BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di
era kontenporer dunia pendidikan dikejutkan dengan adanya model pengelolaan
pendidikan berbasis industri. Pengelolaan model ini menggadaikan adanya upaya
pihak pengelola lain institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan
berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan manajemen mutu dalam pendidikan ini
lebih popular dengan sebutan istilah Total Quality Education (TQE). Dasar dari
manajemen ini dikembangkan dari konsep Total Quality Manajemen, yang pada
mulanya diterapkan pada dunia bisnis kemudian diterapkan dalam dunia
pendidikan.
Secara
operasional, mutu ditentukan oleh dua faktor. Yang pertama adalah terpenuhinya
spesifikasi yang telah ditentukan sebelumnya (quality in fact) berupa profil
lulusan institusi pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi tujuan pendidikan.
Yang kedua adalah terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan menurut tuntutan dan
kebutuhan pengguna jasa (quality in perception), ini adalah kepuasan dan
bertambahnya minat pelanggan eksternal terhadap lulusan institusi pendidikan.
Untuk
mengaplikasikan TQM ke dalam dunia pendidikan dibutuhkan suatu proses adaptasi
yang tinggi dimana ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu konsep
perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement), menentukan standar
mutu (quality assurance), perubahan kultur (change of culture), perubahan
organisasi (upside-down organization), dan mempertahankan hubungan dengan
pelanggan (keeping close to the customer). Untuk keberhasilan penerapan
Manajemen Mutu Terpadu tersebut diperlukan komitmen dan kerjasama yang baik
antara departemen terkait, pusat dan daerah, serta institusi pendidikan. Juga
perlu ada kejelasan sistematik dalam memberikan kewenangan antar institusi
terkait, sehingga diharapkan terjadi perubahan yang cukup efektif bagi
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan nasional.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai
berikut :
1.
Apa pengertian mutu ?
2.
Bagaimana sejarah mutu pendidikan ?
3.
Bagaimana asal usul gerakan mutu ?
4.
Bagaimana konstribusi Deming, Shewhart,
Juran terhadap pendidikan ?
5.
Bagaimana gerakan mutu dalam pendidikan
?
C. Tujuan
Penulisan
Sebagaimana
latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penulisan
adalah sebagai berikut :
1.
Memahami pengertian mutu.
2.
Mengetahui sejarah mutu pendidikan.
3.
Mengetahui asal muasal gerakan mutu.
4.
Mengetahui kontribusi deming, shewhart,
juran terhadap pendidikan.
5.
Mengetahui gerakan mutu dalam
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Mutu
Mutu
menurut Juran ialah kecocokan penggunaan produk (fitness for use) untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Menurut Deming ialah kesesuaian
dengan kebutuhan pasar atau konsumen.
Bagi
setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan
tugas yang paling penting. Walaupun demikian, ada sebagian orang yang
menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu
dianggap sebagai hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam
pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang
lain, sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan
yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik.
Kita
memang bisa mengetahui mutu ketika kita mengalaminya, tapi kita tetap merasa
kesulitan ketia kita mencoba mendeskripsikan dan menjelaskan satu hal yang bisa
kita yakini adalah mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik
dan yang sebaliknya. Bertolak dengan keyakinan tersebut, mutu dalam pendidikan akhirnya
merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga, mutu
jelas sekali merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah
dalam meraih status ditengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian
keras.
Menemukan
sumber mutu adalah sebuah petualangan yang penting. Pelaku-pelaku dunia
pendidikan menyadari keharusan mereka untuk meraih mutu tersebut dan
menyampaikannya pada pelajaran dan anak didik. Sesungguhnya, ada banyak sumber
mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka,
nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau
kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumber daya yang
melimpah, kepemimpian yang baik dan efektif, kurikulum yang memadai, atau juga
kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Meraih
mutu melibatkan keharusan melakukan segala hal dengan baik, dan sebauh
institusi yang harus mempoposikan pelanggan secara tepat dan proporsional agar
mutu tersebut bisa dicapai.
Setelah
dipahami definisi kualitas, harus diketahui apa saja yang termasuk dalam
dimensi kualitas. Seperti yag dikutip oleh M.N. Nasution mendefinisikan delapan
dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristi kualitas produk,
yaitu sebagai berikut:
1. Kinerja
atau performa (performance)
2. Features
3. Keandalan
(realiability)
4. Konformitas
(conformance)
5. Daya
tahan (durability)
6. Kemempuan
pelayanan (serviceability)
7. Estetika
(aesthetics)
8. Kualitas
yang dipersepsikan (perceived quality).
B. Sejarah
Mutu Pendidikan
Dr.
W. Edward Deming diakui sebagai “Bapak Mutu”. Dr. Deming memperoleh gelar Ph.D
dalam matematika dan fisika dari Universitas Yale. Awalnya dia berkenalan
dengan konsep dasar manajemen tradisional pada akhir tahun 1920-an, saat milik
Western Electric yang terkenal, Hawthorne di Chicago. Pengalaman ini membawanya
pada pertanyaan, “ Bagaimana cara terbaik untuk perusahaan dalam memotivasi
karyawan?” Deming menemukan sistem motivasi tradisional yang digunakan pada
masa itu tidak cocok lagi dan secara ekonomis tidak produktif. Dalam sistem
tersebut, pemberian insentif dikaitkan dengan jenis pekerjaan dengan harapan
bisa memperbesar output pekerja, yang dilanjut dengan inspeksi atas proses
kerja termasuk mencatat butir-butir kesalahan pekerjaan karyawan.
Pada
tahun 1930-an, Deming bekerja sama dengan ahli statistik Bell Telephone
Laboratories, Walter A. Shewhart, mengembangkan tehnik kontrol statistik yang
dapat diterapkan dalam proses manajemen. Deming mengakui bahwa proses manajemen
yang terkontrol secara statistik membantu manajer secara sistematis menentukan
saat yang tepat untuk campur tangan, sekaligus menentukan waktu yang tepat
membiarkan proses berjalan. Selama perang dunia II Deming berkesempatan
menunujukkan kepada pemerintah bagaimana metode kontrol mutu secara statistik
Shewhart dapat diajarkan kepada para pekerja dan menjalankannya dalam praktik
di pabrik-pabrik perlengkapan perang yang sedang sibuk.
Pada
akhir perang dunia II deming meninggalkan pekerjaanya di pemerintahan dan
mendirikan perusahaan konsultan. Pada tahun 1947 mengirimnya ke Jepang untuk
mempersiapkan sensus nasional di negeri tersebut. Sementara itu, para manajer
Amerika mulai melupakan ajaran kontrol mutu yang diberikan pada jaman perang
dan mereka kembali pada gaya dan praktik manajemen tradisional sebelum perang.
Bersamaan dengan itu, Deming yang terlibat dalam metode kontrol mutu
mendapatkan sambutan hangat di Jepang. Orang jepang mengaitkan keberhasilan
ekonomi mereka dengan metodologi mutu Dr. Deming.
Filosofi
Dr. Deming cenderung menempatkan mutu dalam artian yang manusiawi. Ketika
pekerja sebuah perusahaan berkomitmen pada pekerjaan untuk dilaksanakan dengan
baik dan memiliki proses manajerial yang kuat untuk bertindak, maka mutupun
akan mengalir dengan sendirinya. Definisi mutu yang praktis adalah: sebuah
derajat variasi yang terduga standar yang digunakan dan memiliki kebergantungan
pada biaya yang rendah. Inti metodologi pendekatan manajemen mutu Deming adalah
menggunakan teknik statistik sederhana pada output program perbaikan yang
berkelanjutan. Hanya melalui verifikasi statistik manajer dapat mengetahui
bahwa dia menghadapi masalah dan mencari akar permasalahannya.
Beberapa
prinsip pokok dari Deming yang dapat diterapkan dalam bidang pendidikan adalah:
a. Anggota
dewan sekolah dan administrator harus menetapkan tujuan mutu pendidikan yang
akan dicapai.
b. Menekankan
pada upaya pencegahan kegagalan pada siswa, bukannya mendeteksi kegagalan
setelah peristiwanya terjadi.
c. Asal
diterapkan secara ketat, penggunaaan metode kontrol statistik dapat membantu
memperbaiki outcomes siswa dan administratif.
Dr.
Joseph M. Juran pun diakui sebagai salah seorang “Bapak Mutu”. Dr. Juran
berlatar pendidikan teknik dan hukum. Seperti halnya Deming, Juran adalah ahli
statistik terpandang. Juran menyebut mutu sebagai “tepat untuk pakai” dan
menegaskan bahwa dasar misi mutu sebagai sekolah adalah “mengembangkan program
dan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguana seperti siswa dan masyarakat”
lebih lanjut Juran mengatakan bahwa “ tepat untuk dipakai” lebih tepat ditentukan
oleh pemakai bukan oleh pemberi.
Pandangan
Juran tentang mutu merefleksikan pendekatan rasional yang berdasarkan fakta
terhadap organisasi bisnis dan amanat menekankan pentingnya proses perencanaan
dan kontrol mutu. Titik fokus filosofi menajemen mutunya adalah keyakinan
organisasi terhadap produktivitas individual. Mutu dapat dijamin dengan cara
memastikan bahwa setiap individu memiliki bidang yang diperlukannya untuk
menjalankan pekerjaan dengan tepat. Dengan perangkat yang tepat para pekerja
akan membuat produk dan jasa yang secara konsistem sesuai dengan harapan
kostumer.
Seperti
halnya Deming, Juran pun mamainkan peran pentig dalam membangun kembali Jepang
setelah perang dunia II. Dia diakui jasanya oleh Jepang dalam mengembangkan
kontrol mutu di Jepang dan memfasilitasi bersahabatan Amerika Seriat dan
Jepang. Upaya Juran menemukan prinsip-prinsip dasar proses manajemen membawanya
untuk memfokuskan diri pada mutu sebagai tujuan utama
Beberapa
pandangan Juran tentang mutu adalah :
1. Meraih
mutu merupakan proses yang tidak mngenal akhir
2. Perbaikan
mutu merupakan proses kesinambungan buak program sekali jalan
3. Mutu
memperlukan kepimimpinan dari anggota dewan sekolah dan administrator
4. Pelatihan
masal merupakan prasyarat mutu.
5. Setiap
orang di sekolah mesti mendapatkan pelatihan.
Bila
ajaran Deming dan Juran sudah begitu diakrapi. Hendaknya begitu jugalah dengan
keinginan keduanya. Banyak pemikiran keduanya yang diterapkan dan di adaptasi
oleh berbagai organisasi Amerika. Inti pemikiran keduanya adalah bahwa membangun
mutu sebagai prinsip dasar bagi pendidikan sekolah, strategi dan filosofinya
sama seperti yang terbukti sudah berhasil dijalankan dalam bidang lain.
Juran
sudah memperkirakan keberhasilan bangsa Jepang dalam sebuah pidatonya untuk
oragnisasi kontrol mutu Eropa pada tahun
1966 dia mengatakan : bangsa Jepang menonjol dalam dunia kepemimpinan mutu dan
akan menjadi pemimpi dunia dalam dua dekade medatang karena tidak ada pihak
lain yang bergerak kearah mutu dengan kecepatan yang sama dengan bangsa Jepang.
C. Asal
Usul Gerakan Mutu
Petualangan
mencari mutu bukan sebuah expedisi baru. Dalam dunia industri, sejak dulu
selalu ada keharusan untuk merasa yakin bahwa produk sudah sesuai dengan
spesifikasinya agar mampu memberikan kepuasan pada para pelanggan dan, tentunya,
mendatangkan keuntungan. Menjaga mutu sebuah produk akan menyebabkan pelanggan
semakin percaya terhadap produk tersebut dan, tentu saja, produsennya. Akan
tetapi, mutu menjadi isu penting bersamaan dengan kedatangan industrialisasi.
Jauh sebelumnya para pengrajin sudah menetapkan dan menjaga standar mereka
sendiri, standar dimana mereka menggantungkan reputasi dan mata pencarian
mereka. Tanggung jawab pekerjaan terhadap mutu produk yang merupakan bagian
penting dari sebuah keahlian, hilang begitu saja ketika barang-barang
diproduksi secara masal. Sehingga lahirlah difisitenaga kerja yang sangat ketat
dikembangkannya dua sistem pemeriksaan yang dikenal dengan nama quality control
kontrol mutu.
Kontrol
mutu adalah proses yang menjamin bahwa hanya produk yang memenuhi spesifikasi
yang boleh keluar dari pabrik dan dilempar kepasar. Kontrol mutu bertugas
mendeteksi produk yang cacat. Difisi ini tidak serta merata menjamin bahwa para
anggotanya bertanggung jawab terhadap mutu. Disamping itu, divisi ini adalah
sebuah proses yang harus dilakukan di bawah bendera produksi massal, dan tenaga
kerjanya sangat mahal, sehingga terkadang mereka diberhentikan dan kemudian
dipekerjakan kembali. kontrol mutu dengan sendirinya akan tampak semakin tidak
ekonomis.
Gagasan
perbaikan mutu dan jaminan mutu mulai dimunculkan setelah perang dunia kedua.
Meskipun demikian, perusahaan-prusahaan di Inggris dan Amerika baru tertarik
pada isu mutu di tahun 1980-an, saat mereka mempertanyakan keunggulan Jepang
dalam merebut pasar dunia. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan adalah
tentang kesuksesan orang-orang Jepang, apakah hal tersebut disebabkan oleh
pengaruh budaya nasional ataukah tehnik manajemen mereka yang baik. Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula tehnik-tehnik manajemen mutu,
kita harus mulai dengan mempelajari Amerika pada akhir tahun 1920-an.
D. Konstribusi
Deming, Shewhart, Juran Terhadap Pendidikan
Gagasan
tentang jaminan mutu dan mutu terpadu terlambat sampai di Barat, meskipun
ide-ide tersebut pada mulanya dikembangkan pada tahun 1930-an dan 1940-an oleh
W.Edwards Deming. Ia adalah seorang ahli statistik Amerika yang memiliki gelar
PhD dalam bidang fisika ia dilahirkan pada tahun 1900. Pengaruhnya sebagai
teoritikus manajemen bermula di Barat, namun justru jepang memanfaatkan
keahliannya sejak 1950.
Deming
mulai memformulasikan idenya pada tahun 1930-an ketika melakukan penelitian
tentang metode-metode menghilangkan variabilitas dan pemborosan dari proses
industri. Western Electrik juga adalah tempat kerja Josep Juran, kontributor
utama lain terhadap refolusi mutu di Jepang, yang juga orang Amerika.
Dari
Western Electrik, Deming pindah kerja di departemen pertanian Amerika. Ketika
bekerja disana, dia diperkenanlkan pada Welter Shaewhart, seorang ahli statistik
dari bell labolatories di New York. Sebelumnya Shaewhart telah mengembangkan
beberapa tehnik yang membawa proses industri menuju apa yang ia sebut dengan
kontrol statistik. Ini adalah serangkaian tehnik-tehnik yang meminimalisasi
unsur-unsur tak terduga dari proses-proses industri, sehingga industri lebih
bisa diprediksi dan lebih terkontrol. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
pemborosan biaya dan penundaan waktu. Konstribusi awal Deming adalah
mengembangkan dan meningkatkan metode-metode statistik Shewhart. Metode-metode
statistik Shewhart dan Deming sekarang dikenal sebagai statistical process
control (SPC), yang dikombinasikan dengan wawasan hubungan gerakan relasi
manusia yang diasosiasikan dengan mayo dan koleganya, yang notaben perupakan
penyokong teori TQM.
Deming
mengunjungi Jepang pertama kali diakhir tahun 1940- an untuk melakukan sensus
Jepang pasca perang. Terkesan dengan kinerjanya, Japanese Union of Engineer and
Scientists mengundang Deming untuk kembali pada tahun 1950 untuk mengajarkan
aplikasi control proses statistik pada para pelaku industri di Jepang.
Orang-orang Jepang berkeinginan untuk belajar dari namgsa-bangsa industrialis
lain.
Dia
mengajarkan agar Jepang memulai ayunan langkah dengan mengetahui apa yang
diinginkan oleh pelanggan mereka Deming menganjurkan agar mereka mendesain
metode-metode produksi serta produk mereka dengan standar tertinggi. Deming
yakin dengan pendekatan tersebut sepenuhnya dijalankan maka lebih kurang dalam
lima tahun kedepan perusahaan di Jepang akan mampu memposisikan dirinya sebagai
pemimpin pasar Jepang menerapkan ide-ide Deming, Josep Juran dan pakar mutu
lainya yang berkunjung ke Jepang pada waktu itu. Jepang telah mengembangkan
ide-ide Juran dan Deming dalam apa yang mereka sebut Total Qwality Control
(TQC) dan mereka mampu menjadi singa pasar dunia. Dominasi pasar yang mereka raih tersebut
sebagian besar merupakan hasil dari perhatian mereka terhadap mutu. Penulis
nasional Jepang tentang mutu, Kauro Ishikawa, telah mendeskripsikan tentang
pendekatan Jepang pada TQC sebagai “suatu revolusi pemikiran dalam manajemen.
E. Gerakan
Mutu Dalam Pendidikan
Gerakan
mutu terpadu dalam pendidikan masih tergolong baru. Hanya ada sedikit
literature yang memuat referensi tentang hal ini sebelum 1980-an. Beberapa upaya
reorganisasi terhadap praktek kerja dengan konsep TQM telah dilaksanakan oleh
beberapa universitas di Amerika dan pendidikan tertinggi lainya di Inggris ada
banyak gagasan yang dihubungkan dengan mutu juga dikembangkan dengan baik oleh
institusi-institusi pendidikan tertinggi dan gagasan-gagasan mutu tersebut
terus-menerus diteliti dan diimplementasikan di sekolah-sekolah. Dalam sebuah
penelitian baru-baru ini yang dilakukan oleh Robert Kaplan dari hervard Husines
School, dia menemukan hanya sedikit pengetahuan dan penelitian tentang TQM di
program MBA dan program-program studi bisnis lainya di dua puluh universitas
terkemuka di Amerika.
Ada
semacam keengganan tradisional dalam beberapa pendidikan di Inggris untuk
menerapkan metodologi dan bahasa manajemen industri. Hal ini memungkinkan besar
menjadi penyebab jauhnya pendidikan dari visi gerakan mutu. Beberapa pelaku
pendidikan tidak suka menarik analogi antara proses pendidikan dan penciptaan
produk-produk industri. Walaupun demikian, beberapa inisiatif baru seperti
TVEI, penempatan diri dalam industri dan berkembangnya kerja sama pendidikan
dan bisnis te;ah membuat hubungan keduanya semakin dekat dan membuat
konsep-konsep industri semakin dapat diterima dalam dunia pendidikan. Dan apada
akhirnya keinginan yang terus meningkat dari pelaku pendidikan untuk
mengeksplorasi pelajaran-pelajaran dari industri.
Meningkatnya
minat dunia pendidikan juga terjadi di Inggris raya, yang bertepatan dengan
dikeluarkanya undang-undang reformasi pendidikan pada tahun 1988. Undang-undang
tersebut telah memberi penekanan pada pangawasan terhadap proses pendidikan
melalui indicator-indikator prestasi.indikator-indikator prestasi merupakan acuan yang mengarah pada efesiensi
proses indicator-indikator tersebut hanya memberikan ukuran yang belum sempurna
tentang mutu belajar, atau tentang efektifitas institusi dalam menemukan
keutuhan pelanggannya. Institusi-institusi yang menggunkan
indikator-indikator prestasi telah mulai
menunjukan keseriuasannya terhadap TQM sebagai suatu nilai untuk meningkatkan
standar pelayanannya.
Peningkatan
mutu menjadi semakin penting bagi institusi yang digunakan untuk memperolah
kontrol yang lebih baik melalui usahanya sendiri. Kebebasan yang baik harus
disesuaikan dengan akuntabilitas yang baik. Institusi-institusi yang harus
mendemonstrasikan bahwa mereka mampu memberikan pendidikan yang bermutu pada
peserta didik. Kita hidup diera kopmpetisi yang serba tidak jelas. Kita
sekarang menemukan sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan kejuruan. Nasional
Vocational Qualifications, sebelumnya merupakan sebuah sekolah kejuruan,
prernah ditawari langsung oleh para karyawan agar melakukan sebuah percepatan
perubahan dengan memperkenalkan kredit latihan. Perubahan lain terjadi di
berbagai bidang pendidian yang mencakup ekstensi pendidikan tinggi. Pendidikan
tinggi dibiayai untuk meningkatkan jumlah murid dengan mereduksi biaya.
Tabel-tabel dibuat untuk memberikan informasi kepada orang tua sehingga meraka
dapat melakukan perbandingan dan memiliki pilihan. Pengenalan tentang kredit
pelatihan didesain untuk memberi pelanggan kebebasan untuk memilih.
Sekolah-sekolah dan perguruan-perguruan tinggi telah melakukan hal tersebut
dengan menerapkan berbagai rencana setrategis. Diregulasi pedidikan memerlukakn
setrategi-setrategi kompetitif secara jelas membedakan institusi-institusi dari
para pesaingnya. Mutu terkadang hanya menjadi satu-satunya faktor pembeda bagi
sebuah institusi. Fokus terhadao kebutuhan pelanggan, yang notabene merupakan
poin inti dari mutu, merupakan salah
satu cara paling efektif dalam menghadapi kompetisi dan bertahan didalamnya.
Konsep
TQM telah memperoleh dukungan resmi, kurang lebih dari 16 institusi pendidikan.
Dewan Rektor dan Kepala Sekolah juga sudah mempublikasikan Teaching Standards
and Excelence in Higber Education pada tahun 1991, dengan sub judul Developing
a Culture For Quality. Dalam kesimpulan buku tersebut, penulis menyatakan bahwa
masing-masing Universitas harus mengembangkan sistem Total Quality
Managemen-nya sendidri-sendiri. Yang sanagt mengejutkan adalah mengapa mutu dan
mutu terpadu dalam pendidikan baru memperoleh pengakuan setelah sekian lama
mutu tersebut berhasil dalam industri? Meskipun demikian, satu hal yang bisa
kita yakini bersama adalah bahwa layanan mutu merupakan isu kunci bagi seluruh
sektor pendidikan pada masa dekade mendatang.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Mutu
adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting.
Menemukan sumber mutu adalah sebuah petualangan yang penting. Meraih mutu
melibatkan keharusan melakukan segala hal dengan baik, dan sebauh institusi
yang harus mempoposikan pelanggan secara tepat dan proporsional agar mutu
tersebut bisa dicapai.
Ø Gagasan
perbaikan mutu dan jaminan mutu mulai dimunculkan setelah perang dunia kedua.
Meskipun demikian, perusahaan-prusahaan di Inggris dan Amerika baru tertarik
pada isu mutu di tahun 1980-an, saat mereka mempertanyakan keunggulan Jepang
dalam merebut pasar dunia.
Ø Asal
muasal gerakan mutu dalam industri mencari mutu dari sebuah expedisi baru,
menjaga mutu sebuah produk, tanggungbjawab pekerjaan terhadap mutu produk.
Sehingga lahirlah defisi ketat, dikembangkannya dua sistem yang dikenal dengan
Quality Control.
DAFTAR
PUSTAKA
Hadijaya,
Yusuf. Menyusun Strategi Berbuah Kinerja Pendidik Efektif. Medan:
Perdana Publishing, 2013.
Abdul
Hadis dan Nurhayati. Manajemen Mutu Pendidikan. Bandung: ALFABETA. 2012.
Edward
Sallis. Total Quality Management In Education Manajemen Mutu Pendidikan.
Yogyakarta: IRCiSoD. 2006
Sri
Minarti. Manajemen Sekolah. Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA. 2012.
http://nafizfauzi.co.id/manajemen-mutu-terpadu.html
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.