hasil yang dikeluarkan oleh tanah adalah hasil
bahan pokok makanan, di simpan dan di Tanami oleh manusia dari biji-bijian,
seperti gandum, jagung, beras, dan lain-lain. Dan dari buah-buahan seperti
anggur, dan anggur kering. Sedangkan
pada sayur-sayuran seperti kacang-kacangan,, dan buah-buahan seperti
semangka, delima, tidak wajib untuk di zakati. sedangkan menurut hanabilah wajib zakat bagi
biji-bijian yang sudah kering dan dapat di takar. Menurut hanafiah semua
tanaman yang di hasilkan oleh tanah wajib di zakati 10% kecuali tanah kharajiah
(pajak).[9]
Ulama
sepakat tanaman yang sengaja ditanam atau tumbuh dengan sendirinya itu wajib
diberi zakatnya. tapi syeh Zakariya berpendapat untuk kewajiban zakat
disyaratkan ditanam oleh pemiliknya atau wakilnya, jadi tidak wajib bagi
tanaman yang tumbuh dengan sendiri atau ditanam orang lain tanpa seijin pemilik.[10]
Sehubungan dengan hal diatas diyakini bahwa pendapat
keempa-empat imam mazhab di atas ada masabnya dalam menanggapi bentuk dan
sifat dari tanaman yang akan di kenakan
zakat. Hasil tanaman yang sifatnya bisa menguat dan mengenyangkan yang menjadi
hasil produksi barang-bagang atau bahan-bahan utama Negara adalah bersifat
umum. Akan tetapi jika di samakan dalam bentuk uang yang menjadi alat tukar
dapat memenuhi segala kebutuhan maka termasuk kedalam zakat tanaman yang wajib
di zakati.
a. Biji-bijian
Wajib Zakat (Syafiiyah)[11]
Jenis tanaman yang
wajib dikeluarkan zakatnya yaitu semua tanaman yang diusahakan oleh manusia
serta miliknya. Adapun syarat-syarat wajib zakat biji –bijian adalah :
1. Tanaman
makanan pokok dan bisa mengenyangkan seperti padi, jagung, gandum dan sagu.
2. Tanaman
itu diusahakan manusia, yakni ditanam, dipelihara dengan baik dan milkinya.
3. Jumlah
panen keseluruhan mencapai nishab.
Adapun syarat bagi orang yang diwajibkan
mengeluarkan zakat biji-bijian adalah :
1. Islam
2. Merdeka
3. Milik
sempurna
4. Sampai
nishab
5. Biji
tanaman itu ditanam oleh manusia
6. Biji
makanan itu mengenyangkan.
E. Nisab Zakat Tanaman (Buah-Buahan dan Biji-Bijian)
Hendaklah
hasil tanah mencapai Nisab, yang sudah di bersihkan, ialah 5 wasak, sedang yang
masih berkulit nisabnya 10 wasaq. dikenakan zakatnya 10% jika diairi dengan air
hujan, air sungai, siraman air yang tidak memerlukan biaya. Jika diairi dengan
air yang di beli atau dengan memakai biaya maka zakatnya setengah dari 10%
yakni 5%. Semua hasil bumi yang sudah masuk, wajib dikeluarkan zakatnya,
termasuk yang dikeluarkan untuk upah memanen dan transportasi.
Menghitung
nisab buah-buahan, seperti buah kurma dan anggur, dilakukan dengan perhitungan
setelah keduanya menjadi kering. Yakni kurma yang masih basah (disebut ruthob)
menjadi kurma, dan anggur menjadi kismis. Demikian pula biji-bijian, setelah
kering dan dibersihkan dari kulitnya. Maka seandainya beras akan disimpan
sebelum dibersihkan dari gabahnya, hitungan nisabnya dilipatgandakan.[12]
a. Nisab
Zakat Biji-Bijian (Syafiiyah)[13]
Nishab
zakat biji – bijian, jika sudah bersih dari kulitnya adalah 5 wasaq atau 300
sha =930 liter=690 kg (7 kwintal). Jika biji –bijian itu masih berkulit maka
nishabnya adalah 10 wasaq atau 1380kg (14 kwintal).
Nishab
biji –bijian adalah 5 wasaq itu berarti 5x 6 sha ‘=300 sha. 1 sha =3,1 liter.
Zakat biji –bijian adalah 300 sha’ artinya 300 x 3,1 liter=930 liter. Hal ini
sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW
yang artinya: “ Tidak ada sedekah (zakat)pada biji-bijian dan buah-buahan
sehingga mencapai 5 wsaq. (H.R. Muslim)
Adapun
besarnya zakat biji-bijian ada 2 macam :
1. Apabila
hasil biji-bijian yang ditanam diairi dengan air hujan, air sungai dan air
tanah serta menggarapnya tanpa mengeluarkan biaya (ongkos),maka besar zakatnya
10% atau 1/10 dari jumlah seluruhnya. Contohnya seorang petani sawah tadah
hujan, waktu panen hasilnya mencapai 1.000 liter. Maka zakat yang harus
dikeluarkan adalah 1/10 % X 1.000 =100 liter
2. Apabila
hasil bijji –bijian yang ditanam diairi dengan alat yang memakai biaya, sep
erti dengan mesin air, kincir air atau dengan tenaga manusia yang memakai upah
maka zakatnya 5% atau 1/20 %
F. Zakat Tanaman pada Tanah Wakaf
Tidak
wajib zakat tanaman (buah-buahan dan biji-bijian) pada tanah waqaf.[14] Jika tanaman itu diwakafkan untuk umum tapi
jika diwakafkan kepada seorang (individu) maka wajib diberikan zakatnya.
Catatan;
Ø Semua
jenis kurma dan kacang digabungkan menjadi satu, maka wajib zakatnya.
Ø Padi,
jagung dan tembakau adalah jenis tersendiri. Jadi tidak digabungkan kepada yang
lain. Jika masing-masing dari ketiga jenis tanaman tersebut tidak mencapai
nisab maka tidak diwajibkan zakat
Ø Barang
siapa yang menyewa lahan tanah, menanaminnya dan hasilnya mencapai nisab maka
ia wajib dizakati.
Ø Barang
siapa memiliki buah-buahan atau biji-bijian yang telah masak dari sumber
manapun dari hasil hibbah, beli atau warisan ia tidak wajib menzakatinya,
karena kewajiban zakatnya harus dibayar pemberi hadiah atau penjualnya. Jika ia
memilikinya sebelum masak, ia wajib menzakatinya.
Ø Barang
siapa yang mempunyai hutang yang menghabiskan seluruh hartanya atau mengurangi
nisabnya, ia tidak terkena kewajiban zakat.[15]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Æ Zakat
merupakan ibadah yang terpenting dan
merupakan kewajiban seorang muslim. Zakat adalah nama bagi sejumlah harta
tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah untuk
dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan
tertentu pula.
Æ Hasil
tanaman dari jenis buah-buahan dan biji-bijian wajib dikenakan zakatnya.
Æ Syarat-syarat
wajib mengeluarkan zakat hasil bumi sebagai berikut; Pemiliknya orang islam,
Merdeka, Milik sendiri dan Sampai senisab.
Æ Hauh
yang wajib dizakati antara lain kurma, anggur. Sedang bijian yang wajib
dizakati yakni yang mengenyangkan, bisa dikeringkan dan bisa ditakar.
Æ Nisabnya
keringnya 5 wasak (653 kg), jika diairi tanpa biaya maka zakatnya 10%, tetapi
jika diairi dengan biaya maka zakatnya 5%.
Æ Tidak
wajib zakat tanaman (buah-buahan dan biji-bijian) pada tanah waqaf.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Habsyi,
Muhammad Baghir. 2005. Fiqh Praktis Menurut As-Sunnah dan Pendapat Para Ulama.
Bandung; Mizan.
Al-Jazairi, Abu Bakar
Jabir. 2006. Ensiklopedia Muslim. Jakarta Timur; Darul Falah.
Armiadi
.2008. Zakat Prokduktif solusi alternative Pemberdayaan Ekonomi Umat. Banda
Aceh: Ar-raniry Press.
As’ad, Aliy. 1979.
Fathul Mi’in. Yogyakarta: Menara Kudus.
Az-Zuhaili, Wahbah.
2007. Fiqh Islam Wa Adillatuhu. Jakarta; Gema Insani.
http://tintaq.blogspot.co.id/2012/10/zakat-buah-buahan-dan-biji-bijian.html
Rifa’I, Moh.. 1978.
Fiqh Islam Lengkap. Semarang; Karya Toha Putra.
[1]
Mu’jam Wasith, I:398
[2]
Kifayatul Akhyar, I:1/2
[3]
at-Taubah:103 dan Ar-Rum:39
[4]
AlZuhayly, 2000:89
[5]
Shihab, 2000:135
[6]
http://www.tafsirq.com/6-al-anam/ayat-141
[7]
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu. Jakarta; Gema Insani. 2007. Hlm
230.
[8]
Moh. Rifa’i, Fiqh Islam Lengkap. Semarang; Karya Toha Putra. 1978. Hlm 356.
[9]
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu... Hlm 231. Dan Armiadi, Zakat
Prokduktif solusi alternative Pemberdayaan Ekonomi Umat. Banda Aceh; Ar-raniry
Press. 2008. Hlm 44.
[10]
Aliy As’ad, Fathul Mu”In Jilid 2. Yogyakarta; Menara kudus. 1979. Hlm 11.
[11]
http://www.darmacaang.me/2015/03/islami-penjelasan-lengkap-zakat-buah-buahan-dan-biji-bijian.html
[12]
Muhammad Baghir al-Habsyi, Fiqh Praktis Menurut As-Sunnah dan Pendapat Para
Ulama. Bandung; Mizan. 2005. Hlm 291.
[13]
http://www.darmacaang.me/2015/03/islami-penjelasan-lengkap-zakat-buah-buahan-dan-biji-bijian.html
[14]
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu... Hlm 231.
[15]
Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Ensiklopedia Muslim. Jakarta Timur; Darul Falah.
2006. Hlm 406.
Posting Komentar