BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengawasan
(Controlling) merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah perencanaan
(planning), pengorganisasian (organization), penggerakan (actuating).
Perencanaan
adalah proses untuk mengamati dan mengevaluasi secara terus-menerus pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun. Pengawasan adalah
fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi dimana
peran dari personal yang sudah memiliki tugas, wewenang, dan menjalankan pelaksanaannya
perlu dilakukan agar berjalan sesuai dengan tujuan, visi, dan misi perusahaan.
Didalam
manajemen perusahaan yang modern fungsi control ini biasanya dilakukan oleh
divisi audit internal. Semua fungsi manajemen yang lain, tidak akan efektif
tanpa disertai fungsi pengawasan.Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam
manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan
mengevaluasi suatu kegiatan.
Suatu
organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk merencanakan
secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai dengan
apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Dengan adanya pengawasan, maka
organisasi akan terus berjalan dan semakin komplek dari waktu ke waktu,
banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil
kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi pengawasan semakin
penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik, tentunya
akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasi itu
sendiri maupun bagi para pekerjanya.
B. Rumusan
Masalah
Yang
menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa pengertian
pengorganisasian dan pengawasan ?
2.
Apa saja yang menjadi
asas-asas pengawasan ?
3.
Apa tujuan dan manfaat
pengawasan ?
C. Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan adalah sebagai
berikut :
1.
Mengetahui pengertian
pengorganisasian dan pengawasan.
2.
Mengetahui asas-asas
dalam pengawasan.
3.
Memahami tujuan dan
manfaat pengawasan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengorganisasian dan Pengawasan
a. Pengertian
Pengorganisasian
Organisasi
adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam
suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Seperti
telah diuraikan sebelumnya tentang Manajemen, Pengorganisasian adalah merupakan
fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian didefinisikan sebagai proses
kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan,
sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian hasil pengorganisasian adalah
struktur organisasi.
Sedangkan
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam
organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan
meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda
tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi
juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan
penyampaian laporan.
b. Pengertian
Pengawasan
George
R. Tery (2006: 395) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang
telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu,
menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11)
mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan
yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan
kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Kesimpulannya,
pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar
pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi
umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan.
Pengendalian
menurut Hansen & Mowen adalah proses penetapan standar dengan menerima
umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang diperlukan
jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya. Menurut Earl P. Strong “Controlling is the process of
regulating the various factor in an enterprise according to the requirement of
its plans” artinya “Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam
suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam
rencana.”
Pengendalian
(controlling) merupakan suatu faktor penunjang penting terhadap efisiensi
organisasi, demikian juga pada perencanaan pengorganisasian, dan pengarahan.
Pengendalian adalah suatu fungsi yang positif dalam menghindarkan dan
memperkecil penyimpangan-penyimpangan dari sasaran-sasaran atau target yang
direncanakan. Setiap pengorganisasian, oleh karena itu harus memiliki sistem
pengawasan (pengendalian).
B. Asas-asas
Pengendalian dan Pengawasan
Harold
Koontz dan Cyirl O’Donnel dalam buku “ Principles of Management “, mengemukakan asas-asas pengendalian yaitu:
a. Asas
Tercapainya Tujuan
Pengendalian
harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan
untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dari rencana.
b. Asas
Efisiensi Pengendalian
Pengendalian
itu efisien,jika dapat menghindari penyimpangan dari rencana, sehingga tidak
menimbulkan hal-hal lain yang di luar dugaan.
c. Asas
Tanggung Jawab Pengendalian
Pengendalian
hanya dapat dilaksanakan jika jika manajer bertanggung jawab terhadap
pelaksanan rencana.
d. Asas
Pengendalian terhadap Masa depan
Pengendalian
yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan-penyimpangan yang
akan terjadi, baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
e. Asas
Pengendalian Langsung
Teknik
kontrol yang paling efektif ialah mengusakan adanya manajer bawahan yang berkualitas
baik. Pengendalian itu dilakukan oleh manajer, atas dasar bahwa manusia itu
sering berbuat salah. Cara yang paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan
yang sesuai dengan rencana adalah mengusahakan sedapat mungkin para petugas
memiliki kualitas yang baik.
f. Asas
Refleksi Rencana
Pengendalian
harus disusun dengan baik sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan
rencana.
g. Asas
Penyesuaian dengan Organisasi
Pengendalian
harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manajer dengan bawahannya
merupakan sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian pengendalian yang
efektif harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer sehingga
mencerminkan struktur organisasi.
h. Asas
Penendalian Individual
Pengendalian
dan teknik pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan manajer. Teknik
pengendalain harus ditujukan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap
manajer.
i.
Asas Standar
Pengendalian
yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat yang akan dipergunakan
sebagai tolok ukur pelaksanan dan tujuan yang akan dicapai.
j.
Asas Pengendalian
Terhadap Strategis
Pengendalian
yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap
faktor-faktor yang strategis dalam perusahaan.
k. Asas
kekecualian
Efisiensi
dalam pengendalian membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor
kekecualian.
l.
Asas Pengendalian
Fleksibel
Pengendalian
harus luwes untuk menghindari kegagalan pelaksanaan rencana.
m. Asas
Peninjauan Kembali
Sistem
pengendalian harus ditinjau berkali-kali agar sistem yang digunakan berguna
untuk mencapai tujuan.
n. Asas
Tindakan
Pengendalian
dapat dilakukan apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi
penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing, dan directing.
C. Jenis-jenis
Pengendalian dan Pengawasan
Jenis-jenis
pengendalian adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian
Karyawan (Personnel Control)
Pengendalian
ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan karyawan.
Misalnya apakah karyawan bekerja sesuai dengan rencana, perintah, tata kerja,
disiplin, absensi, dan sebagainya.
2. Pengendalian
Keuangan (Financial Control)
Pengendalian
ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan
pengeluaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian anggaran.
3. Pengendalian
Produksi (Production Control)
Pengendalian
ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan,
apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4. Pengendalian
Waktu (Time Control)
Pengendalian
ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk mengerjakan
suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5. Pengendalian
Teknis (Technical Control)
Pengendalian
ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik yang berhubungan dengan
tindakan dan teknis pelaksanaan.
6. Pengendalian
Kebijaksanaan (Policy Control)
Pengandalian
ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijaksanaan-kebijaksanaan
organisasi telah dilaksanakan sesuai yang telah digariskan.
7. Pengendalian
Penjualan (Sales Control)
Pengendalian
ini ditujukan untuk mengetahui, apakah produksi atau jasa yang dihasilkan
terjual sesuai dengan target yang ditetapkan.
8. Pengendalian
Inventaris (Inventory Control)
Pengendalian
ini ditujukan untuk mengetahui, apakah inventaris perusahaan masih ada semuanya
atau ada yang hilang.
9. Pengendalian
Pemeliharaan (Maintenance Control)
Pengendalian
ini ditujukan untuk mengetahui, apakah semua inventaris perusahaan dan kantor
dipelihara dengan baik atau tidak, dan jika ada yang rusak apa kerusakannya,
apa masih dapat diperbaiki atau tidak.
Adapun
jenis-jenis metode pengendalian yakni: Metode-metode pengendalian dapat
dikelompokan menjadi :
a. Pengendalian
pratindakan, memastikan bahwa sebelum suatu tindakan diambil maka sumber daya
manusia, bahan dan keuangan yang diperlukan telah dianggarkan.
b. Pengendalian
Kemudi, atau Pengendalian Umpan Kedepan, pengendalian kemudi dirancang untuk
mendeteksi penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan tertentu dan
memungkinkan tindakan perbaikan diambil sebelum suatu urutan tertentu
dirampungkan.
c. Pengendalian
Penyaringan, pengendalian penyaringan merupakan suatu proses dimana aspek-aspek
spesifik dari suatu prosedur harus disetujui atau syarat tertentu harus
dipenuhi sebelum kegiatan dapat dilanjutkan. Pengendalian penyaringan menjadi
sangat berguna sebagai alat pengecekan ulang.
d. Pengendalian
Purna Tindakan, pengendalian purna tindakan mengukur hasil-hasil dari suatu
tindakan yang telah dirampungkan.
D. Tujuan
dan Manfaat Pengendalian dan Pengawasan
Adapun
tujuannya adalah:
1. Menghentikan
atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan,
dan ketidakadilan
2. Mencegah
terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan, dan ketidakadilan
3. Mendapatkan
cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik
4. Menciptakan
suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas organisasi
5. Meningkatkan
kelancaran operasi organisasi
6. Meningkatkan
kinerja organisasi
7. Memberikan
opini atas kinerja organisasi
8. Mengarahkan
manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kerja yang
ada.
9. Menciptakan
terwujudnya pemerintahan yang bersih.
Manfaat
pengawasan:
1. Untuk
memberikan ruang regular untuk merenungkan isi dan pekerjaan mereka
2. Untuk
mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam bekerja
3. Untuk
menerima informasi dan perspektif lain mengenai pekerjaan seseorang
4. Untuk
menjadi dukungan baik segi pribadi ataupun pekerjaan
5. Untuk
memastikan bahwa sebagai pribadi dan sebagai orang pekerja tidak ditinggalkan
tidak perlu membawa kesulitan, masalah dan proyeksi saja
6. Untuk
memiliki ruang untuk mengesplorasi dan mengekspresikan distress, restimulation
pribadi, transferensi atau counter – transferensi yang mungkin dibawa oleh
pekerjaan
7. Untuk
merencanakan dan memanfaatkan sumberdaya
pribadi dan professional yang lebih baik
8. Untuk
menjadi proaktif bukan reaktif
9. Untuk
memastikan kualitas pekerjaan
E. Proses-Proses
Pengendalian
Proses
pengendalian dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkh berikut:
1. Tahap
pertama dalam pengendalian adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung
arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai “patokan”
untuk penilaian hasil-hasil. Standar adalah kriteria-kriteria untuk mengukur
pelaksanaan pekerjaan. Kriteria tersebut dapat dalam bentuk kuantitatif ataupun
kualitatif. Standar pelaksanaan (standard performance) adalah suatu pernyataan
mengenai kondisi-kondisi yang terjadi bila suatu pekerjaan dikerjakan secara
memuaskan. Standar pelaksanaan pekerjaan bagi suatu aktifitas menyangkut
kriteria: ongkos, waktu, kuantitas, dan kualitas. Tipe bentuk standar yang umum
adalah:
a. Standar-standar
fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau kualitas
produk.
b. Standar-standar
moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja, biaya
penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan lain-lain.
c. Standar-standar
waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan harus
diselesaikan.
2. Penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan,penentuan standar akan sia-sia bila tidak
disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena
itu, tahap kedua dalam pengendalian adalah menentukan pengukuran pelaksanaan
kegiatan secara tepat.
3. Pengukuran
pelaksanaan kegiatan, setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring
ditentukan pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang
dan terus-menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan
yaitu pengamatan (observasi), laporan-laporan (lisan dan tertulis), pengujian
(tes), atau dengan pengambilan sampel.
4. Pembandingan
pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan. Tahap kritis dari proses
pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang
direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
5. Pengambilan
tindakan koreksi bila diperlukan. Bila hasil analisa menunjukkan perlunya
tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi mungkin berupa:
a. Mengubah
standar mulu-mulu (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah.
b. Mengubah
pengukuran pelaksanaan
c. Mengubah
cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan.
Wiliam
H. Newman menetapkan prosedure sistem pengawasan dimana dikemukakan 5 jenis
pendekatan, yaitu:
1. Merumuskan
hasil yang di inginkan
Manajer
harus merumuskan hasil yang akan dicapai sejelas mungkin . tujuan yang
dinyatakan secara umum atau kurang jelas separti “pengurangan biaya overhead”
atau “meningkatkan pelayanan langgaran”, perlu di rumuskan lebih jelas separti
“pengurangan biaya overhead dengan 12%” atau “menyelesaikan setiap keluhan konsumen
dalam waktu paling lama tiga hari “ di samping itu, hasil yang di inginkan
harus dihubungkan dengan individu yang bertanggung jawab atas pencapaian.Yang
dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2. Menetapkan
penunjuk hasil
Tujuan
pengawasan sebelum dan selama kegiatan dilaksanakan adalah agar manajer dapat
mengatasi dan memperbaiki adanya penyimpangan sebelum kegiatan di selesaikan .
tugas penting manajer adalah merancang program pengawasan unttuk menentukan
sejumlah indicator-indikator yang terpercaya
sebagai petunjuk apabila tindakan koreksi perlu di ambil atau tidak. Beberapa
yang dapat membantu manajer memperkirakan apakah hasil yang di inginkan
tercapai atau tidak, yaitu:
Æ Pengukuran
masukan
Æ Hasil-hasil
pada tahap-tahap permulaan
Æ Gejala-gejala
Æ Perubahan
dalam kondisi yang di asumsikan
3. Menetapkan
standar penunjuk dan hasil
Penetapan
standar untuk penunjukan dan hasil akhir adalah bagian penting perancangan proses pengawasan. Tanpa
penetapan standar manajer mengkin memberikan perhatian yang lebih terhadap
penyyimpangan kecil atau tidak bereksi terhadap penyimpangan besar. Dihubungkan
dengan kondisi yang dihadapi.
4. Menetapkan
jaringan informasi dan umpan balik
Langkah
keempat dalam perancangan suatu siklus pengawasan adalah menetapkan sarana
untuk pengumpulan informasi penunjuk dan pembandingan petunjuk terhadap
standar. Jaringan kerja komunikasi di anggap baik bila aliran ttiddak hanya ke
atas tetapi juga kebawah kepada siapa yang harus cukup efisien untuk
menyediakan informasi balik yang relevan kepada personalia kunci yang
memerlukannya. Dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip manajemen
by excetion yaitu atasan diberi informasi bila terjadi penyimpangan pada
standar.
5. Menilai
informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah
terakhir adalah penbandingann penunjukan dengan standar, penentuan apakah
tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.
Berdasarkan
uraian di atas, maka dapat diambil satu kesimpulan bahwa proses pengawasan
merupakan hal penting dalam menjalankan kegiatan organisasi, oleh karena itu
setiap pimpinan harus dapat menjalankan fungsi pengawasan sebagai salah satu
fungsi manajemen.
Ada
beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya:
1. Perubahan
lingkungan organisasi
Berbagai
perubahan lingkungan organisasi terjadi terus – menerus dan tidak dapat
dihindari, seperti munculnya inovasi produk. Melalui fungsi pengawasan manajer
mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga
mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan
perubahan yang terjadi.
2. Peningkatan
kompleksitas organisasi
Semakin
besar organisasi, semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati-hati.
Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap
terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien
dan efektif.
3. Meminimalisasikan
tingginya kesalahan – kesalahan
Bila
para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan
fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat
kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut
sebelum menjadi kritis.
4. Kebutuhan
manajer untuk mendelegasikan wewenang
Bila
manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu
sendiri tidak berkurang. Satu – satunya cara manajer dapat menentukan apakah
bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem
pengawasan.
5. Komunikasi
6. Menilai
informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah
terakhir adalah perbandingan petunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan
koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.
F. Karakteristik
Sistem Pengendalian dan Pengawasan yang Efektif
Sistem-sistem
pengendalian yang dapat dihandalkan dan yang efektif mempunyai karakteristik
tertentu yang sama. Arti penting relative dari karakteristik tersebut akan
berbeda-beda menurut keadaan masing-masing, tetapi sebagian besar system
pengendalian diperkuat oleh kehadiranya.
Akurat,
informasi tentang hasil prestasi harus akurat. tepat waktu. Informasi harus
dikumpulkan, diarahkan dan segera dievaluasi jika hendak diambil tindakan tepat
pada waktunya untuk menghasilkan perbaikan Obyektif dan Konprehensif, informasi
dalam system pengendalian harus dapat dipahami dan dianggap onyektif oleh
individu yang mengunakanya.
Dipusatkan
pada tempat-tempat pengendalian strategic. Sistem pengendalian sebaiknya
dipusatkan pada bidang-bidang yang paling banyak akan terjadi penyimpangan dari
standar atau yang akan menimbulkan kerugian paling besar. Dari segi ekonomi
realistis, biaya untuk mengimpletasi system pengendalianya sebaiknya lebih
sedikit atau maksimal sama dengan keuntungan yang diperoleh dari system itu.
Karakteristik-karakteristik
pengawasan yang efektif yaitu:
1. Akurat
2. Tepat
waktu
3. Obyektif
4. Terpusat
pada titik-titik pengawasan strategic
5. Realistic
secara ekonomis
6. Realistic
secara organisasional
7. Terkoordinasi
dengan alliran kerja organisasi
8. Fleksibel
9. Bersifat
sebagai petunjukan dan operasional
10. Diterima
para anggota organisasi
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengawasan merupakan suatu kegiatan
yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan
rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Sistem pengendalian
merupakan suatu cara yang tepat dan teratur dalam satu kesatuan yang saling
berintegrasi antara yang satu dengan yang lain untuk mencapai sebuah tujuan.
Pengawasan sangat dibutuhkan dalam
suatu organisasi. Karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan
menimbulkan banyaknya kesalahan – kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari
bawahan maupun lingkungan. Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat
membangun suatu komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota
organisasi. Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang
tepat dalam merumuskan suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan
secara langsung oleh pemimpin organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan
wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan
disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan
organisasi dari yang baik menjadi leibh baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Husaini Usman,
Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 469
Husaini
Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, hlm.470
Husaini
Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, hlm.469-470
Ibid.,
hlm. 244
Ibid.,
hlm.244-245
Iwa
Sukiswa, Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 1986), hlm.
53
Malayu
S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, hlm.243,245
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen
Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm.241-242
Nanang Fatah, Landasan
Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2008), hlm. 101
T.
Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFE, 2003), hlm.359
T.
Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua, hlm. 362-365
Posting Komentar